Pulang kuliah, aku langsung cabut ke JHCC. Sampe di pintu masuk JHCC… aku melihat setumpukan minuman dan snack di lantai. Itu apa ya? Wuah… ternyata ada razia makanan!! Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di tiket, gak boleh bawa makanan ke dalam. Aku ikutan meletakkan botol air mineral-ku yang tinggal setengah penuh.
Sampe di dalam, yang pertama kulihat adalah orang, orang, dan orang melulu... Buanyak banget. Jadi agak-agak panik. How could I find my best friends kalo segitu penuhnya? Hehe… iya lupa, kan ada telepon. Tapi ketika aku nelpon Dedy pun, yang kedengaran justru latar belakang musik. Setelah sedikit berteriak-teriak, akhirnya ketauan juga kalo si Dedy dan Bulo lagi nonton Hiromi. Aku segera nyusul ke sana.
Hiromi
Konsernya Hiromi ada di Tebs Hall (Assembly Hall 3). Bulo keliatannya sangat menikmati, kalo Dedy bilang kadang2 agak mumet dengernya, aku sendiri cuma bisa terbengong-bengong ngeliat si Hiromi melakukan ”akrobat-akrobat jari” di pianonya. Uh oh, keren banget... lagunya memang kadang-kadang terlalu berat, tapi sebenernya harmoninya gak mumet-mumet banget, malah ”berat”-nya itu bisa dibilang dekat dengan ’berat”-nya musik klasik.
Si Hiromi main lagu yang dia persembahkan buat Bruce Lee dan Jackie Chan. Lucu banget. Dedy dan Bulo membayangkan lagu itu sebagai theme song-nya sebuah game, sedangkan aku membayangkan si Jackie Chan lagi mempraktekkan koreografi perkelahiannya yang selalu bikin aku pengen ketawa.
Michael Lington & Andi Rianto orch. feat. Shakila, Harvey Malaiholo, and Eric Bennet

Antrean semakin panjang, kita malah foto-foto di tengah antrean. Cheeezzz... Ketika pintu Plennary Hall dibuka, kita pun gruduk-gruduk masuk, dan segera berlari untuk mendapatkan tempat yang uwenak.



Setelah itu mereka juga menampilkan Eric Bennet dengan baju merah ngejrengnya.
Konser ditutup dengan Sorry Seems To Be The Hardest Word. Keluar dari Plennary Hall, aku ketemu Rino dan Melly (dua-duanya PSM).
Tompi
Dari Michael Lington, kita segera pindah ke Tompi di Telkomsel Hall. Akhirnya kesampean juga nonton Tompi secara live. Dia tuh ternyata live-nya lebih bagus dari di kaset. Bravo Tompi!! Yang unik, dia memperkenalkan anggota band-nya dengan cara menyanyi. Kalo kata Bulo: kayak Pantun Aceh aja... hihi... ya wajar dunk, si Tompi kan orang Aceh. Lagu terakhir-nya si Tompi adalah Selalu Denganmu, yang juga dibawakan lebih baik dari di CD.
Wafer Tango Kurma Madu

Si Erik memang sudah wanti-wanti, kalo bisa bawa makanan kecil yang bisa diselundupkan. Lumayan buat ganjel, karena kalo mau makan malam di jam normal, pasti ngantre. Jadi harus makan di jam yang abnormal, kalo gak malam banget, ya agak sorean. Erik sendiri katanya mau bawa sejenis energy bar gitu, cereal yang dimampatkan. Thanks ya E’i’, untuk sarannya...
Pameran Alat Musik
Karena Maliq gak mulai-mulai, jalan2 dulu ke Exhibition Hall B. Liat pameran alat musik. Segala macem alat musik ada di situ... yang elektronik, yang akustik, yang klasik, yang modern, yang mahal, yang murah. Tapi bisa dibilang kosong hall itu. Yang aneh... kok aku gak liat Yamaha ya? Hmm...
Maliq D’Essentials
Setelah melakukan transaksi di pameran alat musik, kita kembali ke Exhibition Hall A (Hall BNI), di situ Maliq sudah mulai. Hmm... tapi aku memang gak begitu bisa menikmati Maliq (atau karena lagi lapar berat ya?). Jadi gak usah comment ya.
Makan Malam

Menu makanan kita malam itu adalah Spaghetti! Kita memilih duduk di kursi-kursi rotan di lantai 2. Serasa di rumah deh... Kalo spaghetti-nya, rasanya biasa aja. Tapi karena sudah laper... ya sikat aja...

Habis itu... kita pulang. Jam ½ 12 aku sampai di Utan Kayu.
No comments:
Post a Comment