Kenapa ya? Sudah 2-3 tahun yang namanya UAN selalu jadi hal menyeramkan? Tahun lalu banyak yang gak lulus, bahkan ada satu sekolahan yang peserta UAN-nya gak lulus semua. Tahun ini sampe terjadi kebocoran soal. Denger-denger kunci jawabannya dijual dengan harga jutaan rupiah. Apakah segitu sulitnya ya? Ataukah emang standarnya ketinggian, seharusnya anak SMA gak diuji dengan soal sesulit itu? Atau standarnya baik-baik saja, tapi para pendidik gak mampu untuk membuat para siswa untuk memenuhi standar tersebut?
Aku sih gak berkompetensi untuk menjawab semua pertanyaan itu. Yang pasti kasian aja ngeliatnya, usaha selama 3 tahun hanya dihargai selama beberapa hari ujian itu, dah gitu entah apa yang salah, ternyata banyak yang gak lulus, terus dicap sebagai anak yang (maap) bodoh sama seorang pejabat. Jadi mohon dimengerti motivasi dari anak-anak yang rela ngeluarin uang untuk beli kunci jawaban. Siapa sih yang pengen dibilang (maap lagi) bodoh? Pak pejabat yang bilang "bodoh", "malas", "gak usaha" tadi pasti marah kan kalo dibilang bodoh? (sebenernya aku gak ingat pastinya yang mana yang dia bilang, tapi intinya sih gitu deh...)
Gara-gara UAN heboh ini, aku jadi teringat jaman SMU dulu. Mau berbagi cerita dan tips nih...
Jaman aku SMU dulu, EBTANAS (yang sekarang bermetamorfosis jadi UAN) bukan sesuatu yang menakutkan. UMPTN lebih menakutkan kok... Apalagi untuk seseorang yang pengen banget dapet sekolahan yang enak-biaya-hemat-dekat-rumah-berhawa-dingin-dan-di-sekre-psm-nya-ada-piano-nganggur.
Bukan berarti kita merendahkan EBTANAS loh, klo gak lulus EBTANAS gak bisa ikut UMPTN juga kan... Mayoritas dari kita gak mempersiapkan diri KHUSUS untuk EBTANAS saja, karena persiapan EBTANAS sejalan dengan persiapan UMPTN. Sebenernya intinya kan ya belajar-belajar juga... sekalian gitu loh...
Ada juga temen-temen yang gak begitu pede bahwa mereka bisa mengerjakan sendiri soal-soal EBTANAS, tapi mereka gak sampe desperately gak pede sehingga nekat membeli kunci jawaban. Aku yakin, mereka bisa ngerjain sendiri tanpa ada bantuan dari yang lain, tapi namanya orang gak pede, ya sudah ngerasa kalah dulu sebelum perang, apalagi teman-teman yang mau membantu tersedia di depan mata. Untuk adik-adik SMU: Kalaupun harus kepepet terjadi kerja sama antar individu... yang paling penting harus ADIL, KOMPAK, dan HATI-HATI.
Maksudnya adil adalah semua orang harus kebagian. Ini untuk mencegah adanya pengkhianat di antara teman-teman yang tiba-tiba ngadu ke pengawas.
Maksudnya kompak adalah semua orang harus mau terlibat dalam penyebaran jawaban. Dulu kelasku sudah punya sistem, yang sudah berlatih selama hampir satu tahun. Untuk bapak-ibu guru: Itu dia kelemahannya pengaturan tempat duduk berdasarkan urutan abjad. Dari awal catur wulan 1 sampe EBTANAS, urutan duduk gak pernah berubah, jadi hirarki penyebaran contekan juga tetap.
Tapi... meskipun sudah terlatih dari ulangan ke ulangan dengan sistem penyebaran contekan tertentu, menyebarkan contekan di EBTANAS jauh lebih berisiko daripada di ulangan biasa atau ulangan umum. Kalo di ulangan biasa, pengawasnya adalah guru kita sendiri, yang pastinya mereka pengen kita semua lulus kan? Kalo sampe kertas contekan itu ketahuan, kita bisa hanya memberikan our angelic smiles dan masalah pun selesai. Tapi kalo EBTANAS, wah pengawasnya kan guru dari sekolah lain, bisa jadi gak kenal ampun... Jadi kita harus ekstra HATI-HATI. Jangan kebanyakan main mata atau isyarat-isyarat lainnya dengan teman, ntar bisa ketahuan. Karena sistem sudah terbentuk sejak awal, by the time of EBTANAS kita sudah saling mengerti tanpa harus isyarat-isyaratan. Dah gitu, bukti-bukti pun harus segera disingkirkan begitu ujian selesai. Kertas contekan harus dirobek-robek terus langsung dibuang.
Soal gimana caranya mengirim ke teman, harusnya adik-adik SMU jaman sekarang lebih inovatif, jadi gak perlu diceritain lagi deh. Kalo dulu sih... kadang-kadang iseng juga, pengen ngerjain temen... tisu yang seolah-olah ada ingusnya pun dipake buat bungkus kertas contekan. Huahahaha...
Nyontek adalah salah. Aku tidak pernah terlibat lagi setelah lulus SMU (kecuali waktu BPS kali ya?). "Sistem komunikasi" di kelasku itu terakhir digunakan ketika EBTANAS. Hal tersebut adalah salah satu yang menambah indah masa SMU. Itu adalah bentuk kenakalan yang kuturut terlibat di dalamnya semasa SMU. Kadang-kadang, ketika bertemu dengan teman sekelas di SMU, kami masih mentertawakan kenekatan kami dalam melakukan manuver-manuver tersebut di EBTANAS.
Tanpa manuver-manuver itu, bukan berarti si gak pede gak bisa ngerjain ujiannya, yang aku tahu sih teman-teman yang gak pede itu sudah ngerjain sendiri, dan ketika menerima kertas contekan, mereka menggunakannya untuk mencocokkan jawaban. Mereka juga selalu sadar bahwa si pemberi contekan juga manusia yang dapat berbuat salah, sehingga jawaban yang disebarkan belum tentu benar. Si pemberi contekan juga harus selektif dalam memberikan contekan, sebaiknya hanya di pelajaran-pelajaran yang memang "impossible" saja.
Satu hal positif yang dapat diambil dari kenakalan ini adalah teamwork-nya, dimana setiap individu memegang peranan penting dalam menjamin sampainya kertas contekan ke semua tangan yang memang harus menerimanya.
Buat adik-adik calon peserta UAN yang tergolong sebagai "si gak pede": teamwork itu penting, teman-teman kalian adalah aset kalian. Mungkin bukan sebagai sumber contekan atau sejenisnya, tapi mereka bisa juga digunakan untuk mengajari kalian supaya menjadi lebih mengerti dengan menggunakan bahasa yang berbeda dengan bapak-ibu guru.
Buat adik-adik yang tergolong "si pemberi contekan": bagi-bagi dunk... Gak harus berbagi contekan, buat yang gak pengen nakal. Tapi jangan pelit-pelit kalo ada temen yang nanya pelajaran, ilmu yang dibagi itu gak akan berkurang. Malahan ketika kita membagi ilmu, kita bisa mendapatkan feedback.
Buat pemerintah: plis dunk... dunia pendidikan lebih diperhatikan lagi, jangan hanya menyalahkan sekolah, menyalahkan siswa, dst-nya saja... siapa tauk memang soalnya yang gak bermutu... atau malah kurikulumnya memang aneh...
Semoga UAN tahun ini hasilnya baek, meskipun ada bocor soal segala. Amiiinnn...
No comments:
Post a Comment