Thursday, January 05, 2006

Bandung (21-25 Desember 2005)

Setelah berminggu-minggu berlangsung di Bogor, akhirnya pembenahan data SAP dipindah ke... BANDUNG!! Wuah... senangnya...

Kisah si Dell-Takodel-Kodel

Aku heran sama laptop Dell milik kantor yang aku bawa ke Bandung... Kenapa dia besar dan berat banget ya? Sebenarnya kan banyak laptop yang sama powerful-nya, tapi ukurannya nggak sebesar itu, dan harga sewanya juga nggak beda jauh.


Yang namanya laptop itu harusnya portabel, dari namanya aja LAP-TOP, harusnya bisa diletakkan di atas pangkuan ketika bekerja di mobil, di mall, di taman, atau di mana saja yang gak tersedia meja. Nah... pada suatu kemacetan di Jl.Kuningan, aku pernah mencoba untuk meletakkannya di pangkuan, ternyata dia tidak stabil karena bodinya lebar banget.

Belum lagi beratnya. Waktu di Bogor, aku gak terlalu merasakan beratnya... padahal sempat aku bawa naik becak, bahkan jalan kaki dari hotel Salak pulang ke hotel Efita. Di Bandung kemaren, aku sempat merasa terzholimi oleh laptop itu. 2 malam pertama aku dapat excuse untuk meninggalkannya di Horison, karena laptop itu dipinjam pak Junaidi. Win-win solution kan? Pak Junaidi bisa kerja sampai malam, aku bisa pulang tanpa memanggul laptop.


Malam ke-3... aku lagi panik sama kekacauan data Vendor dan bertekad untuk bekerja di rumah, dan lagi tidak ada yang meminjam laptop hari itu, jadinya aku hanya menitipkan adaptor-nya ke Dudut, laptopnya aku bawa pulang. Dengan membawa laptop itu dalam keadaan gerimis, aku sempat mampir Donatello dan Episode (duh, kapan lagi kalo enggak... mumpung sempet!). Alhasil... sampai di rumah boro-boro kepikir untuk kerja... dah capek banget...

Hari terakhir... acara berakhir sebelum makan siang, mau gak mau mesti bawa laptop lah ya... Aku janji untuk nraktir si Badagok hari ini, karena dia sudah membawakan kado pernikahannya Adek yang segede-gede gaban ke Rantau (bed cover sih...). Jadi, laptop itu gak pernah lepas dari aku semenjak aku meninggalkan ruang rapat Tangkuban Perahu, kemudian nungguin Badagok dan Febri di lobinya Horison, kemudian jalan ke pertigaan Martanegara, naik angkot ke BSM, jalan di BSM, bahkan ngantre di Es Teler 77.
Hasilnya... setelah makan, pas diajak muter-muter nyari tas laptopnya Febri, aku jadi teler banget... maunya ninggalin laptop itu aja. Untung akhirnya mereka mengambil alih laptop itu. Bahkan waktu pamitan di depan BSM (mereka balik ke Horison, aku sih pulang ke rumah), mereka sempat komentar: ”Ternyata... laptopmu emang berat banget Git.”

Hmmm... ternyata bukan hanya aku kan yang beranggapan bahwa laptop itu emang BERAT BANGET. Dia gak se-portable laptop lainnya yang pernah aku jumpai. Toshiba Satellite-nya Bapak yang dulu aku anggap gede banget, ternyata masih lebih ringan dibandingkan si Dell-Takodel-Kodel ini. Mungkin kalo soal berat, agak-agak bersaing sama Compaq-nya DOH JBB yang dibawa Dudut.


Sehabis dari BSM, aku langsung pulang, padahal tadinya mau ke salon untuk creambath, males mesti ngurusin laptop itu pas d
i salon. Terus waktu di jalan sempet ditelpon dan diajak ke Superindo, tapi malas juga dan milih pulang aja, karena pasti waktu nunggu di Superindo, aku masih harus membawa-bawa laptop berat itu. Sampai tulisan ini dibuat, pundakku masih pegel-pegel bekas bawa laptop itu. Dasar Dell-Takodel-Kodel...

Potato Skin

Ketika seorang teman mempromosikan Potato Skin, yang kebayang makanannya pasti unik. Kulit kentang kan bagian yang selalu disia-siakan dan dibuang, sekarang justru jadi tema utamanya...


Karena keburu penasaran, sebelum balik ke Jakarta, aku pergi ke Medso Resto & Terrace, tempat yang jualan menu Potato Sakin. Minggu siang, akhirnya aku sampai juga di sana. Hmm... ternyata restonya sama dengan yang menarik perhatianku pas Lebaran. Dulu aku tertarik gara-gara di sana sering ada live music dari Elfa’s Jazz House. Pasti asik...


Waktu aku sampai, restonya baru buka... aku pengunjung pertama. Di bagian tengah cafe ada seperangkat alat musik akustik, duile... bikin ngiler aja... coba kalo ke situnya malam-malam, pasti yang ada gak hanya alat musiknya... tapi sekalian sama musisinya.

Yang aneh... temanku bilang potato skin itu most special appetizer-nya Medso, tapi kok waktu aku pesan 2 porsi potato skin untuk dibawa pulang, mbak-mbak yang jaga agak-agak kurang merekomendasikan. Dia bilang: ”Potato Skin kan hanya kentang bulet-bulet”. Aduh... jangan-jangan gak seheboh yang aku bayangkan... jangan-jangan diboongin sama temanku nih... Hmm.. tapi dah keburu penasaran gitu loh.


Setelah tunggu 15 menit sambil ngeliat pemandangan dari atas terasnya Medso, akhirnya selesai juga tuh Potato Skin. Ternyata.... yang namanya potato skin itu emang lain daripada yang lain. Kentang dibuang tengahnya, terus tengahnya yang bolong itu diisi dengan topping daging asap dan keju mozarella. Terus disajikan dengan saus keju. Slurp!! Kayak gini nih....

Sesuai rekomendasi mbak-mbak yang di Medso, selain Potato Skin, aku pesan juga pizza dengan topping jalapeno pepper dan pepperoni. Yang ini juga lumayan enak. Kesimpulannya, boleh lah diulangi lagi pergi ke Medso, tapi lain kali mesti malem kali ya, biar ada musisinya.... gak hanya alat musiknya. Hihihihi...

No comments: