Anak kecil itu duduk sendirian saja tak jauh dariku. Kami sama-sama mengantri. Aku mengantri untuk bersenang-senang, sedangkan dia... aku gak tauk, semoga dia juga bersenang-senang di dalam sana nanti. Sepertinya dia gak sadar kalau sedang diperhatikan...
Dari ukurannya, sepertinya dia di awal-awal usia SD. Ketika dia duduk, kakinya masih menggantung, belum bisa menjejak ke lantai. Beberapa kali dia mengintip ke dalam ruangan yang diantrikannya. Whoopss... ternyata dia masih harus berjinjit untuk melihat melalui jendela kecil yang ada di pintu ruangan itu. Apakah dulu aku sekecil itu ketika menjalani hal yang sama dengannya? Aku gak ingat... yang kuingat hanya waktu itu kakiku juga masih belum bisa menjejak lantai, sehingga harus diganjal dingklik.
Yaa... Kami memang sama-sama mengantri... untuk masuk ke kelas les piano, bedanya aku les piano pop, yang kuprakarsai sendiri, dan aku menikmatinya. Sedangkan anak kecil itu... dia les piano klasik, dan aku gak tauk... apakah dia yang minta untuk ikut les ataukah orang tuanya yang menyuruhnya les piano, aku juga gak tauk... apakah dia menikmati les tersebut ataukah merasa terpaksa.
Sambil terus mengamatinya, aku berpikir... seperti apa jadinya nanti? Akankah hanya bertahan sebentar dan kemudian dia melupakan pelajaran pianonya ini? Ataukah dia akan menjadi the next Ananda Sukarlan atau Nial Djuliarso? Ataukah dia jadi pemain piano yang bermain untuk dirinya sendiri saja? Ataukah dia jadi pemain piano yang mengiringi koor kampusnya, bercita-cita untuk mengiringi konser, tapi giliran kesempatannya datang malah berkelit karena ada hal lain yang lebih menarik?
Siapa yang tahu...??
Waktu akhirnya pintu ruangan les terbuka, aku hanya memberikan senyum pada anak kecil itu, yang memandangku dengan pandangan polos. Have fun ya dik...
No comments:
Post a Comment