Selasa siang, istirahat kantor gak jadi mampir ke kedai makan langganan. Jadi mikir, masak apa ya?
Hmm... Aku pengen pasta. Ada macaroni di lemari, tapi masak saus apa ya? Ada susu, ada terigu, ada sedikit keju. Bisa bikin alfredo. Buat "daging"-nya ada tuna kaleng. Yang gak ada cuma 1: resepnya!! Ada di laptop di kantor, dan kalo mau browsing nyari resep dulu pake BB, kelamaan kaalleee... Jadi mari kita bikin resep kira-kira!
Bahan:
*70-75 gram macaroni, rebus dalam air yg diberi sedikit minyak goreng
*2 siung bawang putih, rajang halus (kayaknya 1 juga cukup deh)
*susu UHT, secukupnya
*1/3 bagian tuna kaleng kecil
*3 sdm minyak dari kaleng tuna
*parutan keju, secukupnya
*merica bubuk, secukupnya
*pala bubuk, secukupnya
*tepung terigu, secukupnya
Kebanyakan bahan diukur "secukupnya", karena aku emang gak nakar secara detail. Bahkan terigunya juga langsung ditumpahkan dari plastik ke pan, karena terigunya pas tinggal dikit sih.
Cara meramu:
*tumis bawang putih dgn minyak dari kaleng tuna sampai wangi
*masukkan tuna, aduk2 sebentar (tapi mengerikan deh, tunanya meletus-letus!!)
*masukkan susu. karena tunanya sudah mateng, boleh juga masukkan susunya duluan kalo takut sama letusan tuna.
*masukkan parutan keju
*masukkan pala dan merica, aduk rata.
*setelah mendidih, masukkan terigu. Aduk.
*matikan kompor, masukkan makaroni yang telah direbus, aduk rata. Dan jadilah makan siangku!!
Alfredo vs Carbonara. Penampakannya serupa, putih2 gitu... tapi ternyata tak sama. Saus aslinya yang diciptakan oleh pak Alfredo ini hanya terbuat dari mentega (bukan margarin ya) ditambah dengan keju parmesan. Sedangkan carbonara aslinya tersusun dari telur, daging asap, keju, dan krim. Namun dengan menyebarnya saus-saus pasta itu ke seluruh dunia, terjadi modifikasi sana-sini, maka ingredients-nya pun makin kompleks. Yang membuat aku memilih "alfredo" dan bukan "carbonara" sebagai nama saus jadi-jadianku tadi adalah telurnya. Alfredo tidak memakai telur sebagai salah satu bahannya, begitu juga saus bikinanku.
Pemusik Amatir. Dulunya Hobi Menari. Senang Jalan-jalan. Tukang Tidur. Trekkies. Dan Lain-Lain.
Wednesday, July 27, 2011
Sunday, July 24, 2011
Singapore (bukan)-Claypot Chicken Rice
Aku suka nasi claypot. Dari jaman kafe kembang yang jualan nasi claypot masih eksis di depan Melsa Bandung, sampe kafe kembang pindah ke dekat Dayang Sumbi, sampe akhirnya tutup: aku.suka.nasi.claypot.
Bahkan pergi ke resto mahal pun aku pesan nasi claypot (kalo ada). Suatu hari di tahun 2007, aku pernah diajak boss besar makan di resto terkenal di Dago Atas, karena kulihat ada menu Singapore Claypot Chicken Rice, aku pun pesan menu itu. Ternyata... Rasanya gak sebanding dengan reputasi dan harga makanan restoran tersebut. Ndak enak... Bumbunya kurang menyerap ke dalam nasinya. Hmm... Tapi lucunya... Kalau lihat foto acara makan di Dago Atas itu... Mari kita lihat:
Ini nasi claypot mahal yang tampangnya oke, tapi rasa gak oke. Di sebelahnya, itu aku lagi makan nasi claypot. Tapi ngapain ya pria kurus berbaju biru itu duduk di sebelahku? Senggol. Senggol. Senggol. => sekarang berani senggol-senggol... ^_^
Jadi... Untuk menyambut kedatangan Omla dari dinas ke Bandung minggu yang lalu (padahal bilang aja emang aku yang pengen makan...), aku membuat Singapore Claypot Chicken Rice, tapi tentunya tanpa claypot. Di mana coba cari claypot di Sorong?
Untungnya tersedia resep dari sini: http://rasamalaysia.com/claypot-chicken-rice-without-claypot/ . Setelah aku adaptasi, maka menjadi seperti ini:
1 dada ayam boneless => emang selalu nyimpen barang ini di freezer
3 buah jamur shiitake => potong kecil2
1 batang daun bawang
1/2 sdt bubuk jahe (harusnya sih pake jahe betulan dicincang)
Sejumput ikan asin jambal roti
1 takaran/cangkir beras
Bumbu rendam buat ayam:
2 sdm saus tiram
1 sdm kecap asin
1/2 sdt maizena
1/2 sdt minyak wijen
1 jumput bubuk lada putih
1/4 sdt gula pasir
Semua bahan diaduk-aduk
Bumbu buat menanak nasi:
1 sdm kecap asin
1/2 sdt kecap manis
1 sdt minyak wijen
1 jumput garam
* Potong kecil-kecil dada ayam, kemudian campur dengan bumbu rendam. Rendam dalam kulkas selama 1 jam (istilah kerennya: marinate the chicken for an hour).
* Setelah ayam dikulkas selama 1 jam: Cuci beras. Masukkan ke dalam panci rice cooker, tambahkan air sesuai ketentuan. Tambahkan campuran "bumbu buat menanak nasi", aduk rata. Tekan tombol cook.
* Setelah itu tumis ayam yang telah direndam (bersama bumbu rendamannya) bersama dengan jamur shiitake dan sedikit minyak. Tambahkan bubuk jahe. Aduk-aduk sampai ayam setengah matang. Sebelum diangkat, tambahkan daun bawang. Aduk-aduk sebentar, kemudian angkat.
* Sesekali tengok rice cooker, begitu airnya hampir habis (ketinggian air = ketinggian nasi/beras), masukkan tumisan ayam dan jamur. Letakkan di atas nasi.
* Sambil menunggu nasi matang, goreng ikan asin jambal yang sudah dirajang kecil-kecil.
* Begitu tombol rice cooker berpindah ke mode warm, tunggu sekitar 15-20 menit sebelum menyantap hidangan. Hidangkan dengan taburan ikan asin jambal.
Ini dia penampakannya...
Tampang emang gak sekeren yang di resto mahal itu, tapi rasanya boleh diadu deh. Oya, ini porsinya untuk 2 orang ya... jadi kalo mau bikin untuk se-RT, tinggal dikalikan dengan jumlah orang di satu RT itu, terus dibagi 2.
Untuk nasi yang lebih gurih, bisa juga ditambahkan sepotong kecil ayam (diambil dari daging ayam yang telah direndam selama 1 jam) ke dalam rice cooker dari sejak pertama kali menekan tombol cook. Daging ayamnya akan menyebarkan kaldu ke seluruh beras yang lagi dimasak.
Kalau malas menggoreng ikan asin jambal, nasi claypot ini enak juga dimakan dengan telur asin. Ternyata telur asin yang berasal dari Brebes ataupun Bantul itu cocok dikombinasikan dengan masakan peranakan ini.
Akhirnya kerinduan bertaun-taun akan nasi claypot terlampiaskan sudah... Tak perlu ke Singapore atau ke mall besar kan untuk makan nasi claypot? Karena di Sorong juga ada...
Bahkan pergi ke resto mahal pun aku pesan nasi claypot (kalo ada). Suatu hari di tahun 2007, aku pernah diajak boss besar makan di resto terkenal di Dago Atas, karena kulihat ada menu Singapore Claypot Chicken Rice, aku pun pesan menu itu. Ternyata... Rasanya gak sebanding dengan reputasi dan harga makanan restoran tersebut. Ndak enak... Bumbunya kurang menyerap ke dalam nasinya. Hmm... Tapi lucunya... Kalau lihat foto acara makan di Dago Atas itu... Mari kita lihat:
Ini nasi claypot mahal yang tampangnya oke, tapi rasa gak oke. Di sebelahnya, itu aku lagi makan nasi claypot. Tapi ngapain ya pria kurus berbaju biru itu duduk di sebelahku? Senggol. Senggol. Senggol. => sekarang berani senggol-senggol... ^_^
Jadi... Untuk menyambut kedatangan Omla dari dinas ke Bandung minggu yang lalu (padahal bilang aja emang aku yang pengen makan...), aku membuat Singapore Claypot Chicken Rice, tapi tentunya tanpa claypot. Di mana coba cari claypot di Sorong?
Untungnya tersedia resep dari sini: http://rasamalaysia.com/claypot-chicken-rice-without-claypot/ . Setelah aku adaptasi, maka menjadi seperti ini:
1 dada ayam boneless => emang selalu nyimpen barang ini di freezer
3 buah jamur shiitake => potong kecil2
1 batang daun bawang
1/2 sdt bubuk jahe (harusnya sih pake jahe betulan dicincang)
Sejumput ikan asin jambal roti
1 takaran/cangkir beras
Bumbu rendam buat ayam:
2 sdm saus tiram
1 sdm kecap asin
1/2 sdt maizena
1/2 sdt minyak wijen
1 jumput bubuk lada putih
1/4 sdt gula pasir
Semua bahan diaduk-aduk
Bumbu buat menanak nasi:
1 sdm kecap asin
1/2 sdt kecap manis
1 sdt minyak wijen
1 jumput garam
* Potong kecil-kecil dada ayam, kemudian campur dengan bumbu rendam. Rendam dalam kulkas selama 1 jam (istilah kerennya: marinate the chicken for an hour).
* Setelah ayam dikulkas selama 1 jam: Cuci beras. Masukkan ke dalam panci rice cooker, tambahkan air sesuai ketentuan. Tambahkan campuran "bumbu buat menanak nasi", aduk rata. Tekan tombol cook.
* Setelah itu tumis ayam yang telah direndam (bersama bumbu rendamannya) bersama dengan jamur shiitake dan sedikit minyak. Tambahkan bubuk jahe. Aduk-aduk sampai ayam setengah matang. Sebelum diangkat, tambahkan daun bawang. Aduk-aduk sebentar, kemudian angkat.
* Sesekali tengok rice cooker, begitu airnya hampir habis (ketinggian air = ketinggian nasi/beras), masukkan tumisan ayam dan jamur. Letakkan di atas nasi.
* Sambil menunggu nasi matang, goreng ikan asin jambal yang sudah dirajang kecil-kecil.
* Begitu tombol rice cooker berpindah ke mode warm, tunggu sekitar 15-20 menit sebelum menyantap hidangan. Hidangkan dengan taburan ikan asin jambal.
Ini dia penampakannya...
Tampang emang gak sekeren yang di resto mahal itu, tapi rasanya boleh diadu deh. Oya, ini porsinya untuk 2 orang ya... jadi kalo mau bikin untuk se-RT, tinggal dikalikan dengan jumlah orang di satu RT itu, terus dibagi 2.
Untuk nasi yang lebih gurih, bisa juga ditambahkan sepotong kecil ayam (diambil dari daging ayam yang telah direndam selama 1 jam) ke dalam rice cooker dari sejak pertama kali menekan tombol cook. Daging ayamnya akan menyebarkan kaldu ke seluruh beras yang lagi dimasak.
Kalau malas menggoreng ikan asin jambal, nasi claypot ini enak juga dimakan dengan telur asin. Ternyata telur asin yang berasal dari Brebes ataupun Bantul itu cocok dikombinasikan dengan masakan peranakan ini.
Akhirnya kerinduan bertaun-taun akan nasi claypot terlampiaskan sudah... Tak perlu ke Singapore atau ke mall besar kan untuk makan nasi claypot? Karena di Sorong juga ada...
Acara Gosip Yang Aneh...
Tapi acara gosip mana sih yang gak aneh?
Barusan aja scanning channel-channel TV... Terus nemu acara gosip yang ditayangkan di stasiun TV tempat aku pernah bekerja (sebentar). Sebelum aku pindah channel lagi, ini informasi yg aku "serap":
* acara TV tersebut baru saja selesai membahas pernikahan seorang artis perempuan yg berusia 41 tahun. Kalimatnya itu lho: "Setelah R**a R*****n yang menikah di usia senja...". Weks, jadi usia 41 tahun itu menurut mereka tergolong "usia senja" ya?
* kemudian acara TV tersebut membahas tentang mantan artis cilik yg akan segera menikah untuk kedua kalinya. Menurut mereka, pernikahan itu ditutup-tutupi, buktinya si artis nggak datang sendiri ke KUA tempat dia berdomisili untuk meminta surat rekomendasi/pengantar. Lha terus apa masalahnya? Rakyat jelata yang bukan artis macam diriku aja gak pernah datang ke KUA untuk mengurusi pernikahan karena jadwal gak memungkinkan... Jadi kalo si artis ini gak datang sendiri ke KUA, biasa aja kaalliii...
Akhirnya aku pindah channel. Kalo sebel mending gak usah nonton ah, kecuali niatnya emang mencela-cela.
Sampe saat ini, mungkin acara macam itu masih diperlukan. Untuk yang males liat berita politik yang makin hari makin bikin sakit perut, acara gosip artis yang ringan dan gak perlu banyak dicerna bisa jadi alternatif. Begitu juga yang lagi butuh mencela, misalnya untuk melepas stress, lebih baik nonton gosip. Kadang bisa mencela artisnya, atau bisa mencela beritanya, atau presenternya, tergantung bagian mana yg lagi absurd.
Barusan aja scanning channel-channel TV... Terus nemu acara gosip yang ditayangkan di stasiun TV tempat aku pernah bekerja (sebentar). Sebelum aku pindah channel lagi, ini informasi yg aku "serap":
* acara TV tersebut baru saja selesai membahas pernikahan seorang artis perempuan yg berusia 41 tahun. Kalimatnya itu lho: "Setelah R**a R*****n yang menikah di usia senja...". Weks, jadi usia 41 tahun itu menurut mereka tergolong "usia senja" ya?
* kemudian acara TV tersebut membahas tentang mantan artis cilik yg akan segera menikah untuk kedua kalinya. Menurut mereka, pernikahan itu ditutup-tutupi, buktinya si artis nggak datang sendiri ke KUA tempat dia berdomisili untuk meminta surat rekomendasi/pengantar. Lha terus apa masalahnya? Rakyat jelata yang bukan artis macam diriku aja gak pernah datang ke KUA untuk mengurusi pernikahan karena jadwal gak memungkinkan... Jadi kalo si artis ini gak datang sendiri ke KUA, biasa aja kaalliii...
Akhirnya aku pindah channel. Kalo sebel mending gak usah nonton ah, kecuali niatnya emang mencela-cela.
Sampe saat ini, mungkin acara macam itu masih diperlukan. Untuk yang males liat berita politik yang makin hari makin bikin sakit perut, acara gosip artis yang ringan dan gak perlu banyak dicerna bisa jadi alternatif. Begitu juga yang lagi butuh mencela, misalnya untuk melepas stress, lebih baik nonton gosip. Kadang bisa mencela artisnya, atau bisa mencela beritanya, atau presenternya, tergantung bagian mana yg lagi absurd.
Hari Gini...
Indonesia sudah merdeka berapa tahun ya? 66 tahun kan ya?
Herannya, masih ada aja yang mengkotak-kotakkan sesamanya berdasarkan SARA. Dan itu saya jumpai di sini, kota pendatang yang penduduknya cukup plural, yang seharusnya sudah lama meninggalkan hal-hal seperti itu. Dan sikap itu ditunjukkan oleh beberapa orang pendatang, yang menurut saya aneh. Lhaaa... begimane loe bisa jadi pendatang kalo loe gak bisa menerima perbedaan? Datang ke tempat baru itu kan sudah pasti dimana-mana ada perbedaan...
Tempat saya membutuhkan tenaga kerja baru, untuk menggantikan tenaga kerja lama yang mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Dan ketika saya menerima masukan dari kanan-kiri, banyak (gak cuma satu loh) yang menambahkan: "Jangan bu, soalnya dia agamanya N...". Saya kaget...
Saya pernah mendengar ada beberapa orang di perusahaan ini yang masih sangat membedakan orang berdasarkan SARA, tapi terus terang saja saya belum pernah menjumpai langsung. Kebetulan tempat-tempat saya yang lama suasana-nya cukup rukun antar suku, antar agama, antar ras, dan juga antar berat badan... Jadi saya pikir, ah mungkin yang saya dengar itu hanya gosip gak jelas aja...
Kali ini, untuk urusan pencarian tenaga kerja ini, saya sudah menjumpai beberapa kali. Dan parahnya, salah satu orang yang memberikan masukan seperti itu, usianya jauh lebih muda daripada saya. Generasi yang baru lulus kuliah. Udah gitu dulu kuliahnya di sebuah kota yang terkenal dengan kota pelajar, sehingga setahu saya di kota Y itu mahasiswanya beragam dari Sabang sampe Merauke. Main sama siapa aja dia selama kuliah?! Kemana kah menguapnya pelajaran tentang Bhineka Tunggal Ika yang diberikan sejak SD itu??
Saya cukup beruntung, waktu kuliah saya bergaul di PSM-ITB. Syarat mutlak di PSM adalah: kami gak boleh membedakan teman berdasarkan suku, ras, agama, dan berat badan... kalo SARA masih jadi isu di PSM, ya begimane bisa nyanyi bareng?? Tentunya kami (kalo lagi nyanyi) membedakan orang berdasarkan golongan suaranya: Sopran, Alto, Tenor, Bass. Kalo loe orang golongan suaranya Sopran, awas jangan deket-deket sama saya kalo lagi nyanyi... pergi sana ke barisan Sopran. Eh, bukan berarti di jurusan saya pergaulannya gak campur lho ya, tapi kebetulan saya emang lebih banyak nongkrong di PSM, jadi contoh yang bisa saya kasih juga lebih banyak dari sana.
Sepertinya perjalanan masih panjang... Indonesia bakalan gampang dipecah belah kalo orang-orangnya masih mengkotak-kotakkan berdasarkan SARA. Kayaknya orang-orang itu harus dijejelin buku Nasional.Is.Me-nya mas Pandji deh... Di sana dijelaskan bahwa kita harus bersatu. Gak mau kan kalo hidup kita jadi gak aman karena sekeliling kita banyak kerusuhan? Kalau mau hidup tenang, hidup aman, ya mulai dunk belajar untuk menerima keanekaragaman. Jangan sampe kita mengkotak-kotakkan orang berdasarkan SARA, tapi giliran ada kerusuhan antar etnis, antar agama, kita marah-marah sama pemerintah, sama polisi, sama orang yang rusuh, karena orang-orang itu gak bisa menjaga ketentraman...
Jadi... biar kata hari ini seseorang pake gadget yang paling mutakhir, tapi kalo masih belum bisa menerima keanekaragaman... itu tuh ketinggalan jaman banget. Termasuk orang-orang yang kasih masukan aneh ke saya itu. Kasian deh lo!!
Herannya, masih ada aja yang mengkotak-kotakkan sesamanya berdasarkan SARA. Dan itu saya jumpai di sini, kota pendatang yang penduduknya cukup plural, yang seharusnya sudah lama meninggalkan hal-hal seperti itu. Dan sikap itu ditunjukkan oleh beberapa orang pendatang, yang menurut saya aneh. Lhaaa... begimane loe bisa jadi pendatang kalo loe gak bisa menerima perbedaan? Datang ke tempat baru itu kan sudah pasti dimana-mana ada perbedaan...
Tempat saya membutuhkan tenaga kerja baru, untuk menggantikan tenaga kerja lama yang mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Dan ketika saya menerima masukan dari kanan-kiri, banyak (gak cuma satu loh) yang menambahkan: "Jangan bu, soalnya dia agamanya N...". Saya kaget...
Saya pernah mendengar ada beberapa orang di perusahaan ini yang masih sangat membedakan orang berdasarkan SARA, tapi terus terang saja saya belum pernah menjumpai langsung. Kebetulan tempat-tempat saya yang lama suasana-nya cukup rukun antar suku, antar agama, antar ras, dan juga antar berat badan... Jadi saya pikir, ah mungkin yang saya dengar itu hanya gosip gak jelas aja...
Kali ini, untuk urusan pencarian tenaga kerja ini, saya sudah menjumpai beberapa kali. Dan parahnya, salah satu orang yang memberikan masukan seperti itu, usianya jauh lebih muda daripada saya. Generasi yang baru lulus kuliah. Udah gitu dulu kuliahnya di sebuah kota yang terkenal dengan kota pelajar, sehingga setahu saya di kota Y itu mahasiswanya beragam dari Sabang sampe Merauke. Main sama siapa aja dia selama kuliah?! Kemana kah menguapnya pelajaran tentang Bhineka Tunggal Ika yang diberikan sejak SD itu??
Saya cukup beruntung, waktu kuliah saya bergaul di PSM-ITB. Syarat mutlak di PSM adalah: kami gak boleh membedakan teman berdasarkan suku, ras, agama, dan berat badan... kalo SARA masih jadi isu di PSM, ya begimane bisa nyanyi bareng?? Tentunya kami (kalo lagi nyanyi) membedakan orang berdasarkan golongan suaranya: Sopran, Alto, Tenor, Bass. Kalo loe orang golongan suaranya Sopran, awas jangan deket-deket sama saya kalo lagi nyanyi... pergi sana ke barisan Sopran. Eh, bukan berarti di jurusan saya pergaulannya gak campur lho ya, tapi kebetulan saya emang lebih banyak nongkrong di PSM, jadi contoh yang bisa saya kasih juga lebih banyak dari sana.
Sepertinya perjalanan masih panjang... Indonesia bakalan gampang dipecah belah kalo orang-orangnya masih mengkotak-kotakkan berdasarkan SARA. Kayaknya orang-orang itu harus dijejelin buku Nasional.Is.Me-nya mas Pandji deh... Di sana dijelaskan bahwa kita harus bersatu. Gak mau kan kalo hidup kita jadi gak aman karena sekeliling kita banyak kerusuhan? Kalau mau hidup tenang, hidup aman, ya mulai dunk belajar untuk menerima keanekaragaman. Jangan sampe kita mengkotak-kotakkan orang berdasarkan SARA, tapi giliran ada kerusuhan antar etnis, antar agama, kita marah-marah sama pemerintah, sama polisi, sama orang yang rusuh, karena orang-orang itu gak bisa menjaga ketentraman...
Jadi... biar kata hari ini seseorang pake gadget yang paling mutakhir, tapi kalo masih belum bisa menerima keanekaragaman... itu tuh ketinggalan jaman banget. Termasuk orang-orang yang kasih masukan aneh ke saya itu. Kasian deh lo!!
Saturday, July 23, 2011
Koteka Cabulita
Tinggal jauh dari ibukota ada untungnya: gak pake macet, dapet fasilitas enak, gak banyak godaan belanja, dekat ke obyek wisata yang indahnya bukan main, dan seterusnya. Beberapa hal gak enak sudah berhasil diatasi sebagian, seperti: ninggalin keluarga jaman sekarang dibandingkan 15 tahun yang lalu pastinya beda bebannya, kalo sekarang ada GSM, email, fb, skype, google+, twitter, dan banyak lagi alternatif cara komunikasi. Kemudian soal makanan, gak bisa makan masakannya Si Mbok, ya sudah belajar masak sendiri.
Tapi ada juga yang gak bisa tergantikan, biar kata bisa lewat dunia maya, tetep aja pertemuan fisik dengan keluarga lebih jadi pilihan. Juga kesempatan-kesempatan lainnya yang gak bisa dilakukan kalau kita gak di dekat ibu kota, seperti ikut workshop-workshop yang menarik, atau seperti yang baru saja saya lewatkan: Konser Alumni PSM-ITB.
Uhuuuyy... yaaa... kakak-kakak, teman-teman, adik-adik alumni PSM-ITB baru saja menyelenggarakan konser di Jakarta dan Bandung. Dan saya... salah satu aktivis pas jaman kuliah dulu (PSM kan tempat kuliah saya...), terpaksa melewatkan kesempatan untuk yang satu ini. Udah tempatnya jauh di ibu kota, cuti saya juga sudah mepet jaya... Jadi boro-boro ikut nyanyi, nonton aja gak bisaa...
Padahal buat kami para anggota paduan suara, tampil di atas panggung itu tak tergantikan deh sensasinya. Bahkan nyanyi di karaokean atau di orgen tunggal family gathering pun gak bisa menggantikan sensasi tersebut. Ada kepuasan yang gimana gitu... setelah berbulan-bulan latian, terus akhirnya menampilkan yang terbaik. Bahkan kalopun ada sesuatu yang error pas tampil, itu akhirnya bisa jadi bahan tertawaan selama berbulan-bulan.
Karena kekecewaan saya, akhirnya saya menulis di wall Alumni PSM-ITB, seperti ini...
Membaca kata nomer 2 dari akhir, saya harus cengar-cengir sendiri, karena jadi teringat sesuatu. 12 tahun yang lalu... pada saat liburan musim panas yang cerah, saya dan teman-teman PSM-ITB pergi berlibur ke Carita. Kami menginap di Koteka Cabulita. Koteka merupakan plesetan dari Cottage, sedangkan Cabulita adalah nama julukan saya. Hahaha... bukan saya suka melakukan hal-hal cabul loh... tapi karena saya paling cepet nyambung kalo teman-teman PSM sedang mengeluarkan joke-joke cabul. Jadi... Koteka Cabulita kurang lebih artinya Cottage-nya Gita.
Saya masih ingat, yang pertama kali menemukan sebutan Koteka itu adalah Mr. Rumpiselalu alias Michael, kakak kelas yang merupakan Master of Solutions: selalu bisa menjelaskan semua permasalahan yang kami temui. Dulu, menurut saya nama itu sudah lucu. Sekarang ternyata jadi lebih lucu lagi. Michael tidak hanya Master of Solutions, melainkan juga Visioner. Siapa sangka...?? 11 tahun setelah perjalanan ke "Koteka Cabulita" itu, ternyata si Cabulita pindah ke daerah yang memproduksi Koteka....
Tapi ada juga yang gak bisa tergantikan, biar kata bisa lewat dunia maya, tetep aja pertemuan fisik dengan keluarga lebih jadi pilihan. Juga kesempatan-kesempatan lainnya yang gak bisa dilakukan kalau kita gak di dekat ibu kota, seperti ikut workshop-workshop yang menarik, atau seperti yang baru saja saya lewatkan: Konser Alumni PSM-ITB.
Uhuuuyy... yaaa... kakak-kakak, teman-teman, adik-adik alumni PSM-ITB baru saja menyelenggarakan konser di Jakarta dan Bandung. Dan saya... salah satu aktivis pas jaman kuliah dulu (PSM kan tempat kuliah saya...), terpaksa melewatkan kesempatan untuk yang satu ini. Udah tempatnya jauh di ibu kota, cuti saya juga sudah mepet jaya... Jadi boro-boro ikut nyanyi, nonton aja gak bisaa...
Padahal buat kami para anggota paduan suara, tampil di atas panggung itu tak tergantikan deh sensasinya. Bahkan nyanyi di karaokean atau di orgen tunggal family gathering pun gak bisa menggantikan sensasi tersebut. Ada kepuasan yang gimana gitu... setelah berbulan-bulan latian, terus akhirnya menampilkan yang terbaik. Bahkan kalopun ada sesuatu yang error pas tampil, itu akhirnya bisa jadi bahan tertawaan selama berbulan-bulan.
Karena kekecewaan saya, akhirnya saya menulis di wall Alumni PSM-ITB, seperti ini...
baru sempet buka fb lagi, ngeliat liputan video, audio, dan putu-putuna... mantaabbhhh euy!! keerreen... ngiiirrii... pengen ikut nyanyi juga. Taun depan bisa gak ya? Kalo masih gak bisa, ntar nyumbang kostum aja dari sini (koteka gitu...) ^_^
Membaca kata nomer 2 dari akhir, saya harus cengar-cengir sendiri, karena jadi teringat sesuatu. 12 tahun yang lalu... pada saat liburan musim panas yang cerah, saya dan teman-teman PSM-ITB pergi berlibur ke Carita. Kami menginap di Koteka Cabulita. Koteka merupakan plesetan dari Cottage, sedangkan Cabulita adalah nama julukan saya. Hahaha... bukan saya suka melakukan hal-hal cabul loh... tapi karena saya paling cepet nyambung kalo teman-teman PSM sedang mengeluarkan joke-joke cabul. Jadi... Koteka Cabulita kurang lebih artinya Cottage-nya Gita.
Saya masih ingat, yang pertama kali menemukan sebutan Koteka itu adalah Mr. Rumpiselalu alias Michael, kakak kelas yang merupakan Master of Solutions: selalu bisa menjelaskan semua permasalahan yang kami temui. Dulu, menurut saya nama itu sudah lucu. Sekarang ternyata jadi lebih lucu lagi. Michael tidak hanya Master of Solutions, melainkan juga Visioner. Siapa sangka...?? 11 tahun setelah perjalanan ke "Koteka Cabulita" itu, ternyata si Cabulita pindah ke daerah yang memproduksi Koteka....
Wednesday, July 20, 2011
Bihun Goreng Pedas aka Misi Penyelamatan Leftovers
Kemarin banjir (lagi!!), tepat seminggu setelah banjir yang pertama. Kali ini kulkas di rumah dinas kami kemasukan air, dan hari ini libur pilkada di Sorong, jadi teknisinya ndak bisa didatangkan, sehingga dari kemarin sampai besok ndak ada freezer dan fridge.
Sore ini aku memutuskan untuk menyelamatkan beberapa bahan yang ada di dalam kulkas: Bumbu K*kita Rasa Pedas, daging asap, frozen veggies, dan kentang goreng.
Kentang goreng-nya langsung digoreng buat cemilan. Sedangkan lainnya dikombinasi dengan bihun jagung simpenan, dan bertransformasi menjadi.... Bihun Goreng Pedas.
Bahannya:
80 gram bihun jagung, seduh dengan air panas
2 sdm bumbu dasar pedas buatan sendiri
frozen vegetables sisa, seduh dengan air panas
2 lembar daging asap, potong kecil-kecil
2 sdm kecap manis
1 sdt kecap asin
2 sdt minyak wijen
100 ml air
sedikit minyak goreng untuk menumis
Langkah pembuatan:
-tumis bumbu dasar sampai wangi.
-tambahkan frozen vegetable dan potongan daging asap, tumis sebentar
-tambahkan air
-tambahkan kecap asin dan minyak wijen
-masukkan bihun yang sebelumnya sudah diaduk rata dengan kecap manis
-aduk-aduk sampai air meresap, kemudian angkat.
Ini dia penampakannya... sekalian nyoba memoto jarak dekat pake kamera saku Omla.
Mau? :-)
Sore ini aku memutuskan untuk menyelamatkan beberapa bahan yang ada di dalam kulkas: Bumbu K*kita Rasa Pedas, daging asap, frozen veggies, dan kentang goreng.
Kentang goreng-nya langsung digoreng buat cemilan. Sedangkan lainnya dikombinasi dengan bihun jagung simpenan, dan bertransformasi menjadi.... Bihun Goreng Pedas.
Bahannya:
80 gram bihun jagung, seduh dengan air panas
2 sdm bumbu dasar pedas buatan sendiri
frozen vegetables sisa, seduh dengan air panas
2 lembar daging asap, potong kecil-kecil
2 sdm kecap manis
1 sdt kecap asin
2 sdt minyak wijen
100 ml air
sedikit minyak goreng untuk menumis
Langkah pembuatan:
-tumis bumbu dasar sampai wangi.
-tambahkan frozen vegetable dan potongan daging asap, tumis sebentar
-tambahkan air
-tambahkan kecap asin dan minyak wijen
-masukkan bihun yang sebelumnya sudah diaduk rata dengan kecap manis
-aduk-aduk sampai air meresap, kemudian angkat.
Ini dia penampakannya... sekalian nyoba memoto jarak dekat pake kamera saku Omla.
Mau? :-)
Saturday, July 16, 2011
Hanimun (atau bukan?)
Officially, setelah acara kawinan kami nggak merencanakan ada honeymoon, karena beribet cuti gak cukup, masih mau ada ngunduh mantu, dan sebagainya. Tapi kebetulan sekali, 3 minggu setelah acara kawinan, ada yang ngajak ke Raja Ampat, jadi karena ini adalah perjalanan pertama kami setelah menjadi suami-istri (gak ngitung perjalanan Jakarta-Sorong ya), maka boleh lah disebut hanimun...
Ini perjalanan pertamaku dan juga Omla ke Raja Ampat. Kami cukup beruntung, karena yang mau kami datangi kali ini adalah gugus kepulauan Wayag, yang letaknya paling Barat (dan Utara) di kepulauan Raja Ampat. Dengan speed boat sekitar 4-5 jam perjalanan dari Sorong. Karena tergolong paling jauh, jadi kami gak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Kami pergi bersama 11 orang lainnya, terdiri dari rombongan campur-campur, ada orang Pertamina, orang Pajak, orang Jepang, dalam perjalanan 3 hari 2 malam yang bermodal sewa speed boat, bawa tenda, dan beberapa kardus bahan makanan.
Karena Wayag termasuk dalam kawasan konservasi, jadi wajar kalau ndak ada resort di sana. Makanya kami bawa perlengkapan makan dan tidur sendiri dari Sorong.
Ini cuplikan foto-fotonya, sayang sekali ndak ada foto kami sedang belajar snorkling. Saking excited-nya sampe lupa buat foto-foto...
Ini perjalanan pertamaku dan juga Omla ke Raja Ampat. Kami cukup beruntung, karena yang mau kami datangi kali ini adalah gugus kepulauan Wayag, yang letaknya paling Barat (dan Utara) di kepulauan Raja Ampat. Dengan speed boat sekitar 4-5 jam perjalanan dari Sorong. Karena tergolong paling jauh, jadi kami gak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Kami pergi bersama 11 orang lainnya, terdiri dari rombongan campur-campur, ada orang Pertamina, orang Pajak, orang Jepang, dalam perjalanan 3 hari 2 malam yang bermodal sewa speed boat, bawa tenda, dan beberapa kardus bahan makanan.
Karena Wayag termasuk dalam kawasan konservasi, jadi wajar kalau ndak ada resort di sana. Makanya kami bawa perlengkapan makan dan tidur sendiri dari Sorong.
Ini cuplikan foto-fotonya, sayang sekali ndak ada foto kami sedang belajar snorkling. Saking excited-nya sampe lupa buat foto-foto...
Ini dalam perjalanan menuju Wayag, kalo ndak salah posisinya di sekitar Teluk Kabui, Pulau Waigeo
Begitu sampai di Wayag, kami kulo nuwun sama penjaga pulo-nya, yaitu teman-teman penduduk lokal yang bekerja pada Conservation International. Terus beberes persiapan makan dan bobok untuk hari itu. Sorenya mulai belajar snorkling di bawah dermaga.
Yang namanya di bawah dermaga tu kayak kolam renang gini. Aku yang tadinya gak berniat belajar snorkling, akhirnya jadi tertarik ikut nyemplung dan belajarlah kitaaa..!!!
Dan ini Omla, di pagi-pagi hari kedua.
Ini suasana pantai di posko Conservation International, tempat kami bermalam.
Begitu cerah ya... padahal pas subuh ujan loh, sampe tendanya bocor...
Sehabis makan pagi, kami berlayar ke laguna. Itu dia pintu masuk ke laguna.
Dan semakin dekat ke laguna, orang-orang mulai pada berdiri, untuk melihat lebih jelas.
Ini di dalam laguna, airnya bukan kolam renang lagi, tapi bak mandi yang udah difilter pake Reverse Osmosis
Ini yang punya blog di dalam laguna.
Speed boat kami pun merapat, karena mau naik bukit untuk melihat pemandangan. Ini tempat merapatnya.
Sebagai gambaran, ini bukit yang kami naiki...
Yang ada orang kecil2 itu jalan masuknya ke hutan hujan tropis yang tumbuh di atas pulau karang. Sedangkan yang ada anak panahnya itu lokasi tujuan kami. Tingginya sekitar 97 m di atas permukaan laut. Gilee... mau liat pemandangan aja niat banget yak. Emang kayak apa sih?
Seperti ini. No further comment.
Ini yang ada orangnya, membuktikan bahwa ik bener-bener sampe di atas, bukan ngopy foto dari orang doang.
Tapi turunnya ngesot... hihiihi... mengerikan.
Sampe di bawah, ternyata kapalnya kandas karena air surut. Dan ik malah putu-putu...
Karena kapal kandas, diputuskan bahwa kami maksi dulu di situ. Kapal baru bisa berangkat lagi sekitar jam 4 (saat air pasang naik), jadilah kami diijinkan untuk snorklingan dulu.
Ini lagi maksi ikan sarden dan mie goreng di tempat persembunyian kami yang sekaligus berfungsi sebagai tempat ganti baju. *nyengir*
Suasana ke arah pantai pada saat itu. Penuh kedamaian. Hanya ada kami dan alam saja, tanpa turis lain.
Setelah kapal bisa jalan lagi, kami ke 1 dive site lagi, kemudian pulang ke base camp sambil melihat sunset ini dari atas speed boat.
Keesokan harinya kami kembali ke Sorong. What a trip.. Indonesia ternyata indah ya? :-)
Bumbu K*kita Seri Pedas
Jaman dulu juru masak terkenal Rudi Hadisu... eh...maksudnya Rudi Choiruddin pernah jadi bintang iklan bumbu K*kita A-B-C. Kalo di dunia perdokumenan, mungkin bumbu K*kita itu sama halnya dengan template. Kalo di dunia IT, dia sama dengan "function" yang udah jadi, kalo mau pake tinggal comot dan pasang di coding kita (halah...).
Nah, kalo di dunia masak-memasak... bumbu K*kita ini nama generiknya adalah BUMBU DASAR. Bermodal dua buku masak yang isinya resep-resep bumbu dasar, akhirnya aku mencoba membuat bumbu dasar yang rasa pedas. Kegunaannya untuk membuat balado, bumbu bali, nasi goreng, sambel goreng, rendang, pokoknya yang pedas-pedas.
bahan:
100 gram cabe merah keriting, kalo seneng pedes gak usah dibuang bijinya
15 biji bawang merah
10 siung bawang putih
1 buah tomat
20 gram gula pasir
garam secukupnya
minyak secukupnya
-Pertama, untuk yang gak doyan pedas, buang dulu biji cabenya. Aku dan Omla sebenernya senang pedas, tapi karena ini bumbu dasar... dia akan dipakai berulang-ulang, tingkat kepedesannya harus dalam taraf nyaman, gak boleh lebay, jadi akhirnya kuputuskan untuk membuang biji sebagian cabe. => perbuatan ini bakalan jadi bikin cerita baru deh...
-Kemudian blender semua bahan (kecuali minyak tentunya)
-Tumis sampe harum, eh sebenernya sih aku juga gak bisa bedain udah harum apa belum, perasaan dari tadi juga wangi-wangi aja tuh... jadi waktu perasaanku mengatakan kayak udah mateng... nah berarti udah mateng tuh, angkat.
-Setelah dingin, masukkan ke toples, simpan di kulkas, tahan sampe 3 minggu *kayaknya*.
Setelah itu langsung dipake buat bikin balado terong. Sangat mudah: terong 1 biji dipotong-potong sesuai selera, kemudian goreng di api kecil. Panaskan 2 sendok makan bumbu dasar pedas, tambah air dikit, kemudian masukkan terong yang sudah digoreng, aduk-aduk. Setelah air meresap, angkat.
Keesokan harinya buat bikin nasgor pedas. 1 sendok makan bumbu ditumis bersama sedikit terasi. Kemudian masukkan rombongan pemanis (aku pake jamur shiitake, ebi, dan frozen vegetable), masak beberapa saat, kemudian masukkan nasi. Tambahkan kecap manis, kecap asin, dan minyak wijen secukupnya. Aduk-aduk heboh. Setelah merata, nasgor siap diangkat dan disantap.
Pembuatan bumbu dasar pedasnya SUKSES, tapi setelah itu ada kejadian menghebohkan: tanganku kepedesan. Gara-gara mbuangin biji cabe, mungkin SOP-nya kurang begitu tepat kali ya... setelah selesai masak dan cuci piring, tanganku rasanya seperti terbakar... padahal penampakannya biasa aja... gak merah... gak bau lombok... bahkan dipake ngucek mata pun gak pedes. Aneh juga... kalo megang cabe... biasanya dengan cuci tangan saja sudah beres.
Duilee... itu panas gak ilang-ilang... kalo dikasi air enakan... tapi lama-lama abis dunk air di bak penampungan?! Berdasarkan saran Omla di sebrang sana, aku mengambil sarung tangan kuning pembagian dari kantor Omla, cemplungan di baskom, terus dipake deh... pertamanya enak emang, tapi tak lama si tangan itu sakit lagi. Olala...
Terus berdasarkan saran Ndulo, akhirnya ngambil handuk kecil, dibasahin lagi, terus digunakan untuk membungkus tangan. Karena sakitnya tinggal di ujung-ujung jari, akhirnya aku gak mbungkus tanganku, melainkan cukup dengan meremas-remas handuk basah itu...
Sampe akhirnya aku tertidur rasa terbakarnya belum hilang, untungnya ketika bangun pagi sudah gak terasa panas lagi. Huhuhu... makanan yang dimasak gak sebrapa pedas, malah tangannya yang kepedesan... tapi aku gak kapok kok, lain kali kita coba buat bumbu dasar tipe lainnya ya...
Nah, kalo di dunia masak-memasak... bumbu K*kita ini nama generiknya adalah BUMBU DASAR. Bermodal dua buku masak yang isinya resep-resep bumbu dasar, akhirnya aku mencoba membuat bumbu dasar yang rasa pedas. Kegunaannya untuk membuat balado, bumbu bali, nasi goreng, sambel goreng, rendang, pokoknya yang pedas-pedas.
bahan:
100 gram cabe merah keriting, kalo seneng pedes gak usah dibuang bijinya
15 biji bawang merah
10 siung bawang putih
1 buah tomat
20 gram gula pasir
garam secukupnya
minyak secukupnya
-Pertama, untuk yang gak doyan pedas, buang dulu biji cabenya. Aku dan Omla sebenernya senang pedas, tapi karena ini bumbu dasar... dia akan dipakai berulang-ulang, tingkat kepedesannya harus dalam taraf nyaman, gak boleh lebay, jadi akhirnya kuputuskan untuk membuang biji sebagian cabe. => perbuatan ini bakalan jadi bikin cerita baru deh...
-Kemudian blender semua bahan (kecuali minyak tentunya)
-Tumis sampe harum, eh sebenernya sih aku juga gak bisa bedain udah harum apa belum, perasaan dari tadi juga wangi-wangi aja tuh... jadi waktu perasaanku mengatakan kayak udah mateng... nah berarti udah mateng tuh, angkat.
-Setelah dingin, masukkan ke toples, simpan di kulkas, tahan sampe 3 minggu *kayaknya*.
Setelah itu langsung dipake buat bikin balado terong. Sangat mudah: terong 1 biji dipotong-potong sesuai selera, kemudian goreng di api kecil. Panaskan 2 sendok makan bumbu dasar pedas, tambah air dikit, kemudian masukkan terong yang sudah digoreng, aduk-aduk. Setelah air meresap, angkat.
Keesokan harinya buat bikin nasgor pedas. 1 sendok makan bumbu ditumis bersama sedikit terasi. Kemudian masukkan rombongan pemanis (aku pake jamur shiitake, ebi, dan frozen vegetable), masak beberapa saat, kemudian masukkan nasi. Tambahkan kecap manis, kecap asin, dan minyak wijen secukupnya. Aduk-aduk heboh. Setelah merata, nasgor siap diangkat dan disantap.
Pembuatan bumbu dasar pedasnya SUKSES, tapi setelah itu ada kejadian menghebohkan: tanganku kepedesan. Gara-gara mbuangin biji cabe, mungkin SOP-nya kurang begitu tepat kali ya... setelah selesai masak dan cuci piring, tanganku rasanya seperti terbakar... padahal penampakannya biasa aja... gak merah... gak bau lombok... bahkan dipake ngucek mata pun gak pedes. Aneh juga... kalo megang cabe... biasanya dengan cuci tangan saja sudah beres.
Duilee... itu panas gak ilang-ilang... kalo dikasi air enakan... tapi lama-lama abis dunk air di bak penampungan?! Berdasarkan saran Omla di sebrang sana, aku mengambil sarung tangan kuning pembagian dari kantor Omla, cemplungan di baskom, terus dipake deh... pertamanya enak emang, tapi tak lama si tangan itu sakit lagi. Olala...
Terus berdasarkan saran Ndulo, akhirnya ngambil handuk kecil, dibasahin lagi, terus digunakan untuk membungkus tangan. Karena sakitnya tinggal di ujung-ujung jari, akhirnya aku gak mbungkus tanganku, melainkan cukup dengan meremas-remas handuk basah itu...
Sampe akhirnya aku tertidur rasa terbakarnya belum hilang, untungnya ketika bangun pagi sudah gak terasa panas lagi. Huhuhu... makanan yang dimasak gak sebrapa pedas, malah tangannya yang kepedesan... tapi aku gak kapok kok, lain kali kita coba buat bumbu dasar tipe lainnya ya...
Wednesday, July 13, 2011
Banjiiiirrr....
Sorong banjir. Konon kata orang-orang karena air laut lagi pasang, sehingga air buangan dari selokan dan sungai itu nggak bisa mengalir dengan lancar.
Selasa sore, waktu jalan dari kantor Omla menuju ke rumah, hujan rintik-rintik mulai turun. Karena belum terlalu besar, sampai rumah aku masih sempat cuci piring dengan ngambil air dari bak penampungan belakang. Tapi belum selesai membilas, ternyata hujannya membesar dan tak bisa ditanggulangi dengan payung kecil kami. Aku pun minggat.
Hujan makin besar. Kami pun nonton TV saja sambil browsing-browsing. Ketika kilat menyambar-nyambar, sempat mati lampu sebentar. Kemudian nyala lagi. Setelah itu kilat lagi, kali ini BTS-nya Telkomsel yang sepertinya error, karena sinyal GPRS/3G di BB dan di Tab hilang pada waktu yang bersamaan. Ndak lama muncul lagi.
Niatnya malam itu mau makan sisa krim sup, jangan lombok, dan teri gila saja. Tapi mau bergerak masak nasi saja malas karena hujannya besar. Lama-lama aku pusing. Pindah tiduran di kamar, di luar keliatannya Omla kelaparan dan mulai mengeluarkan makanan-makanan yang mau dipanaskan.
Tiba-tiba Omla masuk sambil heboh-heboh (jarang-jarang heboh gitu). Airnya masuk rumah katanya. Wualaaahh.... pusing langsung ilang. Kami pun sibuk menaik-naikkan barang-barang yang ada di lantai. Terutama alat-alat kelistrikan. Omla mengira airnya mau masuk dari halaman belakang, sudah berusaha menyumbat sana-sini, ternyata airnya malah masuk dari depan. Ealah... cabe deh...
Haha... oke deh, aku kan belum pernah kebanjiran sebelumnya, maka ini akan menjadi pengalaman baru...
Tapi... bentar deh... kayaknya sebenernya udah pernah? Tapi dimana ya? Setelah semua barang-barang aman pada tempatnya, dan setelah mencabuti semua alat listrik, bayangan gedung bengkok dengan segala tetek-bengek yang berserakan di lantai kembali dalam bayanganku. Whoooaaa!!!! Bener banget!! Aku pernah kebanjiran di Sekre PSM-ITB!!!
Semua sudut rumah kami (termasuk kamar tidur kami yang lantainya 1 inch lebih tinggi dibandingkan ruangan lainnya) kemasukan air yang kurang lebih setinggi mata kaki. Barang-barang ringan kami pun mulai kampul-kampul dan berjalan-jalan ke sana kemari. Omla dengan enaknya menggunakan sepatu safety, yeeeaaa.... bagemana dengan aku?! Ga punya safety shoes nih... belum dapet pembagian... Hmm... aku akhirnya menggunakan Crocs, meskipun airnya tetep masuk ke sepatu lewat atas. Tapi setidaknya aku gak takut sepatunya rusak dan kakiku pun gak langsung kena air banjir.
Sambil menunggu air surut, akhirnya kami meneruskan memasak. Beras baru setengah dicuci tadi. Omla mencuci pakai air dari dispenser, berusaha membuangnya di kamar mandi dalam, tapi aku bilang jangan, karena weks... di kamar mandi ada air masuk dari saluran pembuangan, itu air dari comberan tentunya, warnanya hitam. Aku gak pengen membayangkan beras yang aku makan pernah masuk ke ruangan itu. Akhirnya Omla membuang air cucian beras di.... tengah-tengah living room. Hahaha... lebih praktis bukan, toh ruang keluarganya juga sudah penuh air.
Kemudian kami memanaskan teri gila, menggoreng tempe (sudah sempat dibumbui oleh Omla sebelum air masuk), memanaskan sisa jangan lombok, dan memanaskan sisa sup krim ayam. Sambil menunggu nasinya masak, kami pun duduk di sofa ruang tengah, sambil menghabiskan tempe goreng yang baru matang, nonton TV dan ngadem di ruang tengah. Haha... unik juga nih, wong banjir kok masih bisa nyalain AC dan TV. Di luar, keliatannya hujannya sedikit bertambah besar. Hiks... kapan surutnya nih...
Setelah hujan berhenti, tak lama airnya surut. Kami pun bersama-sama menghalau air-air tersebut keluar rumah pakai sikat lantai kamar mandi dan sapu plastik. Ternyata lantai rumah itu tidak rata, lebih rendah di beberapa pojokan, termasuk di kamar belakang, jadi air menggenang di tempat-tempat tersebut. Tapi karena rumah kami gak pakai tanggul sama sekali, kami bisa dengan mudah mendorong air ke halaman.
Yang pertama kubersihkan adalah: kamar mandi. Iiihh... habis gak kebayang deh, kalo kamar mandinya jijay, terus gimana kalo mau ke WC... Ambil seember air bersih dari bak penampungan (yang alhamdulilah gak tercemar air banjir), terus lantai kamar mandi yang sekarang warnanya coklat itu aku semprot-semprot dulu dengan SOS. Baru setelah itu diguyur pakai air bersih itu. Bingo!! Langsung kinclong lagi tuh kamar mandi. Wangi lagi... Tinggal nyikatin bagian yang nyelip-nyelip.
Setelah dirasa lantai rumah kami cukup kering (padahal sebenernya masih basah, tapi yang penting gak terlalu becek aja), kami pun makan malam. Omla makan nasi, pake teri gila, dan jangan lombok (tempe sudah habis), sedangkan aku makan sup krim ayam langsung dari pancinya plus ditutup dengan sisa teri gila. Mungkin ini adalah keajaiban di tengah kesusahan ya, tapi sup krim ayam-nya jadi lebih enak dibandingkan waktu baru matang kemarin.
Sebelum tidur, cuci kaki dan cuci sepatu... hihihi... lucunya... baru kali ini tidur pake daster tapi melangkah sampe ke pinggir tempat tidur pake sepatu kantor. Omla malah pake safety shoes... Pas udah mau tidur hujan membesar lagi, tapi semoga tidak banjir lagi. Dan memang begitu adanya...
....sampe di keesokan harinya, aku berangkat agak telat, karena nungguin si mbak datang. Kasian si mbak, hari ini tugasnya berat: mengepel seluruh rumah, meskipun airnya sudah kami keluarkan semua semalam. Ealah... liat ke meja makan, ternyata Omla meninggalkan roti bakar jatah makan pagi. Akhirnya aku bermobil ke kantor EP dulu, mengantarkan roti. Dalam perjalanan, aku lihat di kantorku orang-orang lagi pada ngepel, di kantor Kodim orang-orang juga lagi bersih-bersih, terus di tengah jalan tiba-tiba ada sepotong sandal bagus. Hihihi... itu pasti sandal yang kampul-kampul kena banjir terus meninggalkan rumah pemiliknya.
Sampai di kantor Omla, ngobrol sebentar dengan teman-teman Omla, kemudian aku lanjut ke kantor. Ruanganku hanya kemasukan air sedikit sekali, barang-barang kami yang tergeletak di lantai selamat semua, tapi ruangan-ruangan di sebelah kiri ruanganku terendam semua ternyata. Setelah membaca koran, ternyata hampir seluruh kota Sorong kebanjiran, kecuali rumah-rumah yang berada di atas bukit.
Semalam pun Omla menawarkan untuk pindah ke rumah dinas kantor Omla yang di atas bukit. Hmm... tapi bagaimana kalau pas Omla dinas ya? Berarti aku sendirian di bukit? Lagipula tetangga di sekitar rumah dinasku ini lumayan guyub. Hmm... mari kita pikir-pikir lagi....
Selasa sore, waktu jalan dari kantor Omla menuju ke rumah, hujan rintik-rintik mulai turun. Karena belum terlalu besar, sampai rumah aku masih sempat cuci piring dengan ngambil air dari bak penampungan belakang. Tapi belum selesai membilas, ternyata hujannya membesar dan tak bisa ditanggulangi dengan payung kecil kami. Aku pun minggat.
Hujan makin besar. Kami pun nonton TV saja sambil browsing-browsing. Ketika kilat menyambar-nyambar, sempat mati lampu sebentar. Kemudian nyala lagi. Setelah itu kilat lagi, kali ini BTS-nya Telkomsel yang sepertinya error, karena sinyal GPRS/3G di BB dan di Tab hilang pada waktu yang bersamaan. Ndak lama muncul lagi.
Niatnya malam itu mau makan sisa krim sup, jangan lombok, dan teri gila saja. Tapi mau bergerak masak nasi saja malas karena hujannya besar. Lama-lama aku pusing. Pindah tiduran di kamar, di luar keliatannya Omla kelaparan dan mulai mengeluarkan makanan-makanan yang mau dipanaskan.
Tiba-tiba Omla masuk sambil heboh-heboh (jarang-jarang heboh gitu). Airnya masuk rumah katanya. Wualaaahh.... pusing langsung ilang. Kami pun sibuk menaik-naikkan barang-barang yang ada di lantai. Terutama alat-alat kelistrikan. Omla mengira airnya mau masuk dari halaman belakang, sudah berusaha menyumbat sana-sini, ternyata airnya malah masuk dari depan. Ealah... cabe deh...
Haha... oke deh, aku kan belum pernah kebanjiran sebelumnya, maka ini akan menjadi pengalaman baru...
Tapi... bentar deh... kayaknya sebenernya udah pernah? Tapi dimana ya? Setelah semua barang-barang aman pada tempatnya, dan setelah mencabuti semua alat listrik, bayangan gedung bengkok dengan segala tetek-bengek yang berserakan di lantai kembali dalam bayanganku. Whoooaaa!!!! Bener banget!! Aku pernah kebanjiran di Sekre PSM-ITB!!!
Semua sudut rumah kami (termasuk kamar tidur kami yang lantainya 1 inch lebih tinggi dibandingkan ruangan lainnya) kemasukan air yang kurang lebih setinggi mata kaki. Barang-barang ringan kami pun mulai kampul-kampul dan berjalan-jalan ke sana kemari. Omla dengan enaknya menggunakan sepatu safety, yeeeaaa.... bagemana dengan aku?! Ga punya safety shoes nih... belum dapet pembagian... Hmm... aku akhirnya menggunakan Crocs, meskipun airnya tetep masuk ke sepatu lewat atas. Tapi setidaknya aku gak takut sepatunya rusak dan kakiku pun gak langsung kena air banjir.
Sambil menunggu air surut, akhirnya kami meneruskan memasak. Beras baru setengah dicuci tadi. Omla mencuci pakai air dari dispenser, berusaha membuangnya di kamar mandi dalam, tapi aku bilang jangan, karena weks... di kamar mandi ada air masuk dari saluran pembuangan, itu air dari comberan tentunya, warnanya hitam. Aku gak pengen membayangkan beras yang aku makan pernah masuk ke ruangan itu. Akhirnya Omla membuang air cucian beras di.... tengah-tengah living room. Hahaha... lebih praktis bukan, toh ruang keluarganya juga sudah penuh air.
Kemudian kami memanaskan teri gila, menggoreng tempe (sudah sempat dibumbui oleh Omla sebelum air masuk), memanaskan sisa jangan lombok, dan memanaskan sisa sup krim ayam. Sambil menunggu nasinya masak, kami pun duduk di sofa ruang tengah, sambil menghabiskan tempe goreng yang baru matang, nonton TV dan ngadem di ruang tengah. Haha... unik juga nih, wong banjir kok masih bisa nyalain AC dan TV. Di luar, keliatannya hujannya sedikit bertambah besar. Hiks... kapan surutnya nih...
Setelah hujan berhenti, tak lama airnya surut. Kami pun bersama-sama menghalau air-air tersebut keluar rumah pakai sikat lantai kamar mandi dan sapu plastik. Ternyata lantai rumah itu tidak rata, lebih rendah di beberapa pojokan, termasuk di kamar belakang, jadi air menggenang di tempat-tempat tersebut. Tapi karena rumah kami gak pakai tanggul sama sekali, kami bisa dengan mudah mendorong air ke halaman.
Yang pertama kubersihkan adalah: kamar mandi. Iiihh... habis gak kebayang deh, kalo kamar mandinya jijay, terus gimana kalo mau ke WC... Ambil seember air bersih dari bak penampungan (yang alhamdulilah gak tercemar air banjir), terus lantai kamar mandi yang sekarang warnanya coklat itu aku semprot-semprot dulu dengan SOS. Baru setelah itu diguyur pakai air bersih itu. Bingo!! Langsung kinclong lagi tuh kamar mandi. Wangi lagi... Tinggal nyikatin bagian yang nyelip-nyelip.
Setelah dirasa lantai rumah kami cukup kering (padahal sebenernya masih basah, tapi yang penting gak terlalu becek aja), kami pun makan malam. Omla makan nasi, pake teri gila, dan jangan lombok (tempe sudah habis), sedangkan aku makan sup krim ayam langsung dari pancinya plus ditutup dengan sisa teri gila. Mungkin ini adalah keajaiban di tengah kesusahan ya, tapi sup krim ayam-nya jadi lebih enak dibandingkan waktu baru matang kemarin.
Sebelum tidur, cuci kaki dan cuci sepatu... hihihi... lucunya... baru kali ini tidur pake daster tapi melangkah sampe ke pinggir tempat tidur pake sepatu kantor. Omla malah pake safety shoes... Pas udah mau tidur hujan membesar lagi, tapi semoga tidak banjir lagi. Dan memang begitu adanya...
....sampe di keesokan harinya, aku berangkat agak telat, karena nungguin si mbak datang. Kasian si mbak, hari ini tugasnya berat: mengepel seluruh rumah, meskipun airnya sudah kami keluarkan semua semalam. Ealah... liat ke meja makan, ternyata Omla meninggalkan roti bakar jatah makan pagi. Akhirnya aku bermobil ke kantor EP dulu, mengantarkan roti. Dalam perjalanan, aku lihat di kantorku orang-orang lagi pada ngepel, di kantor Kodim orang-orang juga lagi bersih-bersih, terus di tengah jalan tiba-tiba ada sepotong sandal bagus. Hihihi... itu pasti sandal yang kampul-kampul kena banjir terus meninggalkan rumah pemiliknya.
Sampai di kantor Omla, ngobrol sebentar dengan teman-teman Omla, kemudian aku lanjut ke kantor. Ruanganku hanya kemasukan air sedikit sekali, barang-barang kami yang tergeletak di lantai selamat semua, tapi ruangan-ruangan di sebelah kiri ruanganku terendam semua ternyata. Setelah membaca koran, ternyata hampir seluruh kota Sorong kebanjiran, kecuali rumah-rumah yang berada di atas bukit.
Semalam pun Omla menawarkan untuk pindah ke rumah dinas kantor Omla yang di atas bukit. Hmm... tapi bagaimana kalau pas Omla dinas ya? Berarti aku sendirian di bukit? Lagipula tetangga di sekitar rumah dinasku ini lumayan guyub. Hmm... mari kita pikir-pikir lagi....
Sup Krim Ayam
Habis migren, terus perut gak enak, pengen makan Chicken Cream Soup. Lari ke KFC Saga, ternyata mereka lagi gak jualan cream soup. Waks! Bahkan udah ngubek2 Saga, gak ada pula bubuk cream soup Knorr ataupun Maggi.
Sorenya... dengan bermodal bahan-bahan yang ada di rumah, aku pun membuat krim sup jadi-jadian...
-Pertama, bikin kaldu dulu pake air dan ayam-nya. Godok sampe mendidih. Terus matikan, angkat daging ayam-nya, potong kotak-kotak kecil.
Review:
Eniwei, setelah leftover-nya menginap 1 malam di dalam kulkas, ketika dipanaskan... supnya jadi lebih mantab rasa ayam-nya, jadi mirip beneran sama sup knorr atau maggi. Whhhuuaaa... we made it!!
Tapi tenang saja, kita kan MacGyver... tak ada rotan, akar pun jadi...
Sorenya... dengan bermodal bahan-bahan yang ada di rumah, aku pun membuat krim sup jadi-jadian...
Bahannya:
Air 1 liter
Ayam 1 ons (kurang malah kali ye)
Jamur Shiitake 4 buah, iris tipis-tipis
Susu UHT 200 ml
Pala bubuk 1/2 sdt
Merica bubuk 1/2 sdt
Bawang bombay 1/4 buah
Bawang putih 2 siung
Mentega/minyak goreng sedikit untuk menumis
Garam secukupnya
2 sendok makan tepung terigu + air 100 ml
-Pertama, bikin kaldu dulu pake air dan ayam-nya. Godok sampe mendidih. Terus matikan, angkat daging ayam-nya, potong kotak-kotak kecil.
-Bawang bombay dan bawang putih diiris tipis-tipis. Kemudian bawang2an itu ditumis dulu di wajan 24 cm kesayangan kami, setelah wangi tambahkan merica dan pala bubuk.
-Kemudian masukan ramuan ajaib itu ke kaldu ayam. Rebus lagi deh sampe mendidih. Jangan lupa masukkan ayam dan jamurnya. Dan garam sesuai selera.
-Setelah mendidih, masukkan susu UHT. Tunggu mendidih lagi.
-Kemudian masukkan tepung terigu yang sudah dilarutkan ke air 100 ml.
-Aduk-aduk sampai mengental.
-Sajikan hangat-hangat.
Review:
Taste-nya sih sudah ke jalan yang benar, meskipun rasa ayamnya masih kurang mantab. Kalau yang gak anti kaldu bubuk, silakan tambah kaldu blok rasa ayam. Sedangkan kalo yang anti, mungkin dalam pembuatan kaldu bisa menggunakan ceker/tulang ayam, daging ayam-nya dipisah saja, sehingga penggodokan bisa lebih lama tanpa khawatir daging ayam-nya hancur.
Jamur shiitake-nya gak nyambung dengan supnya ternyata, kalau mau pakai jamur, mending pakai jamur merang alias champignon (yang suka ada kalengannya itu loh).
Jamur shiitake-nya gak nyambung dengan supnya ternyata, kalau mau pakai jamur, mending pakai jamur merang alias champignon (yang suka ada kalengannya itu loh).
Eniwei, setelah leftover-nya menginap 1 malam di dalam kulkas, ketika dipanaskan... supnya jadi lebih mantab rasa ayam-nya, jadi mirip beneran sama sup knorr atau maggi. Whhhuuaaa... we made it!!
Tuesday, July 12, 2011
Crazy Anchovy
Terinspirasi pada kenangan selama di Prabumulih, aku mencoba untuk masak teri gila (crazy anchovy kan?) atau bahasa umumnya adalah teri medan sambel ijo.
Waktu di Prabu, teman serumahku si Vera sering memesan teri gila dari Rantau, salah satu area operasi kami di Nangroe Aceh Darussalam. Rasanya pedes banget,tapi nagih. Kalo perlu kami jadikan cemilan tanpa nasi. Gak tanggung-tanggung, sekali pesen bisa menghabiskan 1 kg teri!
Hmmm, tenang saja.. 1 kg itu gak langsung habis dalam semalam kok. Biasanya kami simpan di freezer, trus dimakannya dikit-dikit.
Itu tadi kenangan indah di Prabu, mari kita kembali ke Sorong. Karena aku punya cabe ijo sisa masak jangan lombok ijo, dan teringat kenangan indah tadi, maka aku pengen memperkenalkan kenikmatan teri gila ke Omla.
Demi mendapatkan resepnya, aku konsultasi via BBM dengan mbak Ita, "ibu kost"ku dan Vera di Prabu, dan mencari di internet, dapat resep dari milis NCC. Maka jadilah aku dan Omla memasaknya seperti ini:
Oiya... nyari teri medan di Sorong ternyata gak susah, di Agro maupun di Saga ada, tinggal mau yang kemasannya seberapa. Kalo di Agro lebih mungil2 kemasannya (mungil = 2 ons tadi), sedangkan Saga lebih gigantik (setengah kilo kali yee...).
Nah, bahan-bahan tadi (kecuali teri) dicampur, terus diblender. Buat kami... ini sekalian nyobain hand blender kado manten dari mbak Ita. Oya, garamnya secukupnya saja, karena teri medan kan sudah asin. Jangan lupa dicicip dulu sebelum diproses lebih lanjut.
Teri-nya direndem dulu sebentar, terus digoreng agak kering (gak usah terlalu kering). Setelah teri-nya diangkat. Tumis bahan-bahan yang diblender tadi... setelah wangi, masukkan teri-nya, aduk-aduk. Taraaaaa.... jadi deh...
Review:
Okelah... selamat menikmati... (menikmati gambarnya maksudnya...)
Waktu di Prabu, teman serumahku si Vera sering memesan teri gila dari Rantau, salah satu area operasi kami di Nangroe Aceh Darussalam. Rasanya pedes banget,tapi nagih. Kalo perlu kami jadikan cemilan tanpa nasi. Gak tanggung-tanggung, sekali pesen bisa menghabiskan 1 kg teri!
Hmmm, tenang saja.. 1 kg itu gak langsung habis dalam semalam kok. Biasanya kami simpan di freezer, trus dimakannya dikit-dikit.
Itu tadi kenangan indah di Prabu, mari kita kembali ke Sorong. Karena aku punya cabe ijo sisa masak jangan lombok ijo, dan teringat kenangan indah tadi, maka aku pengen memperkenalkan kenikmatan teri gila ke Omla.
Demi mendapatkan resepnya, aku konsultasi via BBM dengan mbak Ita, "ibu kost"ku dan Vera di Prabu, dan mencari di internet, dapat resep dari milis NCC. Maka jadilah aku dan Omla memasaknya seperti ini:
Bahan:
Cabe Ijo kurleb 1 ons
Terasi 1/2 sdt
Bawang merah 7 butir
Bawang putih 5 butir
Cabe rawit kira2 8 biji
Cabe Ijo kurleb 1 ons
Terasi 1/2 sdt
Bawang merah 7 butir
Bawang putih 5 butir
Cabe rawit kira2 8 biji
Tomat Ijo 3 buah
Teri Medan 2 ons
Garam secukupnya
Minyak goreng secukupnya
Oiya... nyari teri medan di Sorong ternyata gak susah, di Agro maupun di Saga ada, tinggal mau yang kemasannya seberapa. Kalo di Agro lebih mungil2 kemasannya (mungil = 2 ons tadi), sedangkan Saga lebih gigantik (setengah kilo kali yee...).
Nah, bahan-bahan tadi (kecuali teri) dicampur, terus diblender. Buat kami... ini sekalian nyobain hand blender kado manten dari mbak Ita. Oya, garamnya secukupnya saja, karena teri medan kan sudah asin. Jangan lupa dicicip dulu sebelum diproses lebih lanjut.
Teri-nya direndem dulu sebentar, terus digoreng agak kering (gak usah terlalu kering). Setelah teri-nya diangkat. Tumis bahan-bahan yang diblender tadi... setelah wangi, masukkan teri-nya, aduk-aduk. Taraaaaa.... jadi deh...
Review:
Tastenya mantab, meskipun gak sepedas yang dari Rantau (masukin cabe-nya kurang berani), jadi kurang gila terinya. Tapi tetep bikin nagih kok... Tomat Ijo-nya sebenernya gak usah terlalu banyak. Banyakin cabe ijo-nya aja. Kemarin itu karena cabe ijo-nya cuma 1 ons (namanya juga sisa), makanya tomat aku tambahin jadi 3 buah. Buat nyubal ceritanya. Untuk tetumisan, minyak agak banyak dikit juga boleh, kemarin itu karena Omla sebagai yang ngaduk-ngaduk tumisan itu gak pengen terinya terlalu basah jadi minyaknya dibuat minimalis... Jadinya kering sambel ijo-nya. Padahal kalo kering, jadi agak bikin seret waktu ditelan. Jadi tentu saja ketika besok-besoknya aku yang bertugas ngangetin, kesempatan buat kutambah minyak. ;-)
Okelah... selamat menikmati... (menikmati gambarnya maksudnya...)
Monday, July 11, 2011
Cerita Sorong
Wah, login ke active directory lagi heng-hong, jadi mari kita ngeblog sembari menunggu sang admin datang ke kantor. Maklumlah... usernya di kawasan WIT, admin-nya di kawasan WIB, jadi usernya dah gedebak-gedebuk di kantor, admin-nya masih on the way ke kantor.
Di Sorong ini banyak hal baru yang aku pelajari, dari mulai hal-hal yang baru ditemui di sini, belajar bawa mobil sendiri (bukan belajar nyetir loh, kalo itu mah udah dari umur 18, hihi.. payah yee), belajar snorkling, sampe belajar jadi istri Omla (ini kan hal baru, wong selama ini hidup suka-suka sendiri yahaha...).
Dari banyak hal baru yang dipelajari, pastinya ada yang bisa dishare, dan ada juga yang enggak (ihihi). Salah satu yang pengen kami share adalah pelajaran memasak. Yaya.. Aku kan anak metropolitan yang gak pernah masuk dapur. Mbedain laos ama jahe aja susah kalo gak pake mengendus-endus dulu. Dari dulu mengandalkan para Mbok kalo urusan masak. Bahkan pindah ke Prabu pun di sana ada si Bibik yang masakin.
Pas baru datang di sini sih lebih banyak jajan di luar, tapi lama-lama jajan mahal euy, lagipula banyak makanan kesukaan yang gak dijual di sini. Jadi dengan segala keterbatasan, kami pun belajar masak dengan referensi terbesar: Internet. Terbatas? Apanya yang terbatas? Ya macem2, misalnya waktu: kami kan cuma bisa belanja after office hours, jadi susah mau belanja di pasar atau nyegat tukang sayur, satu-satunya pilihan yang nyaman adalah belanja di supermarket. Terus di sini juga barang2 gak segampang di Jawa (meskipun masih lebih mending dari Prabumulih sih), nyari santan kara aja ternyata gak semua supermarket punya stock, begitu juga cabe ijo. Dan tentu saja ada juga keterbatasan perangkat. Bukan berarti di sini susah cari alat masak loh, tapi karena kami gak mau banyak numpuk alat masak jadi kami menggunakan yang basic saja. Yeeaaa, itu pan teflon 24cm ya kita pake goreng ikan asin, bikin bihun goreng, numis, bikin saus pasta, bikin steak, bikin pisang panggang, masi untung gak sekalian masak indomie pake pan itu juga. Ini Sorong jendral, kalo pindah tempat lagi nanti ongkirnya mahal, makanya males mau numpuk barang.
Okelah, selamat menikmati resep-resep kami... semoga bermanfaat terutama buat para newbies...
Di Sorong ini banyak hal baru yang aku pelajari, dari mulai hal-hal yang baru ditemui di sini, belajar bawa mobil sendiri (bukan belajar nyetir loh, kalo itu mah udah dari umur 18, hihi.. payah yee), belajar snorkling, sampe belajar jadi istri Omla (ini kan hal baru, wong selama ini hidup suka-suka sendiri yahaha...).
Dari banyak hal baru yang dipelajari, pastinya ada yang bisa dishare, dan ada juga yang enggak (ihihi). Salah satu yang pengen kami share adalah pelajaran memasak. Yaya.. Aku kan anak metropolitan yang gak pernah masuk dapur. Mbedain laos ama jahe aja susah kalo gak pake mengendus-endus dulu. Dari dulu mengandalkan para Mbok kalo urusan masak. Bahkan pindah ke Prabu pun di sana ada si Bibik yang masakin.
Pas baru datang di sini sih lebih banyak jajan di luar, tapi lama-lama jajan mahal euy, lagipula banyak makanan kesukaan yang gak dijual di sini. Jadi dengan segala keterbatasan, kami pun belajar masak dengan referensi terbesar: Internet. Terbatas? Apanya yang terbatas? Ya macem2, misalnya waktu: kami kan cuma bisa belanja after office hours, jadi susah mau belanja di pasar atau nyegat tukang sayur, satu-satunya pilihan yang nyaman adalah belanja di supermarket. Terus di sini juga barang2 gak segampang di Jawa (meskipun masih lebih mending dari Prabumulih sih), nyari santan kara aja ternyata gak semua supermarket punya stock, begitu juga cabe ijo. Dan tentu saja ada juga keterbatasan perangkat. Bukan berarti di sini susah cari alat masak loh, tapi karena kami gak mau banyak numpuk alat masak jadi kami menggunakan yang basic saja. Yeeaaa, itu pan teflon 24cm ya kita pake goreng ikan asin, bikin bihun goreng, numis, bikin saus pasta, bikin steak, bikin pisang panggang, masi untung gak sekalian masak indomie pake pan itu juga. Ini Sorong jendral, kalo pindah tempat lagi nanti ongkirnya mahal, makanya males mau numpuk barang.
Okelah, selamat menikmati resep-resep kami... semoga bermanfaat terutama buat para newbies...
Wednesday, July 06, 2011
Sate Sapi
Tanpa berusaha menyinggung temanku yang kupanggil Sapi, atau boneka KUDA! yang krisis kepribadian, bingung menentukan dirinya itu kuda atau sapi.... waktu lagi baca-baca posting lama blog ini, aku sampai pada tulisan tentang Perjalanan Kuliah ke Yogya ini. That was more than 4 years ago... tapi aku membaca sesuatu informasi yang patut digarisbawahi: tentang Sate Sapi Karang Kotagede. Rupanya 4 tahun lalu aku dan teman-teman kuliah UGM-ku berkunjung ke sana. Dan... rupanya (lagi) aku mencantumkan alamat lengkap si Sate Sapi itu di posting tersebut.
Whoops... ternyata... apa alamatnya? Depokan? Yang betul? Sekali lagi? DEPOKAN? Kotagede kan? Hmmm... hmmm... lirik kiri, lirik kanan, HUUUWWAAAUUUWW.... (dan kemudian histeris...)
Kebetulan yang amat sangat mantab!! Semoga Sate Sapi itu belum berpindah dari tempat itu, karena ternyata lokasinya dekat sekali dengan tempat mangkal Omla kalo lagi di kota Yogya.
Whoops... ternyata... apa alamatnya? Depokan? Yang betul? Sekali lagi? DEPOKAN? Kotagede kan? Hmmm... hmmm... lirik kiri, lirik kanan, HUUUWWAAAUUUWW.... (dan kemudian histeris...)
Kebetulan yang amat sangat mantab!! Semoga Sate Sapi itu belum berpindah dari tempat itu, karena ternyata lokasinya dekat sekali dengan tempat mangkal Omla kalo lagi di kota Yogya.
Friday, July 01, 2011
Makaroni Kukus
Menghabiskan sisa makaroni dgn komposisi:
100 gram makaroni
100 gram kornet
50 gram keju cheddar, parut
250 ml susu cair
1 butir telur
Garam, merica, pala secukupnya
Minyak goreng
Cara masak:
Campur semua bahan (kecuali minyak goreng), tuang ke cetakan yg sudah dioles minyak (bisa pinggan kaca, bisa cetakan kue)
Panaskan kukusan.
Setelah mendidih dan berasap-asap, masukkan makaroni ke kukusan.
Kukus selama kurleb 45 menit.
Evaluasi:
Telur sebaiknya pakai 2 supaya makaroni lebih menempel satu sama lain. Kemarin pakai 1 karena kehabisan telur, terus pas nyari di tukang sayur si bapak cuma punya telur bebek 2 butir. Eehh... Setelah dibeli, ada yg memelas pengen makan telur bebek, jadilah dipakai 1 aja telurnya.
Rasanya? yummy... (Memuji hasil karya sendiri). Mungkin karena kejunya agak berlimpah. Oya, kalau ada oregano, bisa juga ditambahkan secukupnya.
Dan maaf gak ada fotonya, karena waktu bikin sudah kelaparan... Hahaha... Begitu matang langsung dihajar.
Kalo bisa minyak gorengnya diganti dengan mentega saja. Aku tak tahu apakah ada pengaruhnya, dulu jaman di Prabumulih aku selalu pakai mentega, setelah matang, makaroninya mudah sekali dilepas dari cetakan/wadahnya. Nah, baru kemarin tuh nyoba pake minyak... Kok ternyata susah ye?
Singkat kata mah: selamat mencoba (dan menikmati)...
100 gram makaroni
100 gram kornet
50 gram keju cheddar, parut
250 ml susu cair
1 butir telur
Garam, merica, pala secukupnya
Minyak goreng
Cara masak:
Campur semua bahan (kecuali minyak goreng), tuang ke cetakan yg sudah dioles minyak (bisa pinggan kaca, bisa cetakan kue)
Panaskan kukusan.
Setelah mendidih dan berasap-asap, masukkan makaroni ke kukusan.
Kukus selama kurleb 45 menit.
Evaluasi:
Telur sebaiknya pakai 2 supaya makaroni lebih menempel satu sama lain. Kemarin pakai 1 karena kehabisan telur, terus pas nyari di tukang sayur si bapak cuma punya telur bebek 2 butir. Eehh... Setelah dibeli, ada yg memelas pengen makan telur bebek, jadilah dipakai 1 aja telurnya.
Rasanya? yummy... (Memuji hasil karya sendiri). Mungkin karena kejunya agak berlimpah. Oya, kalau ada oregano, bisa juga ditambahkan secukupnya.
Dan maaf gak ada fotonya, karena waktu bikin sudah kelaparan... Hahaha... Begitu matang langsung dihajar.
Kalo bisa minyak gorengnya diganti dengan mentega saja. Aku tak tahu apakah ada pengaruhnya, dulu jaman di Prabumulih aku selalu pakai mentega, setelah matang, makaroninya mudah sekali dilepas dari cetakan/wadahnya. Nah, baru kemarin tuh nyoba pake minyak... Kok ternyata susah ye?
Singkat kata mah: selamat mencoba (dan menikmati)...
Test Posting Dari Blogger-droid
Melakukan posting dari perangkat android. Mari kita lihat bagaimana hasilnya..
Published with Blogger-droid v1.7.2
Subscribe to:
Posts (Atom)