Beberapa hari lalu, sempet sedikit sebel dan kecewa sama sesuatu. Penyebabnya… udah gak penting lagi sih. Hmm…Ini hanya ngikutin sarannya Ndulo, katanya kalo lagi bermasalah… tulis aja di blog, kali aja yang lagi kita masalahin jadi “ngerasa”.
Alamaaakk… tapi aku gak pengen orangnya “ngerasa” tuh… biarkan aku saja yang tauk… (plus si ini, si itu, dan si anu… loh kok jadi banyak? Heheheh… gak sebanyak itu deh…). Eniwei… aku tetep nulis di blog, tapi bukan tentang penyebabnya, tapi justru apa yang berperan dalam menghapus sebel-sebel tadi. Belum tentu mempan untuk orang lain, tapi boleh-boleh aja kan kalo aku pengen bagi-bagi tips.
Yaa… ketika lagi ada pikiran yang mengganggu tadi, tentunya tidur juga jadi gak nyaman, malah bisa juga jadi susah tidur, padahal tidur itu katanya (dan emang terbukti) bermanfaat untuk me-reset pikiran kita supaya jadi lebih tenang, lebih lurus, lebih rasional, lebih apa lagi ya? Pokoknya gitu deh yaa…
Malam itu… setelah mengucapkan terima kasih pada bapak-bapak dan ibu-ibu pendengar setia (siaran radio kali…), aku ambil MP3 playerku, masuk selimut, dan mulai milih-milih lagu.
Hmm… koleksi laguku yang hanya terdiri dari 256MB itu bisa dibilang terbatas, paling hanya terdiri dari (in alphabetical order) DK, GF, IL, JB, JJ, KG, NJ, PJ, dan ST => kalo diterjemahkan jadi Dave Koz, Glenn Fredly, Indra Lesmana, Jim Brickman, JakJazz All Stars, Kenny G, Nial Djuliarso, Piano Jazz Lounge, dan soundtrack Star Trek. Aku menyelipkan initial-initial tadi di nama setiap file untuk ngurutin lagu-lagu itu di MP3 playerku.
Lagu pertama yang kupilih adalah DK, dari At The Movies tentunya, tapi rupanya lagu DK pun masih terlalu “berisik” malam itu, makin membuat kemrungsung kalo kata orang Jawa. Mungkin karena At The Movies diiringi oleh full orchestra. Kalo DK aja masih terlalu berisik, berarti GF lebih berisik lagi, apalagi IL dengan lagu-lagu swingnya.
Nah… Sesuai abjad, setelah DK, GF, dan IL, pilihan berikutnya adalah JB. JB lagunya ada juga kan yang pake lirik, macamnya Valentine, Destiny, dst. Itu juga masih terlalu berisik. Akhirnya aku berhenti di lagu JB yang berasal dari album Love Songs and Lullabies. Lagu-lagu itu sudah setahun lamanya tersimpan di laptopku, tapi aku gak pernah mendengarkannya dengan serius. Sesuai temanya, lullabies, tentunya lagu-lagu itu gak cocok dijadiin theme song kalo lagi bekerja atau ngerjain tugas kuliah, makanya gak pernah didengarkan. Tapi malam itu… lagu-lagu itu lah yang kuperlukan untuk menghilangkan sebel-sebel...
Lullabies-nya JB ini, yang paling aku inget adalah I See The Moon dan Night Prayer. Sangat sederhana… dimainkan Jim Brickman dengan pianonya (tentu saja dengan Brickman-style-nya). Kalopun ada alat musik lain, sangat minimal. Sungguh sangat menenangkan… Ketika mendengarkan lagu-lagu itu, semua jadi begitu indah, begitu polos, seolah-olah seisi dunia ini sepolos anak-anak yang pantas untuk mendapatkan lagu-lagu nina bobok tersebut.
Tapi JB tidak mempersembahkan nina-boboknya khusus untuk anak-anak, karena ternyata orang dewasa juga membutuhkan nina bobok. Kadang kala, kita merasa diperlakukan tidak adil, merasa kecewa terhadap suatu hal, terlalu banyak pikiran, atau simply mengalami bad day… Pada saat itulah kita perlu “kembali” ke masa kanak-kanak, ketika kita masih polos, gak punya pikiran aneh-aneh. Nina bobok yang sederhana bisa membantu kita menghilangkan pikiran yang aneh-aneh tadi… sehingga kita lebih terfokus pada basic need kita: tidur. Waktu kecil rasanya sih begitu ya, kalo ngantuk ya artinya harus tidur dan trus langsung tidur aja, gak pake mikirin: duh besok kerjaan yang anu gimana ya, terus kartu kredit besok harus bayar nih.... dst
Jadi gitu deh, untuk menghilangkan sebel-sebel, cobalah “kembali” menikmati polosnya masa kanak-kanak, hilangkan segala pikiran yang aneh-aneh, terutama pikiran yang bikin sebel tadi. Mendengarkan atau menyanyikan sesuatu yang very simple bisa membantu ke arah sana… nina bobok contohnya.
Proyek jangka panjang nih, aku jadi pengen nyoba mem-Brickmanize lagu nina bobok favoritku. Pastinya gak bakalan di-Brickmanize oleh si JB, karena lagu ini aku juga gak tauk darimana asalnya, liriknya pun sudah lupa: mari tidur anakku, hari kan sudah larut malam…, abis itu lupa liriknya… hanya ingat melodinya saja… hehehe…
Have a nice dream…
Bonus Feature (DVD kali…):
Dari peristiwa ini… pelajaran yang dapat kuambil… selain soal pentingnya nina bobok… adalah… eng-ing-eeennnggg… bahwa kebahagiaan itu justru ketika kita bisa memberi pada orang lain secara tulus => memberi apa aja, yang pasti hal-hal yang baik: perhatian, cinta, petunjuk (kalo ada orang kesasar… terus ternyata jadi gak nyasar lagi karena kita bantuin, ikut seneng kan?), bantuan, atau bahkan barang sekalipun. Ketika kita bisa membahagiakan orang lain, kita ikutan bahagia juga kan?
Aku gak bisa cerita detailnya gimana pelajaran kedua ttg memberi tadi bisa kusimpulkan… karena seperti aku bilang penyebab kesebelan udah gak penting lagi.
Trus weits… ketinggalan nih, terima kasih sekali lagi… buat para pendengar setia yang tauk udang di balik katsu-nya… baik pendengar yang telah memberikan feedback, dan mengingatkanku pada sesuatu yang kutulis sendiri (tentang the unselfish thing) maupun yang setia mendengarkan sambil tidur (untung kali ini gak pake suara-suara atau bau-bauan ajaib hehe… atau lebih cocok disebut penguping setia? hahaha… boing-boing-boing…) .
1 comment:
Setuju ama pelajaran soal "memberi". Yang penting kan kita menepati janji, walaupun orang yang ditunggu "ga pernah jadi". Lah....kok ga berhubungan yak? ha....ha
Kayaknya ada yang merasa cersyinjir nyih.....mbak kujung.....
Post a Comment