Thursday, March 25, 2010

[Prabumulih Days] Maaf, Taktik Anda Tidak Berhasil Anda Aplikasikan ke Saya

Part 1
Dari kemaren dibikin berkelahi terus sama seseorang yang memang sudah terkenal menyebalkan. Aku baru menyadari dalam dua hari ini, bahwa selama ini dia bukan hanya nyuruh-nyuruh fungsi/bagian/department lain secara terang-terangan, tapi juga memperdaya fungsi-fungsi lain untuk mengerjakan apa yang dia mau.

Modus operandinya adalah: dia menyuruh lewat anak buah dari fungsi tersebut, gak pernah berani bicara langsung ke bossnya fungsi tersebut. Huh, gak gentleman banget…

Nah, kesalahannya kemarin adalah dia mencoba mempengaruhi aku, tapi dengan cara yang tidak dapat aku terima: menjelek-jelekkan bosku di depanku.

Mengapa dia perlu menjelek-jelekkan seorang bos di depan anak buahnya? Mungkin penyebabnya seperti ini: dia adalah aktivis Serikat Pekerja yang cukup "berisik". Sepertinya ada orang-orang SP yang menganggap bahwa tim manajemen itu adalah rival mereka (gak semua orang SP seperti itu lho). Dengan anggapan itu, mungkin mereka men-generalisir bahwa hubungan bos dan anak buah itu seperti halnya anjing sama kucing. Bos tugasnya menyuruh, dan anak buah pasti sebal karena disuruh-suruh terus sama bosnya. Dengan anggapan itu, dia mencoba mengambil dukunganku dengan menjelek-jelekkan bosku.

Tapi apa dinyana… aku bukan orang yang memegang faham bahwa bos dan anak buah itu hubungannya seperti itu. Anjing dan kucing di rumahku saja bisa bersahabat dengan baik. Menurutku, sebaiknya bos dan anak buah itu saling bahu-membahu, supaya sama-sama enak. Dan kebetulan sekali, atasanku yang kali ini memang (menurutku) pantas untuk didukung dengan sepenuh hati. Aku yakin, kalau aku mendukung beliau dengan sepenuh hati, maka beliau juga akan mendukung aku. Aku mempelajari itu dari kata mutiaranya Mario Teguh, dan juga dari atasanku yang sebelum yang sekarang ini. Pokoknya kalo atasan-bawahan itu kompak, dan memang sama-sama menjunjung hal yang kita yakini benar, hidup ini enak lah…

Maka, dengan faham yang bertentangan itu. Ketika orang nyebelin itu menjelek-jelekkan bosku, reaksi yang didapatnya bukannya: "iya, gak tauk tuh pak boss-ku… kok gitu ya." Tapi aku malah marah dan menantangnya. Dia kaget, dan protes: "lha, kok kamu yang marah?". Aku hanya bilang: "Bapak menghina bos saya, ya saya marah."

Maaf pak, kalau anda menganggap bahwa semua anak buah selalu sebel sama bossnya, anda salah besar. Mungkin sebagai manusia, saya pernah sebel 1-2 kali sama boss saya, tapi secara umum saya mendukung boss saya, dan lagi anda jauh lebih menyebalkan. Silakan simpan sendiri saja taktik anda itu.

Part 2
Hari ini, dia berulah lagi (ah, tapi sepertinya sih tiap hari, tapi kebetulan dua hari ini langsung kena ke aku). Anyway, dia mencoba melimpahkan suatu pekerjaan yang harusnya menjadi tanggung jawabnya ke fungsiku. Ada bapak-bapak pendukungnya pula, tapi bapak pendukung itu gak tau permasalahannya sih emang.

Dia selalu ngotot bahwa fungsiku lah yang harus memulai manggil-manggilin fungsi lain, untuk membicarakan pekerjaan yg jadi tanggung jawabnya dia itu. Lha… kalo kami manggil, nanti fungsi lain kan menganggap itu tanggung jawab kami, padahal kami gak punya kompetensi untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dari jaman dulu, semua bos yang pernah ada di fungsi kami sudah menyatakan (secara konsisten) bahwa itu bukan kompetensi kami. Tapi dianggapnya bos-bos itu pada menghindar dari kerjaan mereka.

Udah gitu pake ngatur-ngatur segala bahwa kami harus bikin meeting minggu depan, ditentukan harinya hari Rabu pula. Emang dia siapa? Presdir? GM? Kalopun boss aku mau ngambil kerjaan itu, ya suka-suka kami lah mau bikin meeting kapan, ngapain dia ngatur-ngatur.

Singkat kata, kami berkelahi. Dianggapnya aku bicara muter-muter. Oke, aku memang muter-muter, karena mencoba membuat dia ngerti dengan berbagai cara. Tapi dia mencla-mencle, pertama nyuruh bikin meeting dengan spek A, terus tau-tau speknya jadi B.

Capek ternyata dua hari berturut-turut berkelahi gitu, apalagi sama orang yang keras kepala. Semoga ke depan gak perlu berkelahi lagi dengannya. Kalau besok-besok dia belum insap juga, semoga aku diberi kekuatan untuk bersabar dan selalu berprinsip: JANGAN DIWAROK!!!

Notes: orang macam dia itu mesti diwaspadai, jangan sampe fungsi kita jadi terjebak. Karena caranya nyuruh lewat anak buah fungsi lain itu kadang-kadang tidak disadari oleh anak buah yang jadi "agen"-nya itu. Jadi berusaha membuat kita agar menyampaikan ke boss, supaya si boss melakukan ini-ini-itu kemauannya dia... dari mulai nyuruh kita langsung (padahal dia bukan bos kita), sampe nyuruh dengan berusaha mengambil hati kita, bisa dengan muji2 atau malah dengan menjelek-jelekkan boss kita seperti yang kujelaskan. Kalau sudah begitu, sebaiknya segera konsultasikan/tanyakan ke boss kita langsung.

Wednesday, March 17, 2010

[Prabumulih Days] Panas, Kebut-kebutan, dan MCU

Ternyata kalo cuaca panas, aku cenderung gowes dengan kecepatan tinggi. Itu sudah reflek yang terjadi, sepertinya karena takut item. Padahal tanpa naik sepedapun, udara panas itu sudah membuat lebih cepat lo-batt. Dan ini akibatnya...

Hari Senin kemarin adalah hari yang sangat-sangat-sangat melelahkan... secara fisik. Karena udara panas, kebut-kebutan, dan MCU. Pagi hari dimulai dengan terbangun gara-gara mimpi buruk dikejar-kejar penjahat. Biar kata cepat menenangkan diri, tapi gak bisa tidur lagi. Mungkin karena sudah keburu tersuntik dengan adrenalin yang gak perlu. Akhirnya, untuk menyalurkan energi berlebih aku melakukan program in-house exercise singkat alias olahraga ringan di dalam kamar), biarpun dalam keadaan puasa mau MCU. Yayaya, program in-house exercise itu tercipta karena musim hujan yang bikin males sepedaan sore, padahal punya target untuk mengembalikan ukuran paha ke initial state.

Abis itu ngisi air, mandi, terus gowes ke rumah mbak Ita (deket Rumah Sakit) buat markir sepeda (trip sepeda 1). Terus dari rumah mbak Ita jalan kaki ke Rumah Sakit (ini mah deket). Ternyata aku pasien MCU pertama. Disuruh pipis, ambil darah, sarapan. Sarapannya itu loh… pop mie yang airnya dari dispenser dan kurang panas. Jadi agak-agak alot mie-nya. Setelah aku, di belakang banyak pekerja UBEP Adera yang baru datang.

Abis makan, ngapain lagi? Check dokter gigi. Ini ngantrenya mayan lama, padahal pasiennya dikit. Terus rekam jantung. Test Audiometri, disuruh dengerin nada-nada fals gitu, dulu dah pernah siy, tapi rasanya gak fals gitu hihihihihi. Test spirometri, yang ini test sebul-menyebul yang aku sama sekali belum pernah berhasil menjalankannya dengan benar semenjak test kesehatan mau masuk pertamina sampe MCU tahun lalu. Tapi kali ini, instruksinya sangatlah bagus sepertinya, jadi sekali percobaan langsung sukses. Terus test visus mata. Sepertinya hasilnya jelek. Hahaha… tapi emang udah saatnya ganti kacamata, paling gak frame-nya.

Nah, terus disuruh pipis lagi dan ambil darah kedua. Belum sampe dua jam je. Validitas hasilnya jadi diragukan niiiyy… mana asupannya cuma pop mie ama segelas teh gak begitu manis pula.

Abis itu jam 9 lebih disuruh pulang dulu, karena dokter internis yang mau melakukan USG belum ada, trus treadmillnya adaptornya rusak, mau diperbaiki dulu. Jam 12 disuruh makan dikit aja, plus minum, abis itu nahan pipis buat persiapan USG, jam 2 balik lagi buat USG dan treadmill. Weks, nahan pipis?! Melihatku panik, mbak-mbaknya bilang jam 1 boleh pipis kok, tapi harus minum lagi habis itu .

Kemudian aku pun jalan kaki balik ke rumah mbak Ita (dan menemukan jalan potong yang gak pake belok-belok), terus gowes ke kantor, mampir rumah dulu buat ambil laptop (trip sepeda 2). Sampe kantor ya begitu-begitu aja siy, lagi gak banyak kerjaan juga.

Jam 12 pulang ke rumah, gowes tentunya (trip sepeda 3). Cuaca mulai panas. Agak dipercepat. Sampe rumah, gak ada bibik. Karena disuruh makan dikit aja, jadi aku manggang roti aja 2 lembar, plus susu kedelai ABC. Cukup mengenyangkan.

Jam 1 balik kantor lagi (trip sepeda 4). Ngobrol bentar tentang pajak sama pak Andi, terus jam 2 ke rumah mbak Ita lagi, gowes lagi (trip sepeda 5). Cuaca bener-bener panas. Kayaknya yang terpanas dibandingkan 2 trip sebelumnya yang sama-sama panas, jadi aku ngebut. Karena bosan lewat main road, aku belok di jalan Nanas, mengambil jalan agak memutar, tapi kurang menanjak. Aku lebih suka rute itu, karena banyak pohon kelapa sawit. Tapi hari itu, jejeran kelapa sawit gak mengademkan, yang sedikit membantu adalah jalannya yang agak menurun, jadi bisa banyak dapat angin.

Dari rumah mbak Ita, jalan kaki ke RS lagi lewat jalan potong. Untungnya sampe di ruang MCU gak langsung disuruh action. Agak-agak basah keringat. Leyeh-leyeh dulu sambil ngisi data buat pendaftaran, karena belum pernah berobat di RS itu. Terus di depanku untungnya ada bapak-bapak yang dipanggil treadmill duluan. Harapannya dengan leyeh-leyeh, waktu mau treadmill nadinya udah mendekati normal lagi. Weks, tapi panasnya gak ilang-ilang niy… biar udah di ruangan ber-AC.

Tiba giliran treadmill, jam 3 kurang baru dipanggil. Tadi nyampe situ jam 1/2 3 lebih. Ganti celana (abis gak enak dunk olahraga pake celana kantor yang udah agak "lemper" itu), ganti sepatu. Terus dipasangi elektroda2 itu, pake jubah RS.

Mbaknya bilang testnya sampe denyutnya 85% dari maksimal. Karena datanya baru bisa terbaca oleh dokternya kalo segitu. Normalnya usia segini bisa dicapai dalam waktu 9 menit. Pas treadmillnya baru mau dijalankan, aku tanya: berapa denyutnya mbak? Mbaknya: 109. WAAAKKSSS!!! Wah… itu mah belum mulai juga udah tinggi, biasanya kalo santai paling cuma 60-70/menit. Kalo siang gitu, ya mungkin 80 lah, boleh lah… ama temen. Mbaknya bilang gak apa-apa, paling kurang dari 9 menit udah tercapai targetnya 85% itu.

Stage 1 (3 menit) biasa aja. Stage 2 (3 menit kedua) juga biasa aja. Sebenernya emang biasa aja sih… pas 5 menit 30 detik, katanya sudah mencapai 85%, mbaknya nawarin apa mau berhenti, tapi rasanya masih oke. Stage 3, baru kerasa pegel2 dikit kakinya. Aku gak tauk harus brenti kapan, capek sih capek… tapi masih bisa ditahan. Pas mbaknya bilang : "Nanti stage 4 kayaknya harus lari". Akhirnya aku bilang: "Ya udah gak usah pake stage 4 deh". Hiii… kayak gini aja udah basssaaahhh keringetan… pas 8 menit mbaknya bilang : "ya udah sampe 8 menit 30 detik aja ya. Ini udah 94%...". 94%?? brapa tu? Kalo asumsi denyut maksimalnya 220-30=190x/menit. Maka 94%nya = 179x/menit. Serasa atlet aja, biasanya paling tinggi 140-150an kalo lagi sepedaan. Mungkin hanya 2 menitan diukur denyut recovery-nya, abis itu disuruh berganti pakaian dan langsung digiring ke Internis buat USG.

Woooaaahh… badanku basah semua, betul2 basah. Elektrodanya treadmill test aja sampe gampang banget dilepas. Gak bawa anduk, jadi terpaksa "andukan" pake celana training, terus langsung pake baju kemeja seragam lagi. Wkwkwkwk… jorse. Untung USG-nya cepat. Katanya sih hasilnya bagus, meskipun dokternya nyariin gambar empedu gak dapet-dapet. Terus boleh pulang. Jalan kaki ke rumah mbak Ita dulu. Ngambil si Urbano. Tapi ngobrol2 dulu tentunya, sambil minta minum, cemilan, numpang pipis, dan sedikit ngadem. Sekalian nyoba settingin internet di kompie rumahnya mbak Ita. Yang ternyata gagal karena kompienya gak ada modem dial upnya.

Tak lama ternyata udah suling jam 4. Aku pamitan dan gowes balik ke kantor. Laptopku masih di kantor. Tapi pas liat ke arah langit: waduh, kok mulai mendung… KEEBBUUUUTTTT….!!!! WERRR… WERRR…. WERRR… (trip sepeda 6) Pas udah masuk halaman kantor Data&TI ketemu Fikri: "Mbak, dicariin pak Andi…"

Oiya ya, besok bapaknya dinas ke Palembang, pasti mau nitipin kerjaan. Lari-lari masuk kantor, tepat pas bapaknya lagi ngunci ruangan kerja. Ternyata… AC Data Center jebrut. Jadi PR-nya besok adalah mengusahakan perbaikan dan penggantian sementara, entah kemana gak jelas. Katanya AC urusan Jasa-jasa HR, tapi teknisinya Jasa-jasa cuman tauk AC biasa aja, gak tauk tentang AC Precision. Lagi diskusi-diskusi gitu, tau-tau turun hujan. YAAAAA…. Ternyata gak kekejar juga hujannya.

Dengan berat hati aku memasukkan sepeda ke cubicle, ngunci, terus minta nebeng sama pak Andi. Gak enak juga, badan masih panas pliket basah bau, ditambah banyak tentengan (laptop, sepatu dan baju olahraga). Tapi ternyata bapaknya mampir Data Center dulu sebelum keluar. Katanya kipasnya si AC masih nyala, padahal gak ada udara dingin yang ditiup, takutnya malah nambah panas ruang Data Center aja. Aku ikutan masuk Data Center jadinya. Duh, kasian si Data Center, tambah panas aja dunk waktu aku masuk. Wkwkwkwk… Tekan tombol on/off… maka matilah si AC.

Ternyata pas keluar dari Data Center, hujan berhenti sebentar. Hmmm… aku akhirnya memutuskan mau naik sepeda aja. Kasian sepedanya masa' ditinggal di kantor malam ini… besok kan libur. Maka aku pun ngebut lagi menuju rumah (trip sepeda 7). Kali ini lewat jalan yang dekat mesjid, karena entah kenapa… tanjakan di situ lebih curam tapi lebih enak dipake ngebut, gak kayak lewat Jl. Pramuka. Huhuhuy… anginnya gede dan dingin… ayo buruan sampe rumah, keburu masuk angin, soalnya masih keringetan niy. WUUTT… WUTTT… WUTTT… (itu suara gowesan sepeda)

Sampai rumah dengan selamat, gak keujanan. Aku langsung beres-beres barang bawaan. Terus nyuci dulu. Sedikit aja, buat ngurangin cucian yang udah numpuk dari sejak hari Jum'at. Habis nyuci, terus mandi. Keramas. Huuuaaa… enak banget… rasanya pliket-pliket itu pergi semua. Aku kembali wangi.

Selesai mandi, baru deh kerasa lo-batt banget. Mau bergerak berat banget rasanya. Bahkan mau beranjak makan pun malas. Akhirnya tiduran aja di kamar. Rasanya kayak abis lari marathon. Emang udah pernah? Belum sih. Tapi abis sepedaan puluhan km aja gak begini rasanya.

Sempet bobok sebentar jam 9an gitu, tapi memang niatnya belum mau tidur. Jam 10 bangun lagi. Minum. Ke WC. Tapi pas mau tidur lagi, weks… ternyata napas jadi pendek, dan ada yg memukul-mukul dari dalam: jantung. Check nadi: normal, malah lambat kayak orang tidur. Tapi denyutan jantungnya memang lebih kuat dari biasanya, sehingga terasa deg2an.

Wahhh... Emang si jantung diajak kerja keras terus dari pagi dan di sela-selanya gak mendapat kesempatan istirahat yang cukup: mulai dari mimpi buruk, diteruskan in-house exercise, sepedaan 7 trip (yg 3 dengan kecepatan tinggi), plus test treadmill. Huuu… capek, tapi karena deg2an, jadi susah tidur deh. Akhirnya nonton tipi aja sambil nyoba tidur. Baru jam 1/2 2-an bisa tidur lagi. Untung besoknya libur Nyepi, bisa tidur siang buat bayar utang ngantuk, meskipun harus ke kantor sebentar paginya.

Wah lain kali harus lebih memperhatikan lagi beban yang sudah diberikan pada diri sendiri, secara eike bukan atlet gitu loh… Ternyata olahraga/kegiatan fisik kalo berlebihan juga gak enak jadinya.

Sebagai catatan: 7 trip sepeda itu ditempuh dalam jarak (src: Google Earth) :
Trip 1: Rumah - Rumah Mbak Ita via Pramuka = 640 m
Trip 2: Rumah Mbak Ita - Rumah - Kantor via Pramuka = 1380 m
Trip 3: Kantor - Rumah via Pramuka = 710 m
Trip 4: Rumah - Kantor via Pramuka = 740 m
Trip 5: Kantor - Rumah Mbak Ita via Jalan Nanas = 1590 m
Trip 6: Rumah Mbak Ita - Kantor via Pramuka = 1380 m
Trip 7: Kantor - Rumah via Masjid - Kopena = 800 m
Keliatannya pendek2 tapi kalo dijumlahkan jadi 7, 24 km. Sebenernya sebuah jarak yang biasa aja ya, 1,5 kali jarak Rumah - Ragunan. Kalo ditempuh dalam sekali perjalanan, paling capeknya sedikit aja.

Hmm…. Puas tapi sih… MCU-nya bisa terlewati dengan lancar semua. Pas treadmill, meskipun mulainya udah capek, tapi ternyata rasanya gak secapek tahun lalu. Mungkin sepedaan ke kantor, biarpun cuma sebentar-sebentar, selama 5 bulan ini ada hasilnya juga.