Indonesia sudah merdeka berapa tahun ya? 66 tahun kan ya?
Herannya, masih ada aja yang mengkotak-kotakkan sesamanya berdasarkan SARA. Dan itu saya jumpai di sini, kota pendatang yang penduduknya cukup plural, yang seharusnya sudah lama meninggalkan hal-hal seperti itu. Dan sikap itu ditunjukkan oleh beberapa orang pendatang, yang menurut saya aneh. Lhaaa... begimane loe bisa jadi pendatang kalo loe gak bisa menerima perbedaan? Datang ke tempat baru itu kan sudah pasti dimana-mana ada perbedaan...
Tempat saya membutuhkan tenaga kerja baru, untuk menggantikan tenaga kerja lama yang mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Dan ketika saya menerima masukan dari kanan-kiri, banyak (gak cuma satu loh) yang menambahkan: "Jangan bu, soalnya dia agamanya N...". Saya kaget...
Saya pernah mendengar ada beberapa orang di perusahaan ini yang masih sangat membedakan orang berdasarkan SARA, tapi terus terang saja saya belum pernah menjumpai langsung. Kebetulan tempat-tempat saya yang lama suasana-nya cukup rukun antar suku, antar agama, antar ras, dan juga antar berat badan... Jadi saya pikir, ah mungkin yang saya dengar itu hanya gosip gak jelas aja...
Kali ini, untuk urusan pencarian tenaga kerja ini, saya sudah menjumpai beberapa kali. Dan parahnya, salah satu orang yang memberikan masukan seperti itu, usianya jauh lebih muda daripada saya. Generasi yang baru lulus kuliah. Udah gitu dulu kuliahnya di sebuah kota yang terkenal dengan kota pelajar, sehingga setahu saya di kota Y itu mahasiswanya beragam dari Sabang sampe Merauke. Main sama siapa aja dia selama kuliah?! Kemana kah menguapnya pelajaran tentang Bhineka Tunggal Ika yang diberikan sejak SD itu??
Saya cukup beruntung, waktu kuliah saya bergaul di PSM-ITB. Syarat mutlak di PSM adalah: kami gak boleh membedakan teman berdasarkan suku, ras, agama, dan berat badan... kalo SARA masih jadi isu di PSM, ya begimane bisa nyanyi bareng?? Tentunya kami (kalo lagi nyanyi) membedakan orang berdasarkan golongan suaranya: Sopran, Alto, Tenor, Bass. Kalo loe orang golongan suaranya Sopran, awas jangan deket-deket sama saya kalo lagi nyanyi... pergi sana ke barisan Sopran. Eh, bukan berarti di jurusan saya pergaulannya gak campur lho ya, tapi kebetulan saya emang lebih banyak nongkrong di PSM, jadi contoh yang bisa saya kasih juga lebih banyak dari sana.
Sepertinya perjalanan masih panjang... Indonesia bakalan gampang dipecah belah kalo orang-orangnya masih mengkotak-kotakkan berdasarkan SARA. Kayaknya orang-orang itu harus dijejelin buku Nasional.Is.Me-nya mas Pandji deh... Di sana dijelaskan bahwa kita harus bersatu. Gak mau kan kalo hidup kita jadi gak aman karena sekeliling kita banyak kerusuhan? Kalau mau hidup tenang, hidup aman, ya mulai dunk belajar untuk menerima keanekaragaman. Jangan sampe kita mengkotak-kotakkan orang berdasarkan SARA, tapi giliran ada kerusuhan antar etnis, antar agama, kita marah-marah sama pemerintah, sama polisi, sama orang yang rusuh, karena orang-orang itu gak bisa menjaga ketentraman...
Jadi... biar kata hari ini seseorang pake gadget yang paling mutakhir, tapi kalo masih belum bisa menerima keanekaragaman... itu tuh ketinggalan jaman banget. Termasuk orang-orang yang kasih masukan aneh ke saya itu. Kasian deh lo!!
No comments:
Post a Comment