Seperti yang pernah aku bilang, mau ngebahas lagu-lagu nih. Tadi aku nemu video clip Valentine-nya Jim Brickman dan Martina McBride di youtube. Video jadul gitu deh (sekitar 10 tahun yang lalu).
Pertama kali aku “ngeh” bahwa lagu ini ada dan dimainkan oleh siapa, adalah di sebuah café remang-remang (tapi gak cabul), dimainkan secara live, instrumental, dan akustik oleh sekelompok pemusik yang terdiri dari piano, cello, dan violin. Kalo gak salah sih waktu itu adalah Hari Valentine.
Setelah itu lagu ini seperti muncul kemana aku pergi. Hmm… gak se-ekstrim itu sih… tapi beberapa kali kudengarkan secara live waktu pergi ke café atau mall, dalam berbagai versi. Termasuk… akhirnya… versiku sendiri yang ancur-tapi-yang-penting-senang…
Sampe tadi pagi (sebelum menemukan clipnya), aku berasumsi bahwa lagu itu adalah lagu romantis yang berkisah tentang cinta sejati seseorang kepada orang lain. Titik. Gak ada keterangan lain lagi. Ternyata… aku salah... lagu ini gak cuma segitu.
Menurut comment yang ada di youtube, si JB (Jim Brickman) bilang bahwa lagu ini bisa aja untuk mewakili cinta secara umum (seperti yang kukira), tapi dia sendiri membuat lagu ini untuk berkisah tentang cinta sejati yang karena suatu sebab tertentu tidak dapat bersatu. Huhuhu… ternyata sedih…
Video klipnya juga menggambarkan hal itu loh… sepanjang video klip itu, sembari merhatiin tampang imyutnya si JB plus berusaha ngintip merk pianonya, aku melihat ternyata si Martina dan si JB gak pernah ada dalam 1 scene yang sama. Ekstrimnya, bahkan waktu si Martina muncul di sebelah grand piano, tiba-tiba si JB menghilang. Maksudnya scene itu adalah mereka… memang tidak dapat bersatu. Terus terakhirnya itu loh… di tengah gerimis salju, si cewek meletakkan bunga di atas makam kekasihnya yang meninggal pada tanggal 14 Februari. => sesuai judul lagunya sih… tapi scene itu jadi mengkonfirmasi bahwa lagu itu memang aslinya sedih…
Oya, trus ada satu frase lirik di lagu ini yang mengingatkan aku sama salah satu episode (lagi-lagi) Star Trek: The Next Generation… hehehehehe (nyengir kuda…) tapi beneran loh ini mengharukan, episode-nya bukan yang tipe jeder-jeder-boing-boing (penuh tembak2an) atau penuh technobabble, tapi tentang parenting, judulnya The Offspring.
Di episode itu si Data membuat “anak” yaitu seorang android yang memilih jenis kelamin perempuan, namanya Lal. Seperti kita tahu, Data itu kan emotionless, sedangkan si Lal ini bisa mengembangkan kemampuan emosi. Tapi karena dia tidak dirancang untuk memproses emosi, akhirnya dia mengalami cascade failure, singkat kata… dia error dan unrecoverable gitu deh…
Pas udah mau shut down, Lal bilang: “I Love You Father…”, tentunya Data yang emotionless gak bisa bilang hal yang sama, dia kan gak bisa merasakan yang namanya cinta. Terus si Lal nambahin: “I will feel it for both of us.” Hhhhuuuhuhuhuhuhu… Indah ya?
If there were no tears, no way to feel inside.
I’d still feel for you…
Akhirnya… buat JB mungkin ini lagu sedih, tapi kalo buat aku sih enggak, setelah me-review lagu ini, kesimpulannya… lagu ini berkisah tentang cinta yang tanpa pamrih: mencintai hanya untuk mencintai, bukan berharap untuk dicintai kembali…
You’ve opened my eyes and shown me how to love unselfishly…
Ternyata… lagu ini lebih bermakna dari yang kukira sebelumnya…
No comments:
Post a Comment