Wednesday, July 13, 2011

Banjiiiirrr....

Sorong banjir. Konon kata orang-orang karena air laut lagi pasang, sehingga air buangan dari selokan dan sungai itu nggak bisa mengalir dengan lancar.

Selasa sore, waktu jalan dari kantor Omla menuju ke rumah, hujan rintik-rintik mulai turun. Karena belum terlalu besar, sampai rumah aku masih sempat cuci piring dengan ngambil air dari bak penampungan belakang. Tapi belum selesai membilas, ternyata hujannya membesar dan tak bisa ditanggulangi dengan payung kecil kami. Aku pun minggat.

Hujan makin besar. Kami pun nonton TV saja sambil browsing-browsing. Ketika kilat menyambar-nyambar, sempat mati lampu sebentar. Kemudian nyala lagi. Setelah itu kilat lagi, kali ini BTS-nya Telkomsel yang sepertinya error, karena sinyal GPRS/3G di BB dan di Tab hilang pada waktu yang bersamaan. Ndak lama muncul lagi.

Niatnya malam itu mau makan sisa krim sup, jangan lombok, dan teri gila saja. Tapi mau bergerak masak nasi saja malas karena hujannya besar. Lama-lama aku pusing. Pindah tiduran di kamar, di luar keliatannya Omla kelaparan dan mulai mengeluarkan makanan-makanan yang mau dipanaskan.

Tiba-tiba Omla masuk sambil heboh-heboh (jarang-jarang heboh gitu). Airnya masuk rumah katanya. Wualaaahh.... pusing langsung ilang. Kami pun sibuk menaik-naikkan barang-barang yang ada di lantai. Terutama alat-alat kelistrikan. Omla mengira airnya mau masuk dari halaman belakang, sudah berusaha menyumbat sana-sini, ternyata airnya malah masuk dari depan. Ealah... cabe deh...

Haha... oke deh, aku kan belum pernah kebanjiran sebelumnya, maka ini akan menjadi pengalaman baru...

Tapi... bentar deh... kayaknya sebenernya udah pernah? Tapi dimana ya? Setelah semua barang-barang aman pada tempatnya, dan setelah mencabuti semua alat listrik, bayangan gedung bengkok dengan segala tetek-bengek yang berserakan di lantai kembali dalam bayanganku. Whoooaaa!!!! Bener banget!! Aku pernah kebanjiran di Sekre PSM-ITB!!!

Semua sudut rumah kami (termasuk kamar tidur kami yang lantainya 1 inch lebih tinggi dibandingkan ruangan lainnya) kemasukan air yang kurang lebih setinggi mata kaki. Barang-barang ringan kami pun mulai kampul-kampul dan berjalan-jalan ke sana kemari. Omla dengan enaknya menggunakan sepatu safety, yeeeaaa.... bagemana dengan aku?! Ga punya safety shoes nih... belum dapet pembagian... Hmm... aku akhirnya menggunakan Crocs, meskipun airnya tetep masuk ke sepatu lewat atas. Tapi setidaknya aku gak takut sepatunya rusak dan kakiku pun gak langsung kena air banjir.

Sambil menunggu air surut, akhirnya kami meneruskan memasak. Beras baru setengah dicuci tadi. Omla mencuci pakai air dari dispenser, berusaha membuangnya di kamar mandi dalam, tapi aku bilang jangan, karena weks... di kamar mandi ada air masuk dari saluran pembuangan, itu air dari comberan tentunya, warnanya hitam. Aku gak pengen membayangkan beras yang aku makan pernah masuk ke ruangan itu. Akhirnya Omla membuang air cucian beras di.... tengah-tengah living room. Hahaha... lebih praktis bukan, toh ruang keluarganya juga sudah penuh air.

Kemudian kami memanaskan teri gila, menggoreng tempe (sudah sempat dibumbui oleh Omla sebelum air masuk), memanaskan sisa jangan lombok, dan memanaskan sisa sup krim ayam. Sambil menunggu nasinya masak, kami pun duduk di sofa ruang tengah, sambil menghabiskan tempe goreng yang baru matang, nonton TV dan ngadem di ruang tengah. Haha... unik juga nih, wong banjir kok masih bisa nyalain AC dan TV. Di luar, keliatannya hujannya sedikit bertambah besar. Hiks... kapan surutnya nih...

Setelah hujan berhenti, tak lama airnya surut. Kami pun bersama-sama menghalau air-air tersebut keluar rumah pakai sikat lantai kamar mandi dan sapu plastik. Ternyata lantai rumah itu tidak rata, lebih rendah di beberapa pojokan, termasuk di kamar belakang, jadi air menggenang di tempat-tempat tersebut. Tapi karena rumah kami gak pakai tanggul sama sekali, kami bisa dengan mudah mendorong air ke halaman.

Yang pertama kubersihkan adalah: kamar mandi. Iiihh... habis gak kebayang deh, kalo kamar mandinya jijay, terus gimana kalo mau ke WC... Ambil seember air bersih dari bak penampungan (yang alhamdulilah gak tercemar air banjir), terus lantai kamar mandi yang sekarang warnanya coklat itu aku semprot-semprot dulu dengan SOS. Baru setelah itu diguyur pakai air bersih itu. Bingo!! Langsung kinclong lagi tuh kamar mandi. Wangi lagi... Tinggal nyikatin bagian yang nyelip-nyelip.

Setelah dirasa lantai rumah kami cukup kering (padahal sebenernya masih basah, tapi yang penting gak terlalu becek aja), kami pun makan malam. Omla makan nasi, pake teri gila, dan jangan lombok (tempe sudah habis), sedangkan aku makan sup krim ayam langsung dari pancinya plus ditutup dengan sisa teri gila. Mungkin ini adalah keajaiban di tengah kesusahan ya, tapi sup krim ayam-nya jadi lebih enak dibandingkan waktu baru matang kemarin.

Sebelum tidur, cuci kaki dan cuci sepatu... hihihi... lucunya... baru kali ini tidur pake daster tapi melangkah sampe ke pinggir tempat tidur pake sepatu kantor. Omla malah pake safety shoes... Pas udah mau tidur hujan membesar lagi, tapi semoga tidak banjir lagi. Dan memang begitu adanya...

....sampe di keesokan harinya, aku berangkat agak telat, karena nungguin si mbak datang. Kasian si mbak, hari ini tugasnya berat: mengepel seluruh rumah, meskipun airnya sudah kami keluarkan semua semalam. Ealah... liat ke meja makan, ternyata Omla meninggalkan roti bakar jatah makan pagi. Akhirnya aku bermobil ke kantor EP dulu, mengantarkan roti. Dalam perjalanan, aku lihat di kantorku orang-orang lagi pada ngepel, di kantor Kodim orang-orang juga lagi bersih-bersih, terus di tengah jalan tiba-tiba ada sepotong sandal bagus. Hihihi... itu pasti sandal yang kampul-kampul kena banjir terus meninggalkan rumah pemiliknya.

Sampai di kantor Omla, ngobrol sebentar dengan teman-teman Omla, kemudian aku lanjut ke kantor. Ruanganku hanya kemasukan air sedikit sekali, barang-barang kami yang tergeletak di lantai selamat semua, tapi ruangan-ruangan di sebelah kiri ruanganku terendam semua ternyata. Setelah membaca koran, ternyata hampir seluruh kota Sorong kebanjiran, kecuali rumah-rumah yang berada di atas bukit.

Semalam pun Omla menawarkan untuk pindah ke rumah dinas kantor Omla yang di atas bukit. Hmm... tapi bagaimana kalau pas Omla dinas ya? Berarti aku sendirian di bukit? Lagipula tetangga di sekitar rumah dinasku ini lumayan guyub. Hmm... mari kita pikir-pikir lagi....

No comments: