Monday, April 21, 2008

Kartini?

Hari ini hari kartini, tadi pagi aku udah kepikir mau pakek kebaya putihku sih, cuman ndak punya kain batik warna biru tua, padahal kan sekarang hari Senin...

Sebenernya apa sih, hasil perjuangannya ibu Kartini? Apa yang di-celebrate oleh para wanita Indonesia dengan perayaan hari kartini?

Dulu aku pikir... yang namanya emansipasi itu adalah persamaan hak antara pria dan wanita. Tapi sekarang aku kurang setuju dengan kata "persamaan" itu, apalagi seringkali emansipasi diinterpretasikan secara naif.

Pria dan perempuan itu memang secara lahiriah diciptakan berbeda, sehingga pria dan perempuan punya fungsi dan peran yang berbeda. Jadi "persamaan" tadi kurang tepat untuk digunakan, lebih pas kalo menggunakan kata "kesetaraan". Setara... namun belum tentu sama. Setara... sesuai dengan porsinya masing-masing.

Ambil contoh dari sisi kekuatan fisik... Pria secara fisik jauh lebih kuat daripada perempuan kan? Nah, untuk pekerjaan2 yang membutuhkan kekuatan fisik, let's say, tukang batu, apa perempuan mau mengambil pekerjaan seperti itu? Bisa saja, mungkin, tapi tentu performanya tidak akan sebagus rekan-rekannya yang pria.

Dari sisi kesopanan dan kepantasan juga... Aku akan mengambil contoh pekerjaanku sekarang. Jadi Ahli IT Operation & Services... tukang setting PC, admin, merangkap tukang tarik kabel. Secara teoritis aku memang bisa mengerjakan tarik2 kabel di user, tapi begitu aku mulai mbrangkang2 di bawah meja untuk mengecheck kabel yang masuk ke CPU... biasanya usernya yang akan gak enak sendiri dan menawarkan bantuannya untuk ngecheck kabel.

Belum lagi perempuan punya siklus, yang mau gak mau mempengaruhi mood, dan itu akan sangat mengganggu untuk pekerjaan-pekerjaan seperti juru masak yang membutuhkan konsistensi.

Jadi... masih mau memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban??

Semua ada perannya masing-masing, ada porsinya... Pada beberapa aspek, yang tidak memperhitungkan perbedaan atribut antara pria dan perempuan, persamaan hak dan kewajiban memang dapat diaplikasikan. Tapi selebihnya, mari kita pikirkan saja kesetaraan hak dan kewajiban, bagaimana perempuan dan pria bisa berbagi peran dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (PPKN sekali bukan?)

Ibu Kartini... perjuangannya memang telah membuat perempuan Indonesia jauh lebih enak sekarang, karena perempuan Indonesia sekarang punya PILIHAN, mau berperan sebagai apa. Mau jadi Ibu Rumah Tangga? Mau jadi wanita karier? Mau pilih dua-duanya juga bisa...

Jadi, aku ikut merayakan hari Kartini bukan karena ibu Kartini memperjuangkan persamaan hak, tapi lebih karena pilihan yang tersedia buat kita, perempuan Indonesia...

Soal PILIHAN yang hanya dimiliki perempuan dan tidak dimiliki pria itu, kudapatkan dari diskusi dengan seorang bapak-bapak, suatu malam tanggal 27 November 2007.

2 comments:

justin said...

bagaimana dengan schlumbeger yang tidak membedakan pria/ wanita asal mereka mau dan mampu bekerja di rig git??

menurutku emansipasi itu memberikan lebih banyak pilihan kepada wanita. tentang layak/ tidaknya itu terserah para wanita mau apa ga.. hehehe..

KITA! said...

EMang neeenngg... itu emang soal PILIHAN. Makanya kata PILIHAN-nya kutulis hurup besar semua...

Schlumberger memang tidak membedakan, apalagi kalo kerjanya jadi supervisor (gak langsung turun ngangkat-ngangkat barang).