Waktu aku masih kecil dan ABG, aku selalu terkagum-kagum dengan karakter cerita di TV yang berupa robot, manusia mekanik, android, yang sejenis gitu deh. Di film seri Buck Rogers (kalo gak salah) ada tokoh Twiki (gak tauk gimana spelling-nya), I loved that little guy. Terus pernah lagi ngeliat film lepas, drama, lupa apa judulnya, tokohnya adalah android yang berbentuk manusia. Aku juga menontonnya dengan senang hati. Dan akhirnya aku mengenal the lovable Mr.Data yang sedikit banyak meng-inspirasi aku untuk masuk IF ITB.
Seringkali aku bertanya-tanya: gimana rasanya ya jadi android? Dulu sih, aku hanya melihat dari satu sisi: mereka lebih kuat, durable, bisa dibilang immortal, multitasking, bisa lebih cepat (dalam berpikir, maupun dalam bergerak), and handsome... (huahahaha...yang satu ini gak ketinggalan).
Seiring dengan berjalannya waktu (I love this phrase..), setelah belajar di IF, lama-lama sadar juga bahwa robot-robot itu hanya melakukan what they are programmed to do. Mereka gak bisa memilih dengan kemauan mereka sendiri. Hmm, not all of them sih... silakan nonton episode Measure of a Man-nya Star Trek: The Next Generation. Tapi intinya sih... apa yang BISA mereka lakukan, tergantung pada seberapa sophisticated program mereka.
Oya... robot kan gak punya emosi ya? Jadi robot itu seharusnya memang GAK PUNYA keinginan, makanya mereka gak pernah mengeluh ketika mereka hanya mengerjakan apa yang diprogramkan.
Nah... kalo dipikir-pikir, kehidupan sehari-hari kita itu mirip robot saja loh. Dalam suatu ordinary day, kita gak memikirkan lagi apa yang INGIN dikerjakan, kita hanya mengerjakan apa yang HARUS dikerjakan. Apa yang HARUS dikerjakan itu sebenernya gak jauh beda dengan kode-kode programming dari seorang robot kan?
Aktivitasku akhir-akhir ini ya seperti robot itu: Bangun pagi, berangkat ke kantor, pulang kantor, tau-tau sudah menghabiskan waktu 1-2 jam di perjalanan pulang, sampe rumah sudah 5 watt, palingan hanya sempat nulis blog, main-main musik dikit, atau ngerjain PR Kuliah. Terus... setiap kali memasukkan jadwal rapat atau jadwal lainnya ke agenda, atau ketika menerima jadwal kuliah, jadi berasa kayak mengentri beberapa line kode program untuk di-execute ketika waktunya tiba. Atau.. seperti meng-entri task ke fungsi Scheduled Task di OS Windows. Hmm, sampe lupa untuk memikirkan apa yang sebenernya ku-INGIN-kan.
Cerita dikit nih... sebenernya aku menginginkan beberapa hal. Misalnya... aku sebenernya PENGEN (dan sepertinya juga BUTUH) menambahkan olahraga di jadwal sehari-hariku. Sebenernya berenang sudah sempet masuk agenda, tapi waktunya mepet, sampe daerah buncit kadang sudah gelap. Sekarang lagi pengen jazz balet lagi, aerobik, atau kursus dansa, supaya bisa olahraga sambil having fun. Tapi jadwalnya bisa masuk gak ya?
Jadi, kembali ke pertanyaan masa kecilku tentang robot, kesimpulannya ternyata lebih menyenangkan jadi manusia yang bisa memilih apa yang INGIN kita lakukan. Sebagai manusia, sekali-sekali kita harus mengeksplore apa yang kita INGIN-kan, dan juga kita perlu mengerti apa yang orang lain INGIN-kan. Jangan hanya mengerjakan apa yang HARUS dikerjakan, meskipun yang satu ini penting.
Dan sekali lagi... berbahagialah bahwa kita lebih mirip Captain Picard ketimbang Mr.Data...
No comments:
Post a Comment