Sunday, May 23, 2010

[Prabumulih Days] Lazy Sunday...

…Morning
Pagi-pagi bangun, air gak nyala. Tak taunya pas lagi berusaha membersihkan sisa stiker merk di panci indomie yang aku beli kemaren, airnya nyala!! Hua huaaa… tapi nyariin ember di belakang, pada kemana ya? Di kamar mandi gak ada… hmm… setelah diingat-ingat, semalam tu hujan besar… jadiii…. Mungkin dipakai untuk tampung air. Jreng-jreng… bener aja, embernya ada di halaman belakang. Yang satu terisi penuh dengan air hujan agak bersih, satunya kosong, satunya terisi air ada kotorannya.

Sambil ngisi air (yang udah berhari-hari gak nyala), aku masak Spaghetti Bolognaise-wannabe. Buat nyoba panci baru, sekalian ngabisin kornet di dalam kaleng yang udah terbuka. Kali ini gak pake bawang bombay, gak ada stok sih…

Habis ber-spaghetti-ria, melakukan yang disebut Floor Scrubing… Hahaha… itu istilah yang kuciptakan sendiri… karena prosesnya seperti mengelupas daki/kulit mati dengan cara scrubing. Di bawah tempat tidurku penuh dengan debu yang menempel dan membentuk seperti kerak gitu. Dibersihkan dengan cara ngepel biasa susah… akhirnya dikikir satu-satu dengan menggunakan lap kanebo Kw-Kw, terus "daki"-nya disedot pake vacuum cleaner…


Selesai floor scrubing, sudah jam 10… maksi apa ya siang ini?? Akhirnya aku memutuskan untuk mencoba Spaghetti Carbonara sekali lagi. Masih dengan resep yang sama, tapi gak pakai kornet, melainkan pake irisan sosis. Lumayan rasanyaaa…. Semakin mendekati carbonara betulan, gak setawar yang pertama dulu.

Selesai makan, jam 1/2 12 itu… panggilan alam. Ya sekalian mandi lah kalow begituw…

…Afternoon
Selesai mandi, baca buku yang udah tinggal dikit tapi gak rampung-rampung. Plus browsing2 resep masakan. Mikir masakan buat ntar malam.

Jam 3 ketiduran sebentar. Kemudian jam 4 keluar rumah mau ke Kopena, cari bahan buat dimasak. Whoops… tapi mana ya kunci rantai sepedaku? Kayak-kayaknya ketinggalan di kantor. Terpaksa ke kantor dulu ngambil kunci, terus ke Kopena. Beli bumbu Nasgor Indofood, bawang bombay, Chitato, sari kacang ijo, dan alkohol 70%.

1/2 5 mulai masak lagi. Bikin tumis sosis bawang bombay, resepnya dari sini: http://triyanifajriutami.wordpress.com/2009/07/29/10-resep-buat-anak-kos/, dan nasi goreng. Kenapa nasi goreng? Karena nasi di dalam magic jar udah gak menarik lagi untuk disantap: pero banget.


Habis masak, gak langsung makan… tapi jam 1/2 6 lewat, akhirnya makan juga. Soale sesuai perjanjian dengan tante Vera, kita harus makan sebelum jam 6 kalo mau tidur cepat dan tetap langsing… hehehehe….

…Evening
Sekarang kembali blogging, browsing, dan baca buku lagi. Kayaknya hari Minggu kalo lagi di Prabu memang jadi hari bersih-bersih atau hari eksperimen. Hanya saja, ada 1 yang ketinggalan: belum bersihin bodinya si Urbano!!!

Friday, April 30, 2010

[Prabumulih Days] Pasta ala Kopena

Karena kangen sama makanannya wong Italia, akhirnya bikin pasta (spaghetti dan macaroni) dengan bahan-bahan yang dibeli di KOPENA dan tentu saja resepnya ngarang sendiri berdasarkan gabungan resep-resep yang pernah dibaca di internet.

Macaroni Saus Sarden
Dimanakah bisa mendapatkan saus kental/pasta tomat dalam produk-produk yang umum dijual di mini market? SARDEN KALENGAN! Jadilah aku ngarang resep seperti ini:

100 gram macaroni merk MAKARONIKU (adanya cuma itu di kopena)
Bawang putih secukupnya, digeprek, terus dicincang gak halus2 banget
Bawang merah dikit buat penggembira
1 buah tomat dipotong kotak (yang ini gak ada di kopena, tapi nemu di kulkas)
1/2 kaleng kecil sarden dengan saus tomat (perhatikan! karena aku salah beli)
1/2 bawang bombay dipotong-potong panjang
minyak goreng/mentega secukupnya


cara masak:
-rebus makaroni, kemudian angkat tiriskan
-bawang2an itu ditumis dulu sampe kekuningan
-masukkan tomat
-masukkan sardennya, ikannya boleh dicincang-cincang sesuai selera
-masukkan makaroni, aduk-aduk rata

Rasanya? kurang "tomato", karena sardennya malah beli yang saus cabai bukannya saus tomat (lagi error), terus tomat segarnya juga agak lebih asam dari biasanya.


Spaghetti/Macaroni Bolognaise-Wannabe
Pengennya sih bikin pasta dengan saus bolognaise, tapi berhubung di kopena gak ada saus bolognaise yang setengah jadi, dan aku malas bikin pake tomat asli, akhirnya beli saus barbecue botolan-nya Del Monte untuk dijadikan sumber tomato. Bahan:

100 gram pasta
5 sendok makan saus barbecue
2 sendok makan kornet
1/2 bawang bombay dipotong kotak-kotak
mentega/minyak goreng secukupnya (untuk menumis)


cara masaknya gampang banget:
-rebus pasta, kemudian angkat tiriskan
-tumis bawang bombay
-tambahkan 5 sdm saus barbecue ke tumisan bawang bombay
-tambahkan kornet
-aduk rata, diamkan sampe ngebul-ngebul
-siram ke rebusan pasta yang telah ditiriskan tadi

Rasanya? Yang ini mah cukup oke lah, asemnya dapet, daging kornetnya juga berbaur dengan baik dengan saus barbecue... Kalau merasa terlalu asem, bisa ditambahkan kecap manis sedikit.

Spaghetti Carbonara Kornet
Yang ini salah satu favoritku kalo makan di Pizza Hut. Simple, tapi yummy... Bahannya:

100 gram spaghetti
250ml susu ultra plain
1 sdm tepung maizena
1-2 sdm kornet
bawang putih secukupnya, cincang halus
merica secukupnya
keju cheddar parut secukupnya
1/2 bawang bombay, dipotong kotak kecil-kecil
mentega secukupnya

cara masak:
-spaghetti direbus dulu, angkat dan tiriskan
-bawang-bawangan ditumis di wajan
-tambahkan susu ultra, sampai mendidih
-tambahkan keju parut dan merica bubuk
-tambahkan tepung maizena yang sudah dicampur air sedikit
-tambahkan kornet
-aduk rata
-siram ke rebusan spaghetti yang telah ditiriskan tadi

Yang ini kurang asin, karena kejunya kurang banyak dan aku ragu untuk menambahkan garam. Kornetnya sebenernya agak merusak, lebih tepat kalau pakai sosis saja. Idealnya sih daging asap, tapi kan gak ada di KOPENA.

Secara overall sih masih jauh dari sempurna, trus penampilan juga belum bisa dibilang oke, tapi yang penting kerinduan pada makanan Italiano cukup terobati.

Tuesday, April 20, 2010

[Prabumulih Days] Sore Bersepeda

Akhirnya sepeda sore-sore lagi... lumayan banyak rombongannya: ada Vera, mas Seno, Endang, dan Ginanjar. Seperti biasa keliling kompleks.

Sekarang lagi nunggu mau keluar makan ke mas Dul... hmmm.... lapar...

Thursday, March 25, 2010

[Prabumulih Days] Maaf, Taktik Anda Tidak Berhasil Anda Aplikasikan ke Saya

Part 1
Dari kemaren dibikin berkelahi terus sama seseorang yang memang sudah terkenal menyebalkan. Aku baru menyadari dalam dua hari ini, bahwa selama ini dia bukan hanya nyuruh-nyuruh fungsi/bagian/department lain secara terang-terangan, tapi juga memperdaya fungsi-fungsi lain untuk mengerjakan apa yang dia mau.

Modus operandinya adalah: dia menyuruh lewat anak buah dari fungsi tersebut, gak pernah berani bicara langsung ke bossnya fungsi tersebut. Huh, gak gentleman banget…

Nah, kesalahannya kemarin adalah dia mencoba mempengaruhi aku, tapi dengan cara yang tidak dapat aku terima: menjelek-jelekkan bosku di depanku.

Mengapa dia perlu menjelek-jelekkan seorang bos di depan anak buahnya? Mungkin penyebabnya seperti ini: dia adalah aktivis Serikat Pekerja yang cukup "berisik". Sepertinya ada orang-orang SP yang menganggap bahwa tim manajemen itu adalah rival mereka (gak semua orang SP seperti itu lho). Dengan anggapan itu, mungkin mereka men-generalisir bahwa hubungan bos dan anak buah itu seperti halnya anjing sama kucing. Bos tugasnya menyuruh, dan anak buah pasti sebal karena disuruh-suruh terus sama bosnya. Dengan anggapan itu, dia mencoba mengambil dukunganku dengan menjelek-jelekkan bosku.

Tapi apa dinyana… aku bukan orang yang memegang faham bahwa bos dan anak buah itu hubungannya seperti itu. Anjing dan kucing di rumahku saja bisa bersahabat dengan baik. Menurutku, sebaiknya bos dan anak buah itu saling bahu-membahu, supaya sama-sama enak. Dan kebetulan sekali, atasanku yang kali ini memang (menurutku) pantas untuk didukung dengan sepenuh hati. Aku yakin, kalau aku mendukung beliau dengan sepenuh hati, maka beliau juga akan mendukung aku. Aku mempelajari itu dari kata mutiaranya Mario Teguh, dan juga dari atasanku yang sebelum yang sekarang ini. Pokoknya kalo atasan-bawahan itu kompak, dan memang sama-sama menjunjung hal yang kita yakini benar, hidup ini enak lah…

Maka, dengan faham yang bertentangan itu. Ketika orang nyebelin itu menjelek-jelekkan bosku, reaksi yang didapatnya bukannya: "iya, gak tauk tuh pak boss-ku… kok gitu ya." Tapi aku malah marah dan menantangnya. Dia kaget, dan protes: "lha, kok kamu yang marah?". Aku hanya bilang: "Bapak menghina bos saya, ya saya marah."

Maaf pak, kalau anda menganggap bahwa semua anak buah selalu sebel sama bossnya, anda salah besar. Mungkin sebagai manusia, saya pernah sebel 1-2 kali sama boss saya, tapi secara umum saya mendukung boss saya, dan lagi anda jauh lebih menyebalkan. Silakan simpan sendiri saja taktik anda itu.

Part 2
Hari ini, dia berulah lagi (ah, tapi sepertinya sih tiap hari, tapi kebetulan dua hari ini langsung kena ke aku). Anyway, dia mencoba melimpahkan suatu pekerjaan yang harusnya menjadi tanggung jawabnya ke fungsiku. Ada bapak-bapak pendukungnya pula, tapi bapak pendukung itu gak tau permasalahannya sih emang.

Dia selalu ngotot bahwa fungsiku lah yang harus memulai manggil-manggilin fungsi lain, untuk membicarakan pekerjaan yg jadi tanggung jawabnya dia itu. Lha… kalo kami manggil, nanti fungsi lain kan menganggap itu tanggung jawab kami, padahal kami gak punya kompetensi untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dari jaman dulu, semua bos yang pernah ada di fungsi kami sudah menyatakan (secara konsisten) bahwa itu bukan kompetensi kami. Tapi dianggapnya bos-bos itu pada menghindar dari kerjaan mereka.

Udah gitu pake ngatur-ngatur segala bahwa kami harus bikin meeting minggu depan, ditentukan harinya hari Rabu pula. Emang dia siapa? Presdir? GM? Kalopun boss aku mau ngambil kerjaan itu, ya suka-suka kami lah mau bikin meeting kapan, ngapain dia ngatur-ngatur.

Singkat kata, kami berkelahi. Dianggapnya aku bicara muter-muter. Oke, aku memang muter-muter, karena mencoba membuat dia ngerti dengan berbagai cara. Tapi dia mencla-mencle, pertama nyuruh bikin meeting dengan spek A, terus tau-tau speknya jadi B.

Capek ternyata dua hari berturut-turut berkelahi gitu, apalagi sama orang yang keras kepala. Semoga ke depan gak perlu berkelahi lagi dengannya. Kalau besok-besok dia belum insap juga, semoga aku diberi kekuatan untuk bersabar dan selalu berprinsip: JANGAN DIWAROK!!!

Notes: orang macam dia itu mesti diwaspadai, jangan sampe fungsi kita jadi terjebak. Karena caranya nyuruh lewat anak buah fungsi lain itu kadang-kadang tidak disadari oleh anak buah yang jadi "agen"-nya itu. Jadi berusaha membuat kita agar menyampaikan ke boss, supaya si boss melakukan ini-ini-itu kemauannya dia... dari mulai nyuruh kita langsung (padahal dia bukan bos kita), sampe nyuruh dengan berusaha mengambil hati kita, bisa dengan muji2 atau malah dengan menjelek-jelekkan boss kita seperti yang kujelaskan. Kalau sudah begitu, sebaiknya segera konsultasikan/tanyakan ke boss kita langsung.

Wednesday, March 17, 2010

[Prabumulih Days] Panas, Kebut-kebutan, dan MCU

Ternyata kalo cuaca panas, aku cenderung gowes dengan kecepatan tinggi. Itu sudah reflek yang terjadi, sepertinya karena takut item. Padahal tanpa naik sepedapun, udara panas itu sudah membuat lebih cepat lo-batt. Dan ini akibatnya...

Hari Senin kemarin adalah hari yang sangat-sangat-sangat melelahkan... secara fisik. Karena udara panas, kebut-kebutan, dan MCU. Pagi hari dimulai dengan terbangun gara-gara mimpi buruk dikejar-kejar penjahat. Biar kata cepat menenangkan diri, tapi gak bisa tidur lagi. Mungkin karena sudah keburu tersuntik dengan adrenalin yang gak perlu. Akhirnya, untuk menyalurkan energi berlebih aku melakukan program in-house exercise singkat alias olahraga ringan di dalam kamar), biarpun dalam keadaan puasa mau MCU. Yayaya, program in-house exercise itu tercipta karena musim hujan yang bikin males sepedaan sore, padahal punya target untuk mengembalikan ukuran paha ke initial state.

Abis itu ngisi air, mandi, terus gowes ke rumah mbak Ita (deket Rumah Sakit) buat markir sepeda (trip sepeda 1). Terus dari rumah mbak Ita jalan kaki ke Rumah Sakit (ini mah deket). Ternyata aku pasien MCU pertama. Disuruh pipis, ambil darah, sarapan. Sarapannya itu loh… pop mie yang airnya dari dispenser dan kurang panas. Jadi agak-agak alot mie-nya. Setelah aku, di belakang banyak pekerja UBEP Adera yang baru datang.

Abis makan, ngapain lagi? Check dokter gigi. Ini ngantrenya mayan lama, padahal pasiennya dikit. Terus rekam jantung. Test Audiometri, disuruh dengerin nada-nada fals gitu, dulu dah pernah siy, tapi rasanya gak fals gitu hihihihihi. Test spirometri, yang ini test sebul-menyebul yang aku sama sekali belum pernah berhasil menjalankannya dengan benar semenjak test kesehatan mau masuk pertamina sampe MCU tahun lalu. Tapi kali ini, instruksinya sangatlah bagus sepertinya, jadi sekali percobaan langsung sukses. Terus test visus mata. Sepertinya hasilnya jelek. Hahaha… tapi emang udah saatnya ganti kacamata, paling gak frame-nya.

Nah, terus disuruh pipis lagi dan ambil darah kedua. Belum sampe dua jam je. Validitas hasilnya jadi diragukan niiiyy… mana asupannya cuma pop mie ama segelas teh gak begitu manis pula.

Abis itu jam 9 lebih disuruh pulang dulu, karena dokter internis yang mau melakukan USG belum ada, trus treadmillnya adaptornya rusak, mau diperbaiki dulu. Jam 12 disuruh makan dikit aja, plus minum, abis itu nahan pipis buat persiapan USG, jam 2 balik lagi buat USG dan treadmill. Weks, nahan pipis?! Melihatku panik, mbak-mbaknya bilang jam 1 boleh pipis kok, tapi harus minum lagi habis itu .

Kemudian aku pun jalan kaki balik ke rumah mbak Ita (dan menemukan jalan potong yang gak pake belok-belok), terus gowes ke kantor, mampir rumah dulu buat ambil laptop (trip sepeda 2). Sampe kantor ya begitu-begitu aja siy, lagi gak banyak kerjaan juga.

Jam 12 pulang ke rumah, gowes tentunya (trip sepeda 3). Cuaca mulai panas. Agak dipercepat. Sampe rumah, gak ada bibik. Karena disuruh makan dikit aja, jadi aku manggang roti aja 2 lembar, plus susu kedelai ABC. Cukup mengenyangkan.

Jam 1 balik kantor lagi (trip sepeda 4). Ngobrol bentar tentang pajak sama pak Andi, terus jam 2 ke rumah mbak Ita lagi, gowes lagi (trip sepeda 5). Cuaca bener-bener panas. Kayaknya yang terpanas dibandingkan 2 trip sebelumnya yang sama-sama panas, jadi aku ngebut. Karena bosan lewat main road, aku belok di jalan Nanas, mengambil jalan agak memutar, tapi kurang menanjak. Aku lebih suka rute itu, karena banyak pohon kelapa sawit. Tapi hari itu, jejeran kelapa sawit gak mengademkan, yang sedikit membantu adalah jalannya yang agak menurun, jadi bisa banyak dapat angin.

Dari rumah mbak Ita, jalan kaki ke RS lagi lewat jalan potong. Untungnya sampe di ruang MCU gak langsung disuruh action. Agak-agak basah keringat. Leyeh-leyeh dulu sambil ngisi data buat pendaftaran, karena belum pernah berobat di RS itu. Terus di depanku untungnya ada bapak-bapak yang dipanggil treadmill duluan. Harapannya dengan leyeh-leyeh, waktu mau treadmill nadinya udah mendekati normal lagi. Weks, tapi panasnya gak ilang-ilang niy… biar udah di ruangan ber-AC.

Tiba giliran treadmill, jam 3 kurang baru dipanggil. Tadi nyampe situ jam 1/2 3 lebih. Ganti celana (abis gak enak dunk olahraga pake celana kantor yang udah agak "lemper" itu), ganti sepatu. Terus dipasangi elektroda2 itu, pake jubah RS.

Mbaknya bilang testnya sampe denyutnya 85% dari maksimal. Karena datanya baru bisa terbaca oleh dokternya kalo segitu. Normalnya usia segini bisa dicapai dalam waktu 9 menit. Pas treadmillnya baru mau dijalankan, aku tanya: berapa denyutnya mbak? Mbaknya: 109. WAAAKKSSS!!! Wah… itu mah belum mulai juga udah tinggi, biasanya kalo santai paling cuma 60-70/menit. Kalo siang gitu, ya mungkin 80 lah, boleh lah… ama temen. Mbaknya bilang gak apa-apa, paling kurang dari 9 menit udah tercapai targetnya 85% itu.

Stage 1 (3 menit) biasa aja. Stage 2 (3 menit kedua) juga biasa aja. Sebenernya emang biasa aja sih… pas 5 menit 30 detik, katanya sudah mencapai 85%, mbaknya nawarin apa mau berhenti, tapi rasanya masih oke. Stage 3, baru kerasa pegel2 dikit kakinya. Aku gak tauk harus brenti kapan, capek sih capek… tapi masih bisa ditahan. Pas mbaknya bilang : "Nanti stage 4 kayaknya harus lari". Akhirnya aku bilang: "Ya udah gak usah pake stage 4 deh". Hiii… kayak gini aja udah basssaaahhh keringetan… pas 8 menit mbaknya bilang : "ya udah sampe 8 menit 30 detik aja ya. Ini udah 94%...". 94%?? brapa tu? Kalo asumsi denyut maksimalnya 220-30=190x/menit. Maka 94%nya = 179x/menit. Serasa atlet aja, biasanya paling tinggi 140-150an kalo lagi sepedaan. Mungkin hanya 2 menitan diukur denyut recovery-nya, abis itu disuruh berganti pakaian dan langsung digiring ke Internis buat USG.

Woooaaahh… badanku basah semua, betul2 basah. Elektrodanya treadmill test aja sampe gampang banget dilepas. Gak bawa anduk, jadi terpaksa "andukan" pake celana training, terus langsung pake baju kemeja seragam lagi. Wkwkwkwk… jorse. Untung USG-nya cepat. Katanya sih hasilnya bagus, meskipun dokternya nyariin gambar empedu gak dapet-dapet. Terus boleh pulang. Jalan kaki ke rumah mbak Ita dulu. Ngambil si Urbano. Tapi ngobrol2 dulu tentunya, sambil minta minum, cemilan, numpang pipis, dan sedikit ngadem. Sekalian nyoba settingin internet di kompie rumahnya mbak Ita. Yang ternyata gagal karena kompienya gak ada modem dial upnya.

Tak lama ternyata udah suling jam 4. Aku pamitan dan gowes balik ke kantor. Laptopku masih di kantor. Tapi pas liat ke arah langit: waduh, kok mulai mendung… KEEBBUUUUTTTT….!!!! WERRR… WERRR…. WERRR… (trip sepeda 6) Pas udah masuk halaman kantor Data&TI ketemu Fikri: "Mbak, dicariin pak Andi…"

Oiya ya, besok bapaknya dinas ke Palembang, pasti mau nitipin kerjaan. Lari-lari masuk kantor, tepat pas bapaknya lagi ngunci ruangan kerja. Ternyata… AC Data Center jebrut. Jadi PR-nya besok adalah mengusahakan perbaikan dan penggantian sementara, entah kemana gak jelas. Katanya AC urusan Jasa-jasa HR, tapi teknisinya Jasa-jasa cuman tauk AC biasa aja, gak tauk tentang AC Precision. Lagi diskusi-diskusi gitu, tau-tau turun hujan. YAAAAA…. Ternyata gak kekejar juga hujannya.

Dengan berat hati aku memasukkan sepeda ke cubicle, ngunci, terus minta nebeng sama pak Andi. Gak enak juga, badan masih panas pliket basah bau, ditambah banyak tentengan (laptop, sepatu dan baju olahraga). Tapi ternyata bapaknya mampir Data Center dulu sebelum keluar. Katanya kipasnya si AC masih nyala, padahal gak ada udara dingin yang ditiup, takutnya malah nambah panas ruang Data Center aja. Aku ikutan masuk Data Center jadinya. Duh, kasian si Data Center, tambah panas aja dunk waktu aku masuk. Wkwkwkwk… Tekan tombol on/off… maka matilah si AC.

Ternyata pas keluar dari Data Center, hujan berhenti sebentar. Hmmm… aku akhirnya memutuskan mau naik sepeda aja. Kasian sepedanya masa' ditinggal di kantor malam ini… besok kan libur. Maka aku pun ngebut lagi menuju rumah (trip sepeda 7). Kali ini lewat jalan yang dekat mesjid, karena entah kenapa… tanjakan di situ lebih curam tapi lebih enak dipake ngebut, gak kayak lewat Jl. Pramuka. Huhuhuy… anginnya gede dan dingin… ayo buruan sampe rumah, keburu masuk angin, soalnya masih keringetan niy. WUUTT… WUTTT… WUTTT… (itu suara gowesan sepeda)

Sampai rumah dengan selamat, gak keujanan. Aku langsung beres-beres barang bawaan. Terus nyuci dulu. Sedikit aja, buat ngurangin cucian yang udah numpuk dari sejak hari Jum'at. Habis nyuci, terus mandi. Keramas. Huuuaaa… enak banget… rasanya pliket-pliket itu pergi semua. Aku kembali wangi.

Selesai mandi, baru deh kerasa lo-batt banget. Mau bergerak berat banget rasanya. Bahkan mau beranjak makan pun malas. Akhirnya tiduran aja di kamar. Rasanya kayak abis lari marathon. Emang udah pernah? Belum sih. Tapi abis sepedaan puluhan km aja gak begini rasanya.

Sempet bobok sebentar jam 9an gitu, tapi memang niatnya belum mau tidur. Jam 10 bangun lagi. Minum. Ke WC. Tapi pas mau tidur lagi, weks… ternyata napas jadi pendek, dan ada yg memukul-mukul dari dalam: jantung. Check nadi: normal, malah lambat kayak orang tidur. Tapi denyutan jantungnya memang lebih kuat dari biasanya, sehingga terasa deg2an.

Wahhh... Emang si jantung diajak kerja keras terus dari pagi dan di sela-selanya gak mendapat kesempatan istirahat yang cukup: mulai dari mimpi buruk, diteruskan in-house exercise, sepedaan 7 trip (yg 3 dengan kecepatan tinggi), plus test treadmill. Huuu… capek, tapi karena deg2an, jadi susah tidur deh. Akhirnya nonton tipi aja sambil nyoba tidur. Baru jam 1/2 2-an bisa tidur lagi. Untung besoknya libur Nyepi, bisa tidur siang buat bayar utang ngantuk, meskipun harus ke kantor sebentar paginya.

Wah lain kali harus lebih memperhatikan lagi beban yang sudah diberikan pada diri sendiri, secara eike bukan atlet gitu loh… Ternyata olahraga/kegiatan fisik kalo berlebihan juga gak enak jadinya.

Sebagai catatan: 7 trip sepeda itu ditempuh dalam jarak (src: Google Earth) :
Trip 1: Rumah - Rumah Mbak Ita via Pramuka = 640 m
Trip 2: Rumah Mbak Ita - Rumah - Kantor via Pramuka = 1380 m
Trip 3: Kantor - Rumah via Pramuka = 710 m
Trip 4: Rumah - Kantor via Pramuka = 740 m
Trip 5: Kantor - Rumah Mbak Ita via Jalan Nanas = 1590 m
Trip 6: Rumah Mbak Ita - Kantor via Pramuka = 1380 m
Trip 7: Kantor - Rumah via Masjid - Kopena = 800 m
Keliatannya pendek2 tapi kalo dijumlahkan jadi 7, 24 km. Sebenernya sebuah jarak yang biasa aja ya, 1,5 kali jarak Rumah - Ragunan. Kalo ditempuh dalam sekali perjalanan, paling capeknya sedikit aja.

Hmm…. Puas tapi sih… MCU-nya bisa terlewati dengan lancar semua. Pas treadmill, meskipun mulainya udah capek, tapi ternyata rasanya gak secapek tahun lalu. Mungkin sepedaan ke kantor, biarpun cuma sebentar-sebentar, selama 5 bulan ini ada hasilnya juga.

Tuesday, February 09, 2010

[Prabumulih Days] Kompor

Hari ini (9 Februari 2010), tepatnya sejak kemaren, gas gak ngalir. Jadi gak bisa masak, kecuali masak nasi pake magic jar. Makin lama makin lucu komplek ini...

[Prabumulih Days] Anak Pekerja Pertamina Masih SD Bermotor

Heran aku sama orang tua-orang tua di kota ini. Banyak banget anak-anak di bawah umur yang pada dikasih naik motor sama ortunya. Gak cuman ABG, ada juga anak SD yang kakinya aja belum bisa napak ke lantai motor bebeknya, udah naik motor sendirian. Kadang sambil ngebut, ngetril, ngepot-ngepot, atau sambil nelpon. Lengkap.

Sepertinya ortu-ortu itu gak ngerti apa artinya memberikan kendaraan ke anak di bawah umur. Mereka gak ngerti bahwa bukan hanya keselamatan si anak dan si motor yang perlu dipertimbangkan, tapi juga keselamatan pengguna jalan lainnya.

Aku pikir, ortu-ortu tersebut adalah ortu-ortu dari luar kompleks saja, alias bukan pekerja pertamina. Sampai pada suatu hari….

Aku, bersama tante Vera dan Caca, sedang bersepeda sore keliling kompleks. Ketika di deket sekolahan SD kami melihat seorang anak SD naik motor sendirian, dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Aku sudah memasang tampang mringis-mringis gak suka, tapi ternyata Caca mengenal anak itu.

Caca bilang itu anaknya pak A. Itu saja udah bikin cukup kaget… Haaa?? Anak orang pertamina? Kok bapaknya gak peduli sama HSE (Health Safety and Environment)?! Pasti anak itu gak punya SIM kan?

Di persimpangan lapangan miring, kami bertemu anak itu lagi. Caca memanggilnya. Dan tau gak? Anak itu menengok ke belakang, padahal motornya dalam keadaan bergerak ke depan. Lihat kan? Kalau dia sudah cukup dewasa untuk bawa motor, dia pasti tauk bahwa kalau mau nengok dia harus menghentikan motornya di pinggir jalan dulu.

Terus yang berikutnya dibilang Caca lebih mengherankan lagi: Itu kan pacarnya si B, anak perempuannya pak C. HAAA??? PACARNYAAA??!!! GUBRAAKKK!!!

[Prabumulih Days] Mampet Sana Mampet Sini

Selang 1-2 hari setelah kejadian WC Mampet Jilid 2, saluran pembuangan air di kamar mandiku mampet. Waaahhh…. Kalo gini caranya air jadi susah masuk, terus kamar mandi jadi lembab dan lebih berpotensi untuk jadi smelly. Males banget. Waktu kubuka, ternyata ada kerak yang mungkin terbentuk dari rambut-rambut yang terbawa air plus sabun plus kotoran plus karat dari tutup pembuangan air.

Wwwwuuueeeyyy… kenapa kok lagi ngetrend banget ya yang namanya "mampet"?

Dengan bermodal Soda Api dan sumpit kayu, akhirnya aku beraksi membersihkan saluran air itu… Wasweswos…sim salabim… akhirnya lancar lagi… Ternyata soda api ini sakti juga, ada drawback-nya gak ya?

[Prabumulih Days] WC!!! : Topik Yang Lagi Eksis di Rumah Dinas

Prologue
1 atau 2 hari sebelum Tahun Baru 2010, tiba-tiba si WC berulah. Inilah pertama kalinya si WC benar-benar berulah kepadaku, setelah kurang lebih… 10 hari tinggal di kamarku yang baru. Seperti biasa, habis melakukan "urusan", aku menyiram WC (ya eyaalaahh). Tapi apa dinyana… ternyata yang seharusnya masuk dalam beberapa kali siraman, kali ini gagal. Sampe abis air banyak banget buat percobaan nyiram.

Sampai di kantor, sekitar jam 9 nelpon ke Pihak Yang Berwenang: Jasa-jasa SDM. Aku kira bakal takes time, ternyata yg nerima telpon langsung nanya: "di rumah ada orang Bu? Kami segera kirimkan orangnya yang bakal betulin".

Pas jam 12 aku pulang istirahat siang, ternyata WC-nya sudah beres. Waahh… sigap sekali. Mantaph!! Bisa bermalam tahun baru dengan tenang. Tapi bad news-nya: air di bak mandiku jadi habis. Buat nyiram WC sepertinya….

Weks… bapak yang memperbaiki WC berpesan pada orang rumah: Kalo nyiram pake air yang banyak.
Komentarku cuman: gemana mau nyiram banyak? Wong yang namanya air tuh barang langka di rumah ini…

Mampet Jaya Jilid 1
Dan kemudian kehidupan pun berjalan dengan damai… sampai pada suatu hari Selasa, tepatnya tgl 19 Januari 2010… si WC ngadat lagi. Kali ini super mampet, karena airnya saja susah turunnya. Berpegang pada pengalaman terdahulu, aku yakin bahwa pakar WC-nya bakal datang dengan cepat lagi. Tapi kali ini, lain ceritanya. Hari Selasa… gak datang, oh mungkin besok. Hari Rabu… belum juga. Hari Kamis, Jum'at… hampir tiap hari menelpon Jasa-jasa SDM, tapi katanya pakar WC-nya sakit.

Heeyy… masa' sih satu kompleks Pertamina ini bergantung pada 1 pakar WC?! Aku sempat menelpon dan berdiskusi dengan ahli sedot WC, yang menyanggupi untuk menguras septic tank, tapi ketika dia tahu bahwa masalahnya mampet dan bukan septic tanknya penuh, dia gak jadi menyanggupi.

Lagi bete-bete gitu (karena kamar mandiku jadi gak bisa dipakai, jijay lah yaw), aku curhat di fb. Kalo ngomongin orang di fb itu gak boleh, tapi kalo ngomongin WC sih boleh. Sebenernya sih berharap kali aja ada tim manajemen yang baca… hehehe… biar ngeh gitu loh… Kantorku itu kan bercita-cita jadi World Class, jadi kami para pekerjanya harus bersikap secara World Class juga. Lhaaaa… tapi gimana mau berpikiran ke arah memajukan perusahaan ke arah World Class kalo urusan WC aja gak beres-beres. Padahal urusan WC itu kan termasuk kebutuhan lahiriah yang kalo menurut hirarki piramida Maslow harus terpenuhi dulu, supaya memikirkan kebutuhan untuk aktualisasi (kayaknya meraih World Class termasuk salah satunya). Tapi ngomong-ngomong "World Class" itu kalo disingkat jadi WC… hmm… artinya kantorku itu cita-citanya pengen jadi perusahaan WC ya…

Ternyata tak disangka-sangka gara-gara curhatan di fb tadi, malah mendapat nasehat dari Suhu Yoedi perihal Soda Api. Kata Suhu, Soda Api + Air Panas bisa melegakan WC mampet. Pengetahuan itu didukung juga dengan hasil browsing di internet, dan juga nasehat dari Guru Kudzi. Kata Guru, Soda Api bisa didapat di toko bangunan. Tapi kata Guru, Soda Api-nya harus banyak, karena di rumah si Guru udah masukin banyak tapi tetep seret airnya. Haaa?? Di rumah Guru juga mampet?! Kok banyak betul WC mampet di komplek ini...?

SODA API… namanya seram. Bayanganku seperti Soda Kue (yang bisa mengembangkan adonan roti) atau Minuman Soda (yang kalo dibuka tutupnya bisa mumbul-mumbul). Terus baca di internet, katanya Soda Api itu = NaOH. Aku teringat ceritanya guru Kimia-ku jaman SMU, yang bercerita bahwa beliau pernah mencuci kaleng isi Natrium, dan alhasil terjadi ledakan-ledakan menghebohkan. Naaaaa… kalo si Soda Api ini lantas gimana? Seperti Soda Kue? Seperti Minuman Bersoda? Atau seperti Kaleng Natrium-nya Ibu Guru?

Akhirnya tanya KUDA! 1 alias Ndoro. Hahaha… cuman mau betulin WC aja berapa sumber tuw dikejar. Ndoro sudah menduga bahwa aku takut kalo terjadi kehebohan gara-gara WC-nya meledak dan melemparkan material-material yang tak diinginkan. Ternyata NaOH atau Soda Api atau Caustic Soda paling cuman larut kalo dikasih air. Tapi jangan kena tangan, karena bisa bikin gatel-gatel.

Dengan diantar driver kantor, mas Hardian, aku pun ke toko bangunan. Mahal juga beli Soda Api di toko bangunan termewah di Prabumulih. Rp.4000/100gr. Aku beli 5 kantong 100 graman. Sorenya masak air panas dulu, kemudian mulai beraksi… huhuhuhu… ternyata emang bisa bersih!!! Horreeeee… Waduh, jadi punya profesi baruuu… Pakar WC Junior. Tapi ilmunya cuman Soda Api doang.

Mampet Jaya Jilid 2
Setelah itu aku belum berani pakai WC-nya lagi sampai beberapa hari. Setelah itu berani. Tapi hanya sehari sekali. Nah, suatu hari… tepatnya sore-sore tanggal 2 Februari 2010. WC-nya kumat lagi!! Emang sih hari itu aku menggunakannya lebih dari 1 kali. Waaatttaaaa…. Kali ini yang beraksi adalah Caustic Soda botolan yang kubeli di Carrefour. Gak semaknyus Soda Api mahalan yang kubeli di toko bangunan. Tapi akhirnya bersih juga sih. Setelah habis banyak Soda dan Air. Abis itu aku gak berani menggunakan WC itu lagi… Terpaksa numpang di WC-nya teman-temanku di luar kamar. Huhuhuhuhuhu….

WC-ku, kenapa sih gak mau berdamai sajaaa….

Mulai Posting Lagi

Sudah lama sekali gak posting. Semenjak... pindah kantor ke Prabumulih. Sekarang aku mau meneruskan blog-nya lagi. Khusus untuk kisah Prabumulih, bakalan dikasi prefix: Prabumulih Days.

A typical Prabumulih Sunday. Urbano and me.