Sunday, August 31, 2008

Nonton Final LRI - FPS ITB 2008

Aula Barat
Ada pepatah yang bilang "Home is where the heart is...", dan ternyata masuk ke Aula Barat masih berasa seperti pulang ke rumah yang udah lama gak aku "pulangi". Secara emang Aula Barat pernah jadi rumah (entah yang keberapa sih), mengingat dalam setahun pasti ada 1-2 malam bahkan lebih yang dihabiskan dengan tidur di sana. Aku sampai bertanya-tanya sendiri: "Gimana ya kok waktu itu aku akhirnya bisa meninggalkan semua ini?". Kembali ke pepatah tadi... berarti mungkin secara tak sadar aku masih meninggalkan sedikit bagian dari diriku di sana...

Penyelenggaraan FPS-nya
Terus terang aja aku sedikit iri sama adik-adik panitia FPS ITB. Penyelenggaraan FPS sekarang ini udah jauh lebih terarah dibandingkan jaman kami-kami dulu yang isinya mostly panitia-panitia sok teu... karena sekarang kan ada tim artistik yang emang secara resmi bertanggung jawab untuk memberikan arahan di bidang materi dan lomba.

Aku sendiri gak terlalu banyak melihat gimana cara mereka kerja, tapi dari yang sedikit terlihat olehku, rasanya sih mereka kerja dengan bagus, sebagaimana seharusnya. Kalo ada kesalahan kecil di sana-sini, sebagai seorang mantan panitia aku cuman bisa bilang: we made our own mistakes juga kan waktu jadi panitia? Asalkan bisa belajar aja dari kesalahan tersebut.

Peserta FPS-nya
Hmm... aku gak mau memberikan komentar secara teknis sih, kalo soal hasil bisa dilihat di websitenya www.fpsitb.net. Yang pasti aku senang bisa nonton LRI ini, sebagai penonton saja... gak ada beban gitu loh... Kalo pesertanya bagus kita bisa muji-muji dan memberikan applause dengan ikhlas, kalo jelek atau aneh... hahahahaha.... bisa nyela-nyela sampe puaaaasssss....!!!!

Sekarang serious mode on. Tapi di balik celaan-celaan puas tadi, sedih rasanya liat peserta yang kostumnya mewah atau datang dari jauh, namun nyanyinya masih jauh dari yang diharapkan. Sayang kan... udah mengeluarkan dana besar buat datang ke Bandung. Meskipun sebenernya sejelek-jeleknya hasil mereka, kedatangan ke Bandung tentu bisa membuat mereka belajar dari paduan suara lain yang ditemui di FPS sih...

Masih teringat stressnya aku waktu menyadari bahwa uang yang udah kami keluarkan untuk ikut KPS Unpar 2001 itu bisa kebuang for nothing kalo kami gak dapet apa-apa di KPS Unpar (secara waktu itu PSM-ITB udah laaaaammmmmaaaaaa banget gak punya prestasi apa-apa, mungkin yang terakhir adalah Harapan I di LPSAPTI 1997). Untung aja KPS 2001 itu berakhir lumayan bahagia...

Kenangannya
Pastinya banyak kenangan yang terungkap kembali selama datang ke FPS kemaren. Kenangan selama bekerja untuk PSM-ITB dah pasti teringat lagi. Gimana rasanya melakukan hal-hal bodoh, seminggu practically gak pulang ke rumah dan melupakan sejenak unit kegiatan IF-ITB, menghadapi peserta-peserta yang beraneka ragam, menghadapi juri-juri yang jauh lebih tua daripada kita, ketiduran di tempat-tempat yang kadang inappropriate, kesasar dari mulai terminal kampung rambutan sampai ke cimindi, ketawa bareng temen-temen, nangis bareng, bahkan laper bareng sampe mengais-ngais sisa snack kotaknya juri.

Apa yang membuat hal-hal tersebut ngangenin? Mungkin karena waktu itu aku bekerja with passion... Sepertinya itulah yang aku rindukan sekarang ini. Entah kenapa, aku gak bisa mencintai pekerjaanku sekarang ini seperti mencintai "pekerjaan"ku di PSM dulu. Aneh sih... dulu padahal kan gak dibayar ya, bahkan kadang mesti nombok. Yaahh... mudah2an aku bisa menemukan passion tadi di dalam pekerjaanku. Kalo gak sekarang, ya suatu hari nanti...

Trus aku cukup terharu waktu tahu bahwa ternyata juri-juri ada yang masih inget sama aku. Terutama Ocep... hahahaha... inget banget tuh, waktu hari terakhir FPS 2002, aku udah naik ke tempat tidur (akhirnyaaaaa.... setelah 1 minggu gak tidur di atasnya)... udah meniatkan diri bahwa aku mau meninggalkan untuk sementara all things FPS dan mau mengejar TA-ku yang deadline-nya 3 minggu lagi. Baru mau terlelap, HP-KU BUNYI!!! Tak taunya Ocep!!!! Menanyakan hasil FPS terakhir! GUBRAK!!!! Awwww...Aku langsung nyesel gak memindah HP ke silent mode.

Terus ada juga mas Indra, yang surprisingly mengenalkan aku pada seorang anak PSM (aku lupa namanya) sebagai contact personnya mas Indra ketika pertama kali mengenal PSM-ITB. Oya, mas Indra ini akhirnya jadi pelatih PSM-ITB dan ITB Choir dan telah membawa ITB dapet emas di Choir Olympics. Intinya... mas Indra akhirnya jadi keluarga PSM-ITB juga.

Well, aku senang kalo gitu, ternyata hal aneh yang kulakukan di Istana Plaza tahun 2002 itu ternyata secara gak langsung membawa kegemilangan buat PSM-ITB di kemudian hari. Jadi yaa... waktu pertama kali ketemu mas Indra di Istana Plasa, aku dan Setiyo melakukan pengintaian dulu terhadap mas Indra dari dalam Gramedia IP. Setelah mas Imam mengkonfirmasi sepertinya bener bapak2 yang kita intai itu adalah Indra Listiyanto, baru kami bergerak maju. Hihihi... norak banget ya...

Aku puas datang ke FPS kemaren, meskipun cuman sebentar banget. Paling gak sudah mengingatkan aku bahwa hidup ini dinikmati saja. Kerja di FPS itu kan capek banget, tapi anak PSM bisa menikmatinya kan?? Pokoknya bener-bener penyegaran deh...Terima kasih PSM...

No comments: