Thursday, September 29, 2005

Not an Ordinary Day: Ancaman Bom

Sesampainya dari makan siang di Babe Lili, aku leyeh-leyeh sebentar… sebelum mengerjakan kuesioner kepuasan user dan front-end SAP lagi… Tiba-tiba, pak Penceng dkk (dari div. Usaha Baru) jalan ke arah lift bawa tas sambil bilang: “Ayo beres-beres!! Pada turun!! Ini ada ancaman bom di lantai 3…” Tampangnya serius banget…

Kita orang-orang MTI yang baru pulang makan siang gak langsung percaya… pak Meinur bahkan berkomentar: “Wah orang pada mau dinas ke Bogor, bilang-bilang ada ancaman bom segala…”

Loh..loh.. tapi kok orang-orang Usaha Baru semuanya pada kukutan, kecuali pak Bambang, yang malah bikin joke tentang ancaman bom itu.

Rupanya tadi di lantai 10 ada telepon masuk yang mengatakan bahwa di lantai 3 ada bom. Nah pak Bambang bilang: “Bukan di lantai 3 ada bom, tapi di lantai 3 ada BOKS… kan di lantai 3 emang tempatnya kantin, wajar lah kalo ada boks makanan…” GUBRAK…

Aku dan Adji malah ikut ngetawain pak Bambang, sampai ada pengumuman via pengeras suara yang memerintahkan semua penghuni gedung Kwarnas untuk turun melalui tangga darurat, karena adanya ancaman bom itu… seluruh gedung akan disisir.

Kita semua yang tadinya ketawa, langsung diam semua. Saling berpandang-pandangan. Ini… kok ternyata serius?? Oh, sungguh tak dapat dipercaya!!

Aku dan Adji langsung bebenah laptop masing-masing, memasukkannya ke lemari laptop, beberes tas dan meja (dengan makanan berserakan di atas meja)… hmm… ternyata memakan waktu gak sebentar… Bahkan Adji sempet membungkus Brownies Kukus dari pak Bambang… buat oleh-oleh… kemudian pada saat pengumuman dibacakan kedua kalinya, baru lah kita pergi meninggalkan lantai 10, lewat tangga darurat.

Oh nnooo…. Tangga darurat, let’s say… Mini Huangshan… lumayan juga jadi agak pegel-pegel dengkulnya. Untung hanya dari lantai 10.

Setelah turun, kita bergerombol di jalan di depan lobby. Gak lama, diusir pake halo-halo, katanya mesti pindah ke pintu utama yang berada di balik auditorium gedung Kwarnas. Iya juga sih… kalo emang ada bom beneran di lantai 3, orang yang ada di pintu utama peluang selamatnya lebih besar daripada orang yang ada depan lobby.

3 mobil dari tim Gegana pun berdatangan, begitu juga tim pemadam kebakaran (punya Pertamina sendiri), juga Ambulans (dari klinik Pertamina Gambir), dan yang agak menyebalkan: wartawan… oh yeah… Kwarnas jadi sensasi…

Aku tadinya berdiri menunggu di dekat pos satpam, sampai waktu tim Gegana datang, si Adji ngajak pindah ke dekat pintu masuk Auditorium. Kemudian aku duduk di pinggiran taman… Hmm… antara sebel (aku ngerasa ini gak beneran, ada yang iseng doang), tegang (eh kalo ternyata beneran, gimana?), excited (wah… jarang-jarang nih dapet pengalaman kayak hari ini…), semuanya campur jadi satu… Yang jelas sih… capek banget…

Sekitar jam 2 lebih sedikit, gedung dinyatakan aman… yah… syukurlah ternyata gak ada bom… Kita harus kembali lagi ke atas, lewat lift-lift yang ngantrenya luar biasa itu. Dan herannya… kok lift direksi gak diaktifkan sih buat ngangkut orang-orang. Sekali-sekali doang… biar lebih cepet…

Yang pasti, sampai di atas sudah gak bisa kerja lagi… akhirnya aku leyeh-leyeh saja di tempat mbak Ray (lantai 11)… si Adji malah nonton tipi di tempat Helpdesk… hehehe… Jam ½ 4, kita pulang… tumben-tumbenan Jl. Medan Merdeka Timur lengang. Biasanya kalo ada demo, jalan itu pasti macet, pernah juga sampai orang-orang di kantor terpaksa meninggalkan mobilnya di parkiran, pulang naik kendaraan umum.

Oh yeah… definitely not an ordinary day…

Not an Ordinary Day: Babe Lili

Sehabis ngantar Dedy dan nonton demo, aku dan Adji naik ke lantai 10. Begitu keluar lift di lantai 10… ternyata Rivan, mas Tedjo, dan pak Rusmanto sudah siap-siap di depan lift. Ya sudah… kita gak jadi kembali ke meja, karena beberapa setelah kita keluar, lift seberangnya langsung terbuka, yang ini menuju ke bawah. Di dalam lift seberang sudah ada Pak Nur, Bu Sapta, Pak Sur, Pak Adji S, Pak Untung, Mbak Ray.

Yah… baru juga naik, langsung turun lagi…

Di bawah bu Elida bergabung sama kita. Karena takut kena macet (karena ada demo), diputuskan untuk naik taksi saja. Sampai di Babe Lili - Jl.Wahid Hasyim, langsung menyantap ikan kambing-kambing. Enak bok… ini juga salah satu hal yang gak biasa, makan siang ikan bakar…. Jarang-jarang loh…

Gak lama, pak Meinur dan pak Ramsi menyusul. Jadi total ada 14 orang: pak Nur, pak Sur, bu Sapta, pak Adji S, pak Ramsi, pak Untung, pak Meinur, pak Rusmanto, bu Elida, Adji Bi, Rivan, mas Tedjo, mbak Ray, dan aku.

Pulangnya? Kalo naik taksi, jaraknya terlalu dekat… (kalo perginya tadi lumayan jauh, karena mesti muter dulu di masjid Cut Meutia). Naik bajaj, ogah bergetarnya, abis makan sih… Hmm… dari jauh, kita lihat Kopaja lagi nge-tem… dengan pede-nya kita menyimpulkan bahwa Kopaja itu adalah P20… artinya dia lewat di depan Kwarnas. Akhirnya kita ber-14 rame-rame naik Kopaja itu… (hehe… jarang-jarang kan naik Kopaja barengan ama pak manajer?).

Tapi ternyata… bis itu belok di depan Kedutaan Amerika…bukannya lurus lewat depan Gambir. Kita terpaksa turun di pertigaan Kedutaan Amerika itu. Ternyata Kopaja itu bukan P20, melainkan 502!! Huahahahahahaha… ketipu…!!! Jadi kita terpaksa jalan kaki dari Kedutaan Amerika sampe Kwarnas!! Uh-oh…

Sekitar jam 1, akhirnya kita sampai dengan selamat di lantai 10.

Not an Ordinary Day: Prologue

Hari ini hari kamis, seharusnya aku pergi ke kantor dengan seragam putih biru. Tapi… karena hari ini ada demo besar-besaran menggugat kenaikan BBM, dianjurkan untuk tidak memakai seragam, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Rupanya ini hal tak biasa yang pertama: Hari Kamis Tak Berseragam.

Hari ini aku kedatangan tamu, si Dedy yang baru dari Cirebon, mau pulang ke kampungnya di Bajubang sana (hehe.. bener-bener kampung jreng). Tauk gak, aku ngajak Dedy kenalan sama manajer-ku (pak Nur). Ealah… aku lupa kalo dua-duanya doyan ngobrol…

Tadinya maksudku cuma kenalan doang, karena setelah kita berubah jadi PT Pertamina EP, DOH SBT (Bajubang itu) harus banyak berkoordinasi dengan MTI (tempatku). Biar pak Nur sedikit demi-sedikit kenal siapa aja sih personil IT yang bisa dihubungi di DOH-DOH selain Ka Infokom-nya. Dan biar Dedy juga kenal, siapa aja sih orang-orang MTI selain Gita, Adji, dan pak Meinur. Karena waktu terbatas, paling enggak kenalan ama pak Nur dulu sebagai manajer-nya. TERNYATA… obrolan jadi panjang… pak Nur bicara panjang lebar… Dedy membalas…terus bicara panjang lebar lagi… dst… seru! Aku dan Bi/Adji cuma senyum-senyum aja, sambil terus-menerus lihat jam, kumaha iye teh? Katanya pesawat jam 13.30 si Dedy tea… Jam sudah menunjukkan pukul 11 ketika akhirnya berhasil menyetop pembicaraan… agak mepet juga, mengingat hari itu lagi ada demo besar.

Aku dan Adji mengantar Dedy sampai ke pintu masuk utama Kwarnas, kemudian Dedy nyebrang dan melompati pagar beton (yang telah membuatku sakit pinggang, yeah!). 5 menit kemudian… lewatlah rombongan demo, tepat di depan Kwarnas. Aku dan Adji nonton dulu sebentar (hehehe…). Jarang-jarang bisa nonton demo… biasanya cuma kena macetnya doang.

Gak lama, kita memutuskan untuk naik ke ruangan (lt.10), karena sebentar lagi rombongan MTI mau berangkat makan-makan ke Babe Lili (ikan bakar). Ceritanya makan-makan menjelang puasa.

Wednesday, September 28, 2005

Seperti Star Trek...

Tadi siang di kantor ada presentasi ttg hardware untuk video conference. Emang keren abis sih...

Selama ini di kantor lebih banyak menggunakan Net Meeting untuk video conference, maklum deh... murah meriah, perlengkapan standar Windows. Tapi, Net Meeting itu kompresinya kurang baik, jadi kalo manajemen bandwidth-nya gak bagus, videonya jadi patah-patah, yaa... kayak annisa bahar lah...

Para presenter ini, dari Telkom dan dari agen-nya Tandberg (produsen hardware video conference), bilang bahwa biasanya tim Manajemen gak mau tauk yang namanya bandwidth liliput dan disharing dengan aplikasi SAP dan lain-lain (SAP yang diprioritaskan, begitu ada yang pake SAP, maka lain-lainnya langsung tersingkir) , buat mereka kalo videonya patah-patah itu artinya sambungannya jelek, ujung2nya yang disalahin: Telkom (ini kata mereka loh...).
Setelah itu keluarlah kalimat yang aku tunggu-tunggu: Mereka maunya video yang bersih, real-time, seperti... seperti... Star Trek!!!

That's it!! Aku juga berpikir seperti itu beberapa minggu yang lalu, waktu pertama kali bisa video conference point-to-point via Net Meeting (dan menghabiskan seluruh bandwidth, menurut MRTG). Hmm... kok jadi seperti Star Trek yah... bisa saling melihat lawan bicaraku di ujung Net Meeting sebelah sana.

Biasanya kan seperti ini:
Picard : "Open a channel, Mr.Worf"
Worf : "Opening hailing frequencies.... Channel open, Sir"
Picard : "On screen..."
Dan TUING!! Di viewscreen-nya USS Enterprise terlihat alien lagi meringis siap mengucapkan salamnya...

Jaman hobi banget nonton Star Trek dulu (SMP-SMA), sama sekali gak kepikir loh bahwa kita bisa menikmati hal seperti itu secepat ini. Oke lah... gak bener-bener seperti Star Trek, ada beberapa perbedaan:
1. Layarnya netmeeting liliput kalo dibandingin viewscreen-nya Enterprise.
2. resolusi gambarnya gak sebagus di Enterprise, kadang2 kotak-kotak... ya tapi lumayan sih... paling enggak kalo lawan bicara di sebrang ngupil secara illegal, kita bisa lihat.
3. Kita gak open hailing frequencies, karena "channel"-nya sudah pasti... tinggal call nomor IP sajah. KRRRIIINNGG...

Kembali ke presentasi tadi... dari contoh yang mereka tunjukkan, memang seperti Star Trek, gambarnya bersih, lumayan real-time, dan bisa digedein gambarnya (NetMeeting bisa juga sih, tapi ntar jadi kotak-kotak)... salah satu penggunanya adalah pak Polisi, alias Mabes Polri. Keren juga...

Yah begitulah, namanya juga teknologi, kadang2 gak terduga... sesuatu yang kita pikir: "Aahh... masih lama..." ternyata tiba-tiba sudah di depan mata. Selain video conference... mungkin ada contoh lain yang cukup menarik perhatianku: PADD. Di Star Trek: The Next Generation, ada yang namanya PADD, komputer kecil yang digunakan untuk bekerja, kira-kira sebesar buku block note. Nah... jaman sekarang ini, PADD itu sudah ada, wujudnya adalah barang yang biasa kita sebut PDA... Jadi, kapan ya transporter ada? Huekekekekek... mimpi kali yee...

Tuesday, September 27, 2005

Foto-foto




Ini di rumah Utan Kayu, minggu lalu, beberapa jam sebelum serangan laron. BTW, hari ini aku memakai kemeja yang sama. Oya, kacamata yang kupakai itu si Merah. Sekarang sudah dikandangkan lagi.



Yang ini beberapa menit sebelum serangan laron. Lampu belum dinyalakan, cahaya berasal dari LCD laptop. Gak lama kemudian... lampu dinyalakan... kemudian bzzzzzzzz..... Laaaarrroooonnn.... akhirnya lampu mati dan laptop pun mati.

Monday, September 26, 2005

Sakit Pinggang...

Pulang kuliah kemarin, wueleh... aku sakit pinggang!! Semula hanya sebelah kanan, tapi terus merata ke seluruh pinggang bagian belakang. Duh, kenapa ini? Masa' cuma gara-gara kecapekan kuliah terus sakit pinggang?

Ternyata... ingat-punya ingat... ini karena kenakalanku sendiri.
Minggu siang, aku melompati beton pembatas jalan di depan stasiun gambir, kemudian menyebrang jl. Medan Merdeka Timur gak lewat jembatan.

Sebenarnya aku ragu-ragu, "gak enak dilihat orang", aku bilang gitu ama temenku, tapi kemudian aku menambahkan: "Tapi terserah lah... toh aku pake celana panjang." Karena aku lihat rombongan agak malas mendaki ke jembatan penyebrangan dan hari Minggu kan jalannya agak sepi.

Akhirnya kita pun memanjat beton pembatas jalan setinggi pinggang yang ada di depan stasiun Gambir. Nah entah gimana, aku agak-agak salah mengayunkan dan meletakkan kaki. Mungkin karena tanganku yang sebelah memegang tas, jadi agak2 bingung sendiri mau taroh tas dimana kaki dimana, atau karena aku pengen paling enggak aku terlihat rapi saat memanjat, dengan kata lain: JAIM!! Padahal kalo dipikir... emang siapa sih yang merhatiin... paling rombonganku doang, dan itupun mereka yang ngajakin manjat.

Akibatnya tuing... waktu itu sih cuma kerasa kayak orang ketarik pas lagi stretching ajah... tapi malamnya... hueleh... membungkuk mau cuci muka di wastafel aja lumayan sakit... alhasil 4 potong koyo kecil-kecil pun mendarat di pinggangku...

Pesan moralnya: Jangan suka JAIM sembarangan. JAIM-lah di waktu dan tempat yang tepat.

Friday, September 23, 2005

Lagu-lagu Sunda PSM-ITB

Di posting sebelumnya, aku bilang bahwa aku pernah mengira lagu Leleng itu berasal dari Sunda, padahal ternyata dari Batak. Nah... hal serupa terjadi lagi, tapi sebaliknya...

Kemaren itu, pas lagi bongkar-bongkar tumpukan CD, aku nemu bundle CD PSM-ITB Dari Masa Ke Masa... album itu terdiri dari 3 CD, isinya rekamannya PSM-ITB dari tahun 1975 sampai dengan 2003. Dari mulai yang direkam pake tape recorder biasa, sampe pake sound system canggih. Ada yang diambil mentah-mentah, ada yang di-mixing sampe keliatannya bagus banget padahal aslinya biasa ajah.

Berhubung lagi mengasimilasi kebudayaan Sunda. Aku cobain tuh lagu-lagu Sunda-nya. Ada Batminton, dinyanyikan tahun 1989, rekamannya jelek banget. Trus ada lagi Pileleuyan, direkam tahun 1990, dari lomba Vokal Grup di Semarang. Terakhir ada Cing Cangkeling, yang ini tahun 1997, sudah pake peralatan canggih, dan aslinya sudah dijual dalam bentuk CD.

Komentarku ttg lagu2 itu:
- BATMINTON...
Yaa... seperti layaknya lagu Batminton yang pernah aku nyanyikan. Suasana pertandingan batminton di kampung terasa sekali di lagu itu. Iringan piano-nya juga seperti yang pernah aku bawakan (sebenernya aku nyontoh partiturnya Aan Anita sih, sedangkan Aan sendiri nyontoh rekaman itu).
- CINGCANGKELING
Rekamannya bersih... suasananya pasar burung kali ya... karena terlalu banyak siulan liar di intronya (hampir semua penyanyi cowok yang tidak lagi nyanyi berlomba-lomba bersiul menirukan burung).
-PILELEUYAN
Nah ini dia... intronya jazzy banget, tapi gak kehilangan nuansa Sunda (tangga nada-nya tangga nada pentatonis Sunda). Pasti pianis-nya beraliran jazz deh...
Sayangnya rekamannya juga jelek. Pasti source-nya dari kaset biasa, dan ngerekamnya jangan-jangan juga pake tape recorder.

Karena unik, aku kirimkan file Pileleuyan itu ke salah satu sparing partner bahasa Sunda-ku. Tapi aku gak bilang kalo itu lagu Pileleuyan. Komentarnya agak bikin terkejut... Kira-kira percakapannya seperti ini:

"Lagu apa sih Git?"
"Duh, masa' sih gak kenal... Intronya udah denger? Keren kan pianonya... yang main pianis jazz kayaknya tuh..."
"Iya intro-nya bagus. Jazzy gitu ya... itu lagu apa git? Paduan suara apaan sih? Gak jelas gitu..."
"Hehe... paduan suara apa ya... hehehehe...." (karena katanya gak jelas, gak mau langsung ngaku dunk!)
"Dari Bandung ya?"
"Hehehehe... iya... paduan suara dari bandung..."
"Oo... pasti paduan suara ITB ya..."
"Hehehehehehehee.... iya itu tahun 1990 loh, bukan di atas tahun 1998. lagian ngerekamnya pake tape recorder, jadi gak jelas... tapi intronya keren kan?" (yah, kok aku nanya intro lagi, ketauan banget, abis melakukan pembelaan diri...)
"Tapi lagu apa sih Git?"
"Justru itu, tugasmu untuk menebaknya..."
"Lagu apa donk?...Hmm... kedengerannya sih kayak Lagu Batak..."
GUBRAK!!!

Jadi, karena Leleng = Lagu Sunda, Pileleuyan = Lagu Batak: Kesimpulannya lagu Sunda emang mirip lagu Batak dunk!!

Duh, kok jadi garuk-garuk kepala nih...

Thursday, September 22, 2005

BAHASA

Sedikit chit-chat tentang bahasa.

Tadinya aku yakin bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa yang pertama aku pelajari, atau apa tuh namanya... bahasa ibu? Ternyata belum tentu benar. Beberapa tahun lalu, aku nemu kaset rekaman. Isinya suaraku waktu umur 2 atau 3 tahun. Hmm... di dalam rekaman itu, ternyata aku berbicara dengan bahasa Jawa, fasih pula... wuah... salah dunk selama ini.

Pengalaman pertamaku dengan "bahasa asing"?
Mungkin sekitar umur 3-4 tahun, ada famili dari Bandung datang ke rumah (aku juga sudah lupa namanya...hehehe...). Yang jelas si tante ini punya anak perempuan, sedikit lebih tua dari aku. Tapi... pada waktu itu anak perempuan ini tidak bisa berbahasa Indonesia, ataupun Jawa, karena dia berbicara fully bahasa Sunda. Oh no...

Akhirnya kita bermain seperti selayaknya anak kecil, but most of the time, I didn't understand what she said... pake bahasa Tarzan lah ya...

Bertahun-tahun kemudian... datanglah aku ke tanah Sunda, untuk kuliah. Tadinya aku pikir... karena tinggal di Bandung, mungkin aku bisa menyerap sedikit bahasa Sunda... paling enggak jadi pendengar (pasif gitu loh...). Ternyata bukannya bisa bahasa Sunda... malah bahasa Jawa-nya yang mengalami perbaikan, setelah bertahun-tahun dormant, jadi pasifis ajah. Kok bisa gitu? Karena aku kuliah di IF-ITB. Konon... di EL-ITB dan IF-ITB itu populasi Jawa Tengah/Jawa Timur-nya tinggi. Bahkan si Herman... temanku yang dari Sipirok, baru 1 tahun kuliah di situ, dia sudah lancar berbahasa Jawa, meskipun logatnya masih Batak.

Bahasa Sunda pasar pun aku gak bisa, bisanya bahasa Sunda angkot doang kali ya... "Kiri payun..." misalnya ("Kiri di depan!"). Dan juga frase-frase pendek seperti: naon? (apa sih?), teuing! (gak tauk!), pikageleuheun (nggilani), ceunah (katanya...), mereun (mungkin). Juga sedikit lagu sunda... seperti Pileleuyan, Badminton.

Pernah suatu hari... waktu lagi latian PSM, dengan polosnya aku mengira bahwa lagu Leleng itu dari Sunda, tapi ternyata salah besar, karena lagu Leleng itu dari Batak.
Abis... sama-sama gak ngerti bahasanya sih...

Nah. Baru-baru ini aku dan 2 orang temanku sekarang sedang menggalakkan bicara bahasa Sunda, mencoba mengasimilasi budaya Sunda lah. Tapi aku gak bisa ceritakan alasannya di sini. Hmm... sebut saja demi pergaulan di lingkungan bisnis. Adakah native speaker di antara ketiga orang itu? Nope!! Yang ada jadi bahasa Sunda yang aneh pisan, maksa, comot sana-comot sini, gak jelas campur-campur antara bahasa sunda alus sama kasar, kadang-kadang pengen ketawa sendiri dengernya...

Jakarta: Traffic Jam on Your Doorstep

8 tahun yang lalu, pulang dari les balet (jam 5-6 sore), biasanya jl.Kuningan macettapi setelah melewati perempatan Mampangbebas deh dari kemacetan. Jarang sekali Jl.Buncit itu macet. Sekarang? Di sore hari, jam pulang kantor, kita baru terbebas dari kemacetan setelah belok di jl.Amil, kira-kira 250m dari rumah. Kalo pagi jam ½ 7... kira-kira 150m dari rumah, di jl.Amil pun sudah disuruh antri. Bener-bener „traffic jam on my doorstep“, tapi sebenernya bukan traffic jam kali ya... melainkan traffic chaos… Semakin lama semakin amit-amit lalu lintas di Jakarta, semakin gak sopan, semakin nggilani, semakin ruwet, semakin gak tauk yang namanya toleransi dan saling menghargai (sesama pengendara). Perjalanan dari kantor-rumah seringkali jadi menyebalkan dan melelahkan (padahal cuma 12 km loh, bandingkan dengan yang rumahnya di Depok atau Cinere, wuahpasti lebih parah lagi). Yeah… emang hanya 12 km, tapi kalo diitung-itung point of kemacetan-nya banyak juga. Misalnya kantorku di Kwarnas nihmari kita hitung point of kemacetan dari Kwarnas sampe ke Buncit Indah…

  1. Lapangan Banteng.

Keluar dari Kwarnas kita harus muter dulu lewat Jl.Perwira, terus lewat Lapangan Banteng, baru masuk ke Jl.Pejambon. Sejak ada pameran Flora dan Fauna di lapangan Banteng (Agustus 2005), jl. Perwira dan lapangan Banteng selalu macet. Entah kenapa… sekarang pameran Flona-nya sudah selesai, tapi jalan itu tetap ngantre.

  1. Jl. Medan Merdeka Timur-Patung Tani-Jl.Menteng Raya

Sebenernya ini 3 point of kemacetan, tapi berhubung sambung-menyambung dan tak terpisahkan... jadi aku jadikan 1 saja. Dari jl. Pejambon, belok ke Medan Merdeka Timur. Biasanya di situ ngantre, sampe ke Patung Tani. Nanti di Patung Tani kita rebutan ada yang mau ke Senen, ada yang mau ke arah Cikini, saling silang gak karu-karuan, yah... ujung-ujungnya ya ngantre. Tapi masih bagus lah, asal gak deadlock... kalo udah deadlock, ya sudah... mobilnya ditinggal saja di kantor… 3 point of kemacetan ini bisa bersambung ke macetnya Lapangan Banteng, dan akhirnya membuat lingkaran kemacetan. Biasanya itu terjadi kalo ada demo, padahal demonya paling di istana, atau di suatu tempat yang gak terlalu dekat dari daerah situ. Dari patung tani, kita belok ke Menteng Raya, yang ini sih gak jelas kenapa selalu padat kalo sore hari, mungkin simply karena debit kendaraannya terlalu tinggi.

  1. Jembatan Kuningan

Yang ini sih gak selalu macet... kalo cukup siang (jam ½ 4 udah cabs dari kantor), biasanya masih kosong... tapi kalo lagi kumat, macetnya bisa sampe ke masjid Sunda Kelapa.

  1. Kedutaan Australia

Yang ini juga heran... sebenarnya sudah lama jalur lambat di depan kedutaan Australia dibuka untuk umum, tapi tetep aja di depan kedutaan Australia selalu ngantre. Mungkin juga karena pembangunan monorail.

  1. U-Turn di depan DepKes

Yang ini sih karena orang ngantre mau muter.

  1. Perempatan Kuningan-Gatot Subroto

Yang ini mah dari dulu-dulu pas jaman aku SMA, sudah macet, terutama di atas jam 5. Kalo sekarang sih tergantung mood-nya Kedutaan Australia. Kalo di kedutaan udah macet, biasanya perempatan Kuningan-Gatsu gak terlalu macet. Kalo kedutaan lancar, perempatan Kuningan-Gatsu lumayan macet. Tergantung debit mobil tertahan di mana...

  1. Perempatan Mampang-Tendean

Mulai dari sini... kita masuk ke Jl.Buncit yang setiap perempatannya adalah point of kemacetan.

  1. Perempatan Wilma
  2. Perempatan Duren Tiga
  3. Perempatan Duren Tiga 8

Sekitar satu tahun yang lalu, selepas lampu lalu lintas Duren Tiga, biasanya sudah tidak macet. Di depan Kantor Imigrasi Jakarta Selatan tuh jarang macet kalo sore. Tapi sekarang tidak lagi... bahkan sampe jam 11 malam pun kadang masih macet.

  1. Mau masuk jl.Amil... (aslinya: perempatan Republika)

Kalo lagi kurang beruntung, Macetnya perempatan republika itu bisa sampai ke depannya Papa Ron. Kalo dari jauh udah keliatan macet gitu, biasanya langsung belok ke Jl.Warung Jati, masuk Buncit Indah dari arah lain... tapppii... bukan berarti terbebas dari kemacetan... Di jl. Siaga pun penuh dengan macet. Mau belok ke jl.Amil aja ruwet... kadang-kadang deadlock juga.


Yah begitu lah jreng, JAKARTA.... kayaknya udah gak sanggup lagi menampung para penghuninya beserta kendaraannya.... konon kabarnya di downtown-nya Jakarta (bukan Jabotabek atau the Greater Jakarta loh), populasi bisa mencapai 20jt kalo siang hari. Andaikan public transport di Jakarta lebih memadai, pasti orang-orang lebih memilih public transport. Btw, busway tuh merupakan inovasi yang lumayan siph loh...duile... rasanya seeennnneeeennnggg banget kalo lagi naik busway trus memandang ke jalan biasa yang lagi macet.

Hayuk kita rame-rame pindah aja ke kota lain...

Wednesday, September 21, 2005

LAAARRRROOOONNNN....!!!!!!

Kemarin aku diserang laron!! Mereka masuk sampai ke dalam-dalam bajuku... hiiiiyyy....

Pulang kantor, aku gak langsung pulang ke Buncit, tapi nunggu Ndulo kelar les bahasa inggris dulu sampe jam 7. Jadi nongkronglah aku di rumah Utan Kayu <= rumah jaman kecil yang baru aja di-renov.

Di ruang tamu (salah satu ruangan yang ada perabotnya, selain ruang makan), aku buka laptop... gak kerasa... hari pun semakin sore. Waktu mulai gelap, aku menyalakan lampu ruang Tipi. Aku gak nyalain lampu ruang tamu karena... ruang tamu memang belum dipasang bola lampunya!!

Pertamanya baik-baik aja. Tapi waktu aku lagi nge-donload poto-poto dari emailnya Badagok, hmm... ada suara-suara di belakangku... pas nengok... whuuaaa... lampu ruang Tipi udah dikerubutin laron. Wah, darimana datangnya laron-laron itu... seluruh rumah cuma lampu itu yang nyala sih emang...makanya ngumpul di situ.

Gimana dunk... untung ternyata lampu teras bisa dinyalain... kita keluarin aja laron-laronnya ke teras. Jadi... aku nyalakan lampu teras, buka pintu depan, terus matikan lampu ruang Tipi...
UPS.... ternyataaaa.... dalam perjalanannya menuju teras, laron-laron itu menabrakku, dan sempet-sempetnya masuk ke dalam kemejaku, bahkan ada yang masuk ke pipa celana segala... trus ada juga yang malah menyerang layar laptop. Buru-buru aku tutup layar laptopku... abis itu lari ke dapur yang gelap gulita... dan keluar rumah.

Whhhuuuaaaaa.... laron-laron kurang kerjaan... nabrak sih boleh... tapi gak perlu masuk-masuk segala dunk... :-(

Monday, September 19, 2005

Kacamata

Sejak pertama kali berkacamata (kelas 5 SD), aku sering careless sama kacamataku, tapi untungnya... mereka selalu selamat tak kurang suatu apapun... (even kacamata2ku yang dulu, yang lensanya masih dari beling). Kalo cuma menjatuhkan, atau gak sengaja meniban/menduduki/meniduri... itu lumayan sering. Yang agak parah, pernah gak sengaja meninggalkan di mobil teman, kejadiannya pas sabtu malam, pulang nonton midnight, karena udah ngantuk, aku gak ngecek lagi. Kapan aku sadar bahwa kacamataku hilang? Hari senin-nya!! Karena hari minggu aku gak kuliah, jadi gak inget kalo punya kacamata...

Kacamataku yang terakhir bisa dipanggil si Ringan, karena memang sangat ringan. Thanks to teknologi lensa plastik yang semakin canggih. Kalo dulu, lensa plastik itu tebal, sekarang sudah bisa ditipiskan... terus sekarang dah anti-gores, juga ada lapisan UV-nya, katanya sih bagus buat yang sering berhadapan sama layar komputer. Selain karena lensanya yang dari plastik, frame-nya ikut berperan dalam keringanannya... katanya dari titanium sih... terus memang gagangnya sangat tipis, dan bagian bawahnya frameless... look at this picture...



Jadi, ketika dia jatuh dan menumbuk lantai, momentumnya tidak besar (momentum = massa x kecepatan kan?). Si lensa masih bisa menahan guncangannya... asalkan gak sudah jatuh tertimpa sunblock... seperti hari minggu kemarin...

Aku hampir tidur siang, waktu sms-an sama Irva... minta ide ttg mau-kemana-aku-cuti?
HP lagi di-charge, waktu aku tarik... klontang.... ups!! ternyata kabel-nya menyenggol 2 buah benda : kacamata dan wadah sunblock... keduanya jatuh ke lantai. I simply put them back to where they were used to be...

Sorenya... waktu mau berangkat ke Alfa (belanja bulanan), hmm.. kok ada air sih di lensa kanan kacamataku? aku coba bersihkan (dengan kaos yang aku pake...hihihi...), tapi kok masih ada sih... oke... LIHATLAH LEBIH DEKAT... doeeengggg.... ternyata lensa kanan itu sudah cuil sedikit... rupanya pas jatuh tadi... kacamata itu sempet ketiban wadah sunblock... dan karena dia frameless di bagian bawah... ya sudah bagian itu cuil sedikit... gak keliatan kalo dari jauh, tapi kalo dipake... rasanya kayak ada air nempel di lensa...

Terpaksa aku masukkan ke optik dulu... dan aku kembali ke kacamata sebelumnya: si Merah. Ini lah akibatnya kalo suka cuek.... hehehe....

Tuesday, September 13, 2005

Hari ini, 2 tahun lalu

2 tahun yang lalu, aku ada di asrama Simpruk, sedang menjalani BPS TI Pertamina. Tepat pada hari ini lah... penghuni kamar 606 (Hayat, Irva, Sapi, dan aku) melakukan tindakan kriminal berjamaah. Hihihi...

Tanggal 12 Sept 2003 jatuh pada hari Jum'at, artinya: istirahat siang lebih panjang, dari jam 11.30-13.15. Lumayan... abis makan siang, kita bisa bobok siang dulu sampai jam 1, sementara bapak-bapak pada sholat jumat.

Selesai makan, kita pun bersiap-siap tidur. Ganti celana pendek, tarik selimut, dan pasang weker. Untuk weker, biasanya menggunakan HP LG-ku, karena bunyinya paling annoying. Aku pasang supaya bunyi jam 12.45, jadi kita masih punya spare 15 menit untuk tidur lagi setelah weker bunyi. Baru setelah itu kita siap-siap untuk masuk kelas lagi.

Ternyata... kita capek banget kayaknya... entah apa yang bikin capek, mungkin karena kita di kelas seharian, terus malemnya masih belajar bareng lagi (ugh... niat banget gak sih). Waktu awal-awal (saat itu baru minggu ke-2 kelas TI), kita emang masih rajin. Apalagi banyak teman-teman yang background-nya bukan TI, jadi harus kita bantu. Jadinya... tidur siang itu termasuk salah satu yang ternikmat... Namun, waktu aku membuka mata....

.....WHAT!??! KOK UDAH JAM 13.20?? How come? Kenapa tidak ada satupun dari kami berempat yang mendengar HP-ku berbunyi?? Whhhuuaaaa... kita langsung panik sendiri, bergantian ke kamar mandi... merapikan diri sekenanya... dan sampai di kelas dengan suksesnya, hampir 13.45, terlambat hampir 1/2 jam.

Bapak-bapak (maksudnya anak-anak cowok) sudah duduk di kelas dengan rapi, lagi ngutak-ngatik PC-nya masing-masing. Kelas belum dimulai, karena menunggu satu baris terdepan yang gak nongol-nongol dari tadi, ya kita berempat ini. Di depan pintu kelas, kita putuskan untuk masuk kelas tanpa dosa... seperti tidak terjadi sesuatu yang salah.

Suasana di kelas hening, sebagian besar bapak-bapak hanya memandang dengan heran, cuma 1 yang berani berkomentar: Adji. Aku sudah lupa komentarnya apa. Begitu kita duduk rapi, pak guru (kalo gak salah pak Rudi) segera memulai pelajaran.

Untung saja pak Anton (pembimbing kelas kita) lagi gak ada, jadi kita tidak kena masalah dengan pihak Pusjarbangpim. Usut punya usut... ternyata pak Anton sedang ada acara di kantor pusat, makanya menghilang sejenak dari Simpruk. Dan ternyata (lagi)... "acara di kantor pusat" itu salah satunya adalah syukuran MPP Ibu!! Hehe... untung kita berempat memilih saat yang tepat untuk ketiduran...

Terus, kenapa wekerku gak berbunyi?? Yeah... karena sehari-hari berada di kelas, aku memasang profile "Silent", tanpa getar, dan anehnya... tanpa indikator apa-apa di layar handphone yang menyatakan bahwa handphone itu lagi dalam mode Silent. Pada jam 12.45 itu, wekerku memang nyala, tapi tanpa suara.... pantesan aja kagak ada yang bangun.

Ulang Tahun Ibu

Happy Birthday Ibu!!

Friday, September 09, 2005

Ulang Tahun Ndoro

Selamat ulang tahun Ndoro!!

9 Sept 2005

Tentang teman-teman lama (yang ketemu di Bandung)

Selama liburan ke Bandung itu, beberapa kali aku ketemu teman-teman lama... mostly anak PSM, yaa... ada juga yang anak IF, ada juga yang dua-duanya.

Fufu
Aku ketemu Fufu di depan Salman. Aku pikir waktu ke kampus gak bakalan ketemu siapa-siapa... ealah ternyata ada Fufu!! Senangnya!!

Junius
Kalo ini aku ketemu di toko Yogya BIP. Satu-satunya yang anak IF murni (tidak ada campuran PSM-nya).

Eka atau Ekkhe
Ini dia... salah satu tokoh dalam posting Chain Reaction. Anak FI 98... anak PSM juga. Ketemu sama dia waktu aku lagi melintas di Gramedia, nyebrang dari BEC ke BIP.

NDC atau Endisie atau...
...yang sebenernya sih Andy Credo atau Andy C. ”NDC” cukup keren kan? Kayak merk laptop... :-D

NDC ini anak IF 2000, juga anak PSM. Hari Jumat aku sempat call NDC (nanyain kunci sekre PSM), begitu juga Sabtu pagi (nanyain toko di BEC), intinya dia lagi sibuk aja. Jadi aku kaget banget waktu di Giant BSM ada orang yang ”pssst....pssst...” gitu ke aku, dan ternyata itu adalah NDC!! Langsung deh keluar teriakan dahsyat yang aku keluarkan hanya kalo di tengah-tengah anak PSM... cempreng dan melengking... aku gak tauk, mana yang lebih kaget: NDC, atau 2 temanku yang jalan di belakangku. Sekali lagi... maafkan atas teriakanku ya....

Lina (what a surprise!)
Lina itu temen sekelasku di IF, tapi juga anak PSM. Dulu sering banget jadi temen sekelompok kalo ngerjain tugas. Jadi kita sering nginep begadang bareng ngerjain program. Kemarin aku melihat Lina waktu kita lagi ngantre bayar di Giant. Tapi aku agak2 gak yakin, karena waktu dia melintas di depan NDC, dia diam saja, pdhal mereka sama-sama anak IF dan anak PSM. Untung akhirnya aku berhasil say hello juga... dan kita bertiga (aku, NDC, dan Lina) pun berhaha-hihi sebentar. Waaa... kangen deh....

Geng Wisata Boga (Genus, Mamih, Geget, Setiyo, Ntine)
Kalo yang ini? Aku menyebutnya ”Geng Wisata Boga”, setiap kali aku ke Bandung, pasti kelompok ini yang memprakarsai jalan-jalan ke tempat-tempat makan.

Terakhir kali jalan sama mereka... kapan ya? Mungkin sekitar bulan Maret gitu deh. Waktu itu juga ada Eldi, Fufu, Wenk, terus kita berencana mau ke Ciwalk, tapi berhubung untuk mencapai Ciwalk aja macetnya bukan maen, akhirnya kita ke Grandia... (eh beneran gak sih namanya...pokoknya restonya di Jl.Cihampelas tepat di sebelahnya jalan layang baru deh).

Kali ini... tujuan mereka adalah ke Pizza Hut. Aku datang waktu mereka sedang menghabiskan potongan Pizza yang terakhir. ”Tepat waktu!” kata mereka, ”Berarti loe tinggal bayar aja Git.” Huehehehehehehe.... Kita berfoto, oya... seperti biasa... si Genus agak-agak heboh ngambil foto-nya, sampe menjajah ke meja tetangga...

Rupanya mereka lagi diskusi tentang Training Centre buat KPS (yang tinggal seminggu lagi!!). Setelah aku pergi... mereka pindah posisi ke Holiday Inn, ngejar kue yang diskon 50%... terus mereka rapat di situ sama anak-anak PSM sampai entah jam berapa

My Comment: wah, gile bener... jaman sekarang... anak PSM kalo rapat di hotel bintang bok!!. :-D

Bandung Experience Tour by Gita Tour & Travel

Dalam sebuah pembicaraan via Yahoo! Messenger... aku bercerita kepada Sapi bahwa aku baru saja dari Bandung waktu libur 3 hari. Sapi sempet curhat sedikit tentang kantor, terus ujung2nya dia bilang bahwa dia pengen juga suatu hari jalan2 ke Bandung. Yeah... aku pun menyambut dengan gembira sekalian menawarkan "paket tour" dengan tour guide: aku sendiri. Aku juga memberikan motto dari paket tour ke si Sapi:

Kuhitamkan kakimu, kugendutkan perutmu, kutipiskan dompetmu.

:-D Huehehe... karena wisata ke Bandung = jalan-jalan, makan, dan belanja!

Jalan-jalan
Supaya gak stress kena macet, harus pake alat transportasi "kaki & angkot". Begitu terjebak macet, tinggal turun dan jalan kaki. Syaratnya: jangan salah pilih alas kaki... Kalo pake sepatu: cepet panas, kalo pake sendal: telapak kaki jadi hitam-hitam dan pecah-pecah, pilihan paling tepat mungkin: sepatu sendal. Karena sepatu sendal terbuka sehingga pertukaran udara lancar, tapi sol-nya selalu menempel pada telapak kaki, sehingga telapak kaki tidak cepat kotor.

Untuk perawatan setelah jalan-jalan, Gita Tour & Travel menyediakan jasa creambath, facial , dan perawatan tubuh lainnya (tapi di-outsourcing-kan). Kecuali pedicure, yang dikerjakan sendiri oleh staf Gita Tour & Travel. Hihi... Akibat kaki kotor, pulang dari Bandung aku terpaksa pedicure darurat, karena meskipun sudah 2 kali cuci kaki, tapi telapak kakiku tetap hitam. Mungkin ini pedicure paling ajaib (dan paling tak terarah) yang pernah ada:
1) sediakan baskom atau ember untuk merendam kaki
2) Cuci kaki pake sabun
3) Scrubbing kaki pake body scrub (lulur!)
karena masih juga belum hilang
4) sikat kaki pake sikat gigi dan rinso
agak sedikit mending, tapi prosesnya lama, jadi dihentikan di tengah jalan, kita ganti pake batu apung
5) gosok kaki pake batu apung, sampe ke kuku-kukunya kalo perlu
oya, abis treatment... jangan lupa kakinya dikeringkan, jangan dibiarkan basah kuyup terus langsung dipake jalan, ntar kepleset...
6) potong kuku
7) oleskan lotion ke seluruh telapak kaki
8) gosok kukunya pake manicure set (sebenernya ini buat tangan, tapi... bahan penyusun kuku kaki dan kuku tangan kan sama, jadi gak masalah dunk)
akibat gosokan batu apung tadi, kuku kaki memang jadi baret-baret
9) oleskan nail polish french manicure di kuku kaki
fungsinya untuk menghaluskan ajah. Nah, setelah semuanya bersih...
10) pergi tidur....

Makan
Terus... untuk makanan... jangan kalap makan sesuatu, seperti aku...hiks... kemaren di Bandung aku lagi kalap menyantap Omelette. Sehari bisa mengkonsumsi 2-3 butir telur berarti. Hasilnya? Sampai di Jakarta langsung jerawat gede-gede muncul lagi. Hiks... Lebih baik makan ini dikit, makan anu dikit, makan itu dikit, lama-lama menjadi buncit.

Belanja
Belanja? Aku juga bingung, gimana mau ngasih saran buat yang satu ini. Mungkin sarannya gini deh: Kalo gak mau beli-beli... bawa uang secukupnya buat makan dan angkot saja. Kartu kredit, kartu debet, dan kartu-kartu lainnya ditinggal di rumah, kecuali KTP... jangan sampe kena razia. Atau kalo mau tetep bawa kartu kredit, bawa yang sudah expired saja... :-D

Oke deh... segitu dulu penawaran dan tips-tips yang aku berikan. Enjoy your Bandung Experience!

Thursday, September 08, 2005

Liburan ke Bandung

Lucu juga, akhirnya aku menulis ttg LIBURAN KE BANDUNG. Selama kuliah, aku suka sebel sama orang2 Jakarta yang ke Bandung sebagai tujuan wisata (wisata belanja, wisata boga). Menuh-menuhin ajah, bikin macet, kalo belanja kan bisa ke Mangdu, lebih murah pula. Kalo aku... biasanya lebih banyak nongkrong di PSM, atau diem aja di rumah. Kalopun jalan-jalan, paling ke tempat2 langganan saja, seperti waktu aku dinas 2 minggu lalu. Itupun lebih banyak bareng anak PSM.

Weekend ini adalah China Kedua buat aku: Keliling Bandung, dengan alat transportasi utama KAKI dan ANGKOT. Aku jadi mengalami THE BANDUNG EXPERIENCE dari kacamata orang2 Jakarta yang datang ke Bandung sebagai tujuan wisata.

Yang unik... waktu aku hampir menyelesaikan the experience itu, seorang teman, si WENK, bilang begini: ”Gue jadi ngerti kenapa orang2 Jakarta itu pada berbondong-bondong ke Bandung kalo libur 3 hari... ternyata hidup di Jakarta itu keras.” Wenk ini baru saja pindah ke Jakarta, setelah dari lahir sampai 1 bulan lalu tinggal di Bandung. Hmm... mungkin memang itu sebabnya aku menikmati sekali menjadi salah satu dari orang2 yang dulu aku sebeli.

Ttg Kereta Api
Kereta Api ke Bandung, sekarang tiketnya mudah didapat. Setelah mencari-cari travel sejak hari Selasa dan gak dapet-dapet (Dian Travel dan Xtrans yang lagi ngetop), akhirnya hari Rabu aku mencoba ke stasiun Gambir. Biasanya sih... kalo mau libur 3 hari gitu, sejak seminggu sebelumnya tiket sudah habis. Harapan terakhir adalah ngantre pada hari-H. Tapi... kali ini... aku bisa dengan mudahnya dapat tiket KA Parahyangan Executive, masih dapat di gerbong 1, nomor 9A. Aku bingung, garuk2 kepala jadinya... Sampe konfirm lagi ke mbak-mbak di loket:

Aku: Ini beneran buat hari Kamis sore? Kok gampang banget sih dapetnya?
Si Mbak: Bener mbak, sekarang emang kereta ke Bandung udah gak penuh lagi.

Besoknya... keretaku berangkat tepat waktu jam 16.30. Tapi sayang, agak jorok keretanya.... ah tapi yang penting selamet sampe di Bandung sih. Awalnya keretanya berasa lambat banget. Udah 1 ½ jam baru nyampe Cikampek. Setelah lewat Cikampek, baru deh dia agak ngebut. Sampe Bandung lumayan tepat waktu.

Yang menyebalkan adalah sinyal HP-ku... seperti biasa kalo lewat di terowongan Sasaksaat, langsung hilang sejenak, syuutt... ntar kira-kira sebelum di Padalarang tuh sinyal penuh lagi. Kali ini tidak begitu... Udah sampe padalarang... tetep gak naek, HP-nya aku reset sampe 4-5 kali gak ngaruh. Sampe di stasiun Bandung masih belum naik. Aku naik angkot dan berhenti di Jl. Sangkuriang, masih belum. Bahkan aku belok ke Jl. Cisitu Baru, masih belum juga. Baru setelah aku belok ke Jl. Cisitu Baru Dalam (kira-kira 100 meter dari rumah jreng), baru deh muncul sinyal yang kutunggu-tunggu.... Uuugghhh... gimana seehh....

Ttg kampus
Kampusku tercinta, tempat aku menghabiskan jaman-jaman jahiliyah... BTW, agak2 kuper aku ternyata... masa’ setelah bertahun-tahun hidup disitu, aku baru tauk dari Dedy (anak ITS gitu loh...), bahwa ubin di koridor antara Labtek TK dan Bio itu bentuknya double helix dan sengaja dibuat memantul ke rumah kacanya Biologi. Apalagi ya? Oya... spot resonansi yang ada di pinggir taman Oktagon-TVST. Hehe... kalo spot itu sih... di sore hari dikuasai sama anak-anak yang maen skateboard.

Wajah kampus sudah berubah, sejak boulevard dan Student Centre berubah wujud jadi Campus Centre yang desainnya kayak Mall itu... sejak Gedung Bengkok dirubuhkan dan berubah wujud jadi kantin. Huhuhuhu.... Gedung Bengkok-ku... tempat aku kebanjiran, tempat aku tidur siang di sela-sela jadwal kuliah, tempat aku nongkrong sambil nyanyi dangdut sampe serak pake kendang Aqua Galon, tempat aku sering curhat, tempat aku sering bikin konser (just piano dan anak-anak PSM, menyanyikan lagu-lagu The Sound of Music, soundtracknya film Disney, atau bahkan lagu-lagu Westlife), tempat aku maen truf dan capsa, tempat seminar hari Rabu.

Hari itu (2 Sept 2005) kampus sepi sekali... hanya ada 1 himpunan yang lagi OS, mungkin karena libur nasional. Waktu nungguin sholat Jum’at, aku sempet duduk diam di dekat Gerbang Ganesha... menikmati sepinya kampus. Hey...I’ve never done that before... Di saat damai di kampus gitu, jadi malah terbayang saat2 ramai di Gerbang Ganesha: Waktu Megawati datang dan orang2 pada demo di situ, waktu Pasar Seni ITB, waktu Bazaar IMG, waktu OSKM 98, dan tentu saja... gak ketinggalan: waktu Festival Paduan Suara ITB.

Kita keliling kampus, jalan kaki... ke Gerbang.... ngintip Aula Barat dari kejauhan, Aula Timur, lewat selasarnya LFM (yang baru direnov pake gaya Jepang), terus lewat di jalan penggantinya Boulevard (yang di sebelah Plaza Planologi), ke IF, lewat kantin borju, terus ke FT, abis itu balik ke tengah lagi, mengunjungi spot resonansi ajaib itu... entahlah itu efek resonansi, atau pemantulan...yang jelas, suara kita jadi stereo kalo bicara di situ. Terus ke ex-Gedung Bengkok, ke GKU Baru (foto-foto dulu), lewat TPB, ke Labtek Bio-TK, terus ke sekre Menwa (trying to say hello to Acong), lewat Perpus, dan keluar dari pintu belakang. Btw, ucapan selamat lulus buat Acong ternyata ditempel dimana-mana sama anak-anak Menwa, wah... celeb banget dia....

Ttg outlet2 di dago
Aku iseng-iseng melihat mobil-mobil yang parkir di depan outlet yang aku lewati, hmm... ternyata awalannya B semua... gila ini orang2 Jakarta (hihihi... speak for yourself, Git!!).
Mantan kost-annya Aan dan Iin, sekarang udah jadi outlet gede banget. Tapi ya gitu sih... rata-rata barangnya sama semua... itu lagi... itu lagi.... dan ternyata ketika aku membeli tas komik Star Trek, mm... Ndulo bilang pernah liat di Klapa Gading, meskipun memang di outlet Bandung harganya lebih murah.

Ttg Columbia
Salah satu tempat yang gak asik, tapi aku suka... karena dia jual yoghurt yang benar-benar yoghurt. Viskositasnya tuh cukup tinggi... After all these years, kok harganya masih Rp3500 juga ya? Belum ada penyesuaian harga....

Ttg Lomie Imam Bonjol
Tempat makan lomie di Imam Bonjol, sekarang udah jadi food court dengan berbagai macam jajanan.Tapi kemarin itu, si pak lomie-nya gak jualan, mungkin karena libur. Aku makan ini aja: es kelapa susu, meskipun kelapanya gak selembut dulu lagi, tapi tetep aja sih... kalo dibandingin es kelapa di tempat lain, kelapa di tempat lomie itu memang tergolong lembut banget, muda banget.

Ttg BIP & Johnny Antrean Training Centre
BIP mau berubah wajah juga (kayak ITB)... lagi direnovasi bagian depannya. Tadinya mau krembong di training centre-nya Johnny Andrean, tapi ternyata training centre itu namanya sekarang Johnny Antrean... yang antre di depan kita ada 9 orang!! Jadi gagal deh...

Aku jadi inget waktu jamannya KP tahun 2001. Ceritanya baru 2 minggu KP di Jakarta, lagi agak2 bete gitu. Begitu balik ke Bandung.... langsung masuk Johnny Antrean Training Centre itu. Nge-highlight rambut jadi blondie... huekekekekek... dikerjainnya dari jam 11 sampe jam 4... huekekekek.... lama betul... Dari mulai dikeramas... terus dikeringin, abis itu dibungkus satu2 pake aluminium foil, dah gitu bagian yang mau dicat dibleaching. Nah... pem-bleachingan ini juga bermasalah... karena 6 bulan sebelumnya aku habis dicat warna Blue Black... jadi lama banget tuh si bleaching... ngilangin warna cat-nya dulu, baru dah itu ngilangin warna rambut aslinya. Abis dibleach, masih dicat lagi pake blondie tadi... terus disteam, biar meresap katanya.... dah gitu dikeramas lagi, terus di-blow... dan...TUING-TUING!! Jadilah bule kampung.... :-D

Ttg BEC
Gak ngerti ya... aku kok gak pernah berhasil mendapatkan sesuatu di BEC ini, kecuali makan tentu sajah... hehehe... Tahun lalu pernah tertarik sama webcam, tapi... akhirnya gak jadi, malah beli webcam di Mangdu. Terus pernah juga nyari wireless adapter, tapi gak nemu yang sesuai, akhirnya beli di Mangdu juga.

Ttg Istana Plaza
Kalo IP, dari awal dia baru buka, aku sudah cocok... Mesti aja kalo ke situ dapet yang aku cari. Kemaren itu, pas di foodcourt, akhirnya (setelah bertahun-tahun), aku dapet duduk tepat di sebelah kacanya arena Ice Skating.

Buat aku, IP punya cerita tersendiri. Judulnya: Ndorong Angkot... Di tengah tahun 2002, waktu lagi persiapan Festival Paduan Suara ITB, aku, NDC, dan Dhanie pergi ke IP untuk menemui mas Indra Listiyanto (salah satu juri di FPS ITB waktu itu). Pulangnya sudah malam, kita naik angkot Cicaheum-Ciroyom. Gak jauh dari IP, di perempatan Pasir Kaliki-Pasteur, angkotnya mogok!! Para penumpang yang nggak banyak itu (Cuma kita bertiga, sama 2 orang lagi rasanya) akhirnya turun dan kemudian mendorong angkot... kecuali aku. Hihihi... tadinya aku sudah mau turun, tapi terus baru nyadar kalo aku lagi pake sepatu dengan hak 5 cm, dan rok. Jadi salting sendiri gitu akhirnya... sebelum aku sempat memutuskan mau ikut turun dan mendorong atau enggak, para penumpang pria itu udah keburu on action. Jadilah aku tetap di dalam angkot yang didorong itu. Huehehehehe...Setelah beberapa kali percobaan, angkotnya gak mau nyala juga... akhirnya kita pindah angkot... Keesokan harinya, aku menulis lagu based on Encore! – Lagu yang dinyanyikan di Konser 2002. Liriknya yang ”Sing an Encore! Encore! One More Time!!” aku ubah jadi ”Ndorong Angkot! Angkot! One More Time!”. Khusus aku persembahkan buat Dhanie dan NDC.... ya itu salah satu suka duka jadi panitia festival.

Ttg Café-nya hotel Geulis
Cafe Geulis, masih seperti yang dulu.... remang-remang (sebenernya hemat listrik apa gimana?), tapi pemandangan keluar cafe: ya jalanan macet. Hehehe...
Di sini, mataku sempet kepedesan gara-gara kena asap dari lilin cair yang ditaroh di setiap meja. Gak tauk ya... lilin begituan kan ditaroh di situ untuk menambah suasana romantis, tapi aku selalu terganggu... abisnya takut tumpah lah, takut kesenggol lah, yang sekarang: kelilipan... hihihihi...
Sebenernya, specialty dari cafe itu adalah Pizza-nya yang dipanggang pake kayu... dulu Erik yang pertama kali memperkenalkannya. Oya, aku baru sadar... ternyata tempat duduk yang aku pilih kemaren letaknya persis di sebelah tempat duduk yang kupakai waktu ditraktir Erik.

Ttg Jalan Veteran
Di jalan Veteran, banyak atraksi belanja dan makan. Edward Forrer misalnya... yang di Jl.Veteran itu adalah outlet pertamanya Edward Forrer. Di seberangnya ada Purimas, tempat beli kue mini-mini, terus ada Batagor Kingsley, ada juga Siomay Bungsu (dan es sekoteng-nya). Juga beberapa hotel cihuy....hehehe....

Ttg Pasar Buku Palasari
Pasar buku Palasari, kalo di Jakarta.... sama dengan kaki lima Kwitang kali ya? Setiap kios menjual buku-buku jenis tertentu saja... ada yang jual novel-novel saja, buku-buku teks saja, buku-buku kedokteran saja, buku-buku komputer saja, dan seterusnya.

Ttg Bandung Super Mall
Aku masih sebel sama bioskop 21-nya BSM... abis rese’ banget sih, gak boleh bawa makanan dari luar. Untungnya kemaren gak nonton... tapi lumayan juga, ketemu orang2 tak terduga di situ. Terus juga menemukan barang2 tak terduga. Kunjungan kita akhiri dengan nyalon. Huihihihihihi....

Ttg Happening
Kiki yang pertama kali ngajak aku ke Happening. Dulu suasananya enak banget. Sepi (kebetulan hari biasa), musiknya jazzy, meskipun dari CD, terus di sekeliling bar ada air terjunnya. Tapi kenapa sekarang jadi gak se-asik itu ya? Cafenya jadi rame (mungkin karena malam minggu), terus musiknya bukan Jazz lagi, air terjunnya sudah gak nyala... aku malah menyebut kolam di sekeliling bar itu sebagai sarang nyamuk demam berdarah. Hehehehe....

Ttg Pizza Hut Dago
Yang aku ingat dulu, Pizza Hut Dago selalu memutar lagu-lagu Westlife. Beberapa kali aku ke sana, lagunya selalu Westlife, album terbarunya tepatnya. Tapi sekarang sih enggak lagi. Pizza Hut Dago salah satu tempat curhat, tempat buat celebrate something, atau kongkow2 aja ngomongin masa depan PSM seperti yang dilakukan Ntine, Genus, Geget, Set, dan Mamih malam minggu kemaren. Aku mampir sebentar saja, untuk foto-foto dengan mereka.

Ttg Jagung, Pisang bakar, dan Susu Jeruk
Kalau menghabiskan malam di Jl.Dago, rasanya gak komplit kalo gak mampir ke warung-warung tenda yang jual roti bakar, pisang bakar, jagung bakar, indomie dan segala jenis minuman sederhana. Tips khusus buat makan di warung2 tenda itu: sedia recehan banyak-banyak, karena bakalan banyak pengamen...

My fave beverage: Susu Jeruk Dingin. Eh ya... aku pernah ada accident susu jeruk yang justru menguntungkan. Waktu FPS 2002, aku dalam keadaan radang tenggorokan. Setiap malam aku selalu menyempatkan keluar sebentar dari Aula Barat untuk mampir ke Dwi Lingga, minum susu jeruk panas, dengan harapan itu membantu penyembuhan. Kira-kira H-2... aku ke Dwi Lingga juga. Tapi entah gimana... mas-masnya salah dengar, bukannya susu jeruk panas, malah susu jeruk dingin dia bikin buat aku. Walah... misalkan aku pesan dingin tapi dia bikin panas, masih bisa dikasih es, tapi sebaliknya kan kagak bisa...
Karena gak mau ribut, aku minum aja itu susu jeruk dingin. And guess what... besok paginya... radang tenggorokanku jadi much better... yaahh... tauk gitu dari kemaren-kemaren aku minum yang dingin!!

Ttg Xtrans & Cipularang
Sekarang travel Xtrans lagi naik daun (begitulah kata si Wenk). Tapi emang enak banget sih... Dia mirip kayak kereta (karena point-to-point, gak mesti jemput para peserta dulu), dan hanya 2 jam. Akhirnya kemarin aku melihat jalan tol Cipularang sampai habis. Pertama lewat situ, hujan lebat, gak liat apa-apa. Waktu kedua kali, aku dalam keadaan ngantuk berat, jadi tidur sepanjang perjalanan. Nah... kali ini... aku sudah tidur begitu keluar Bandung, dan terbangun tepat sebelum Padalarang. Jadinya aku bisa lihat jalan sampe ke Cikampek... abis itu tidur lagi... hihihihiyy... Sampe di km 10 dari Cawang, macet... wah... ini gimana sih... gak hari Minggu gak hari biasa... tetep aja macet, percuma dunk bayar tol.

Yah begitu deh liburan ke Bandung, sampe di Jakarta, bener-bener China kedua, paaannnaaassss banget... padahal di Bandung lagi dingin... jadi agak kaget juga. Hihihi...

Tuesday, September 06, 2005

Chain Reaction

Hari Sabtu kemarin aku jalan2 bersama Dedy dan Dody ke BEC. Dari BEC, kita berniat untuk pergi ke Pasar Buku Palasari. Hmm? Tapi naik apa ya, aku sudah agak2 lupa, lagipula gak pernah sendirian ke sana, kalo gak sama Ndoro, sama Ntine, sama Bie, atau mas Imam. Jadi aku telpon dulu konsultan angkot (Ndoro -red-). Katanya:

"Kamu naik angkot yang ke arah Kalapa, berhenti di perempatan Pungkur, terus naik Kalapa-Cicaheum yang lewat Binong. Pulangnya ke arah sebaliknya, berhenti di Universitas Langlangbuana."

Dalam pikiranku, angkot ke arah Kalapa itu adalah selalu Kalapa-Dago. Berarti naiknya di depan BIP. Aku pun mengajak Dynamic Duo itu melintas Gramedia (1). Di parkiran Gramedia, ada seseorang yang memanggilku. Ternyata...

...EKKHE!! What a surprise!! Kemudian aku sempet "menginterogasi" dia sebentar, dan mendapatkan berita yang cukup melegakan: "Aku sudah sidang." (2)

Kemudian aku pun meneruskan perjalanan. Ke Jl. Bungsu, ke Palasari, kemudian ke BSM. Di BSM, kita nyalon dulu... I love cream bath, tapi kadang2 bosan juga... apalagi gambar komik Star Trek yang jadi motif tas slempangku juga sudah selesai dibaca. Mulailah cari kerjaan lain, olahraga jempol misalnya: SMS si Dedy... (kurang kerjaan betul), terus aku teringat sama perjumpaan dengan Ekkhe tadi, akhirnya aku SMS si Genus (3), dengan harapan dia baru berangkat ke Belanda besoknya. Ternyata...

...Genus ada di Bandung!! Dan seperti biasa dia ngajak kongkow2 sama anak2 PSM lainnya. Aku bilang kalo aku bawa 2 teman, jadi gak janji, kalo say hello doang sih boleh lah.

Dari BSM, kita makan malam di Happening (sebelahnya Rich & Famous). Waktu lagi makan itu, si Genus SMS, dia bilang Ntine, Geget, Setiyo, Mamih, dan dia lagi mau makan di Pizza Hut (4). Aku bilang: "OK, kalo gitu abis makan aku akan mampir sebentar", tentu saja setelah menemukan tempat nunggu yang enak buat Dynamic Duo.

Dari Happening, kita berjalan kaki ke Pizza Hut. Dedy dan Dody ke Disc Tarra, sementara aku masuk ke Pizza Hut.
Meskipun sebentar, aku sempet poto-poto, ketawa-ketawa, just like the old days. Eh ternyata, si Ntine belum dapet tempat nginep. Jadi, aku menawarkan untuk menginap di rumah (5). Tak lama kemudian, aku melihat Dedy sudah turun dari Disc Tarra, sendirian pula. Jadi aku langsung cabs. Malam itu, setelah selesai rapat bersama anak-anak PSM dan mas Jodi, Ntine diantar Genus ke rumah (6).

Keesokan harinya, aku cerita sedikit ttg perjalanan hari kemarin ke Ndoro. Katanya:

"Maksudku naik angkot ke arah Kalapa itu bukan berarti Kalapa-Dago, tapi bisa juga Kalapa-Ledeng, malahan Kalapa-Ledeng bisa naik di depan BEC langsung, gak perlu ke BIP."

Tapi... setelah aku ingat-ingat...
Kalo aku gak jalan ke BIP melalui Gramed, aku gak akan ketemu Ekkhe, sehingga mendapatkan berita cukup menyenangkan itu. (refer no 1)
Kalau aku tidak mendengar berita itu dari Ekkhe sendiri, aku gak akan iseng ngirim SMS ke Genus. (refer no 2)
Kalau aku tidak SMS Genus, aku tidak akan tahu kalau dia ada di Bandung dan bakalan jalan-jalan sama anak PSM, dan sebaliknya si Genus juga gak akan tahu kalau aku ada di Bandung. (refer no 3)
Kalau kita gak saling tahu, Genus gak bakal ngajak ke Pizza Hut. (refer no 4)
Gara-gara aku ke Pizza Hut, aku jadi tahu kalau Ntine gak dapat tempat nginep, sehingga aku menawarkan untuk ikut tidur di rumah. (refer 5)
Jadilah si Ntine gak perlu ke rumah sepupunya yang jauh itu! (refer 6)

Kalau aku langsung naik Kalapa-Ledeng di depan BEC, mungkin semua dari nomor 1 sd 6 tadi tidak akan terjadi. Cerita hari Sabtu bakalan berbeda. Seperti reaksi berantai. Kejadian 1, memicu kejadian-kejadian selanjutnya. Ternyata satu pilihan sederhana yang gak terlalu aku pikirkan pun bisa membuat perbedaan yang signifikan.

Hmm... aku jadi ingat episode Star Trek: The Next Generation yang berjudul Tapestry. Di situ Picard diberikan kesempatan untuk melihat lagi kehidupannya di masa muda. Ada momen yang ingin dia perbaiki. Akan tetapi, ketika dia berhasil mencegah momen itu untuk terjadi, ternyata kehidupannya menjadi sama sekali berbeda: dia tidak pernah menjadi kapten Enterprise, hanya crewman biasa saja.

Episode itu berjudul Tapestry. Maksudnya... kehidupan kita seperti permadani yang terdiri dari lembaran-lembaran benang yang dirangkai. Ketika 1 helai benang kita ambil... permadani itu akan terurai, yang jelas: it will never be the same.