Akhirnya… dengan bantuan warnet, berhasil juga download At The Movies-nya Dave Koz sampe komplit. Kesimpulannya sih, gak bakal nyesel deh ditungguin… Hayuh… kapan dunk, EMI Music nih, kok gak kunjung menerbitkannya di sini.
Beberapa lagu yang cukup membekas:
It Might Be You
Aku pertama kali mendengar versinya Dave Koz di davekoz.com, waktu album ini baru mulai diiklankan. Tapi… di iklannya itu, lead-nya bukan vocal, melainkan gitar. Cukup surprise juga waktu tadi dengar, ternyata ada lead vocalnya.
Lagu ini nih... bisa dibilang kalo misalkan hidup sehari-hariku adalah sebuah film, lagu ini lagi jadi soundtracknya. Hm... gak ada hubungan sama film Tootsie yang punya soundtrack ini loh, lebih ke isi lagu It Might Be You-nya sih... Banyak pertanyaan-pertanyaanku yang serupa dengan isi lagu itu... Misalnya…
Lookin’ back as lovers go walkin past, all of my life.
Wonderin’ how they met and what makes it last.
If I found the place, would I recognize the face?
As Time Goes By
Lagu ini mah... aku emang suka dari dulu, kecuali versi Kenny G di The Most Romantic rasanya agak kurang pas aja. Ceritanya kenapa aku bisa suka lagu ini: suatu hari PSM-ITB dapet proyek untuk nyanyi di kawinan salah satu alumni kita. Kelompok kecil saja. So… kita pun berangkat dengan kekuatan rata-rata 2.5 orang/golongan suara (alias 10 orang).
Waktu kita mulai nyanyi sudah agak malam. Lagu-lagu awal, kayaknya bikin pusing penonton, sebangsanya Janger, Badminton, Leleng. Di tengah-tengah acara ketika kita mulai nyanyikan lagu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, baru lah penonton bisa menikmati. Salah satu lagunya adalah As Time Goes By yang dinyanyikan oleh kelompok kecil penyanyi pria. Karena khusus pria, kita para wanita pun nonton saja.
Suara pria itu kan emang pada dasarnya 1 oktaf di bawah suara perempuan. Nah, nada-nada yang rendah (di oktaf bawah) itu umumnya terdengar lebih hangat. Jadi... lagunya itu pun jadi hangat dan terbangun suasana yang... romantis, akibatnya... para penyanyinya jadi terlihat lebih ganteng dari aslinya... wuahahahaha.... (atau karena waktu itu udah jam 10 malam yak? Udah error...jadi semuanya keliatan ganteng... wakakakak...). Sejak saat itu... As Time Goes By masuk ke list lagu favoritku sepanjang masa…
The Shadow of Your Smile
Aku sudah mendengar berbagai versi lagu ini. Yang versi Dave Koz ini (kolaborasi dengan Chris Botti dan .....) buat aku terdengar paling.... sexy...
Cinema Paradiso
Kalo Cinema Paradiso, sebelumnya aku paling kenal yang versi Josh Groban. Yang di Dave Koz ini nuansanya jadi beda, kesannya jadi gak sesedih versi Josh Groban, yang jelas aku lebih suka versi Dave Koz-nya...
The Pink Panther
Haha... lagu misterius ini... aku menyebutnya lagu Dono-Kasino-Indro. Lagu Pink Panther ini, theme-nya yang bagian depan dulu sering dikutip oleh film-film Dono-Kasino-Indro. Termasuk di film Dono-Kasino-Indro favoritku: Dongkrak Antik. Gila deh, film itu rada-rada norak sebenernya, tapi herannya... aku suka banget, dan gak pernah bosen meskipun udah berkali-kali menontonnya.
Over The Rainbow
Lagu ini... adalah hutangku pada teman yang aku tarik pergi waktu Dave Koz mulai memainkannya. Jadi sebenarnya, aku merasa bersalah telah mengusulkan jalan tengah untuk pulang lebih awal, semestinya temanku itu kecewa ya, aku sendiri kecewa juga harus pulang lebih awal, tapi sayangnya... waktu itu, meskipun sedang capek, aku lebih berpikir secara logis daripada mengikuti keinginan pribadi, dan waktu itu pikiran logis menyatakan: kita gak bisa keliaran di Jakarta terlalu malam, kecuali kalo perginya bareng preman Jakarta. Jadi untuk menebusnya, kita tunggu saja At The Movies ini terbit di sini... dan (maunya) sekalian si om ganteng Dave Koz promo kemari. Hehehe...
Schindler’s List
Lagu ini mengharukan sekali. Lagu aslinya saja sudah mengharukan, karena filmnya kan emang sedih sekali, tapi di At The Movies, lagu ini terdengar even more mengharukan... hiks...hiks...
Dari 12 lagu yang ada di album ini, yang belum pernah aku kenal sebelumnya hanya The Summer Knows saja, sisanya sudah pernah dengar di berbagai sumber. Kemarin dan kemarin dulu aku seharian rapat dengan bapak-bapak dan ibu-ibu dari fungsi lain. Jadi... si Dell-Takodel-Kodel pun tidak punya kesempatan untuk memutar album ini (untuk kesekian kalinya). Ternyata rasanya ada yang kurang, setelah akhirnya berhasil mendengarkannya, baru deh kebutuhannya terpenuhi. Artinya album ini ngangeni... dengan kata lain: bisa bikin sakau... hahahaha.... jadi hati-hati yaa... kalo gak pengen sakau, jangan dengerin album ini.
Pemusik Amatir. Dulunya Hobi Menari. Senang Jalan-jalan. Tukang Tidur. Trekkies. Dan Lain-Lain.
Wednesday, February 28, 2007
Friday, February 23, 2007
Satu Demi Satu...
Aku lagi menunggu sesuatu yang gak kunjung terbit di sini: album At The Movies-nya Dave Koz. Tadinya aku agak optimis bahwa CD itu bakalan cepet diterbitkan di sini, Dave Koz kan lumayan banyak fans-nya di sini. Tapi... setelah melihat contoh albumnya Kenny G yang The Most Romantic Melodies of All Time: dia di-launch bulan Oktober 2006, baru diterbitkan di Indonesia awal Januari. Ya sudah… harus agak bersabar deh...
Nah... 3 hari lalu, aku nemu link yang menyediakan MP3 dari album itu... Wow... tapi sayangnya... di kantor kan download MP3 dilarang... (hehe... namanya juga kantor). Jadi aku terpaksa download di rumah, padahal di rumah pake dial-up, pastinya lama...
Triknya: sehari download 1 file aja, sembari browsing dan check mail juga. Jadi nginternetnya di rumahnya per hari gak perlu lama-lama, ½ jam saja. Satu demi satu... ngumpulin lagu-lagu Dave Koz itu, sejauh ini sudah terkumpul 3 track. Hehehe... bukan berarti jadi gak beli album aslinya loh... lumayan kan, sementara nunggu albumnya terbit, ya cukup berpuas-puas sama yang ini dulu deh...
Oya, sensasi beli CD dengan ngumpulin satu per satu gitu beda loh. Pernah jadi kolektor sesuatu gak? Perangko misalnya? Atau kolektor korek api? Ngedownload MP3 satu per satu setiap hari, rasanya kayak lagi mengkoleksi sesuatu. Pas udah banyak, rasanya puas banget.
Ngomong2 Kenny G, kayaknya kok dia sudah insaf dengan gaya permainannya yang bikin Bulo ilfil sama saxophone (baca: mbosenin dan bikin ngantuk). Caranya? Daur ulang lagu lama... Sudah 3 albumnya dia, terdengar menyenangkan... The Duets Album, Classics In the Key of G, terus yang terakhir ini The Most Romantic . Hampir semuanya berisi jazz standard (kecuali yang Duets sih… masih ada campuran, gak semua standard, meskipun semuanya lagu lama).
Terus lucunya… pilihan lagunya banyak yang sama dengan At The Movies-nya Dave Koz: The Way We Were, The Shadow of Your Smile, As Time Goes By. Terus aku sempet nonton Dave Koz main lagu Alfie di Amazon.com (gak ada di albumnya At The Movies), Kenny G juga main Alfie di The Duets Album. Kok jadi seperti bersaing gitu...
Nah, bedanya apa antara Dave Koz dan Kenny G? Yang jelas Dave Koz itu tidak memainkan lagu-lagu yang mayoritas termasuk jazz standard itu secara ”jazz standard”, dia memainkannya secara ”Dave Koz”, tetep gak meninggalkan ciri smooth jazz-nya. Terus untuk album At The Movies ini, Dave Koz memakai full orchestra, sementara itu album The Most Romantic-nya Kenny G pakek band biasa sajah.
Jadi… kapankah At The Movies bakalan terbit di sini… I’m waiting…
Nah... 3 hari lalu, aku nemu link yang menyediakan MP3 dari album itu... Wow... tapi sayangnya... di kantor kan download MP3 dilarang... (hehe... namanya juga kantor). Jadi aku terpaksa download di rumah, padahal di rumah pake dial-up, pastinya lama...
Triknya: sehari download 1 file aja, sembari browsing dan check mail juga. Jadi nginternetnya di rumahnya per hari gak perlu lama-lama, ½ jam saja. Satu demi satu... ngumpulin lagu-lagu Dave Koz itu, sejauh ini sudah terkumpul 3 track. Hehehe... bukan berarti jadi gak beli album aslinya loh... lumayan kan, sementara nunggu albumnya terbit, ya cukup berpuas-puas sama yang ini dulu deh...
Oya, sensasi beli CD dengan ngumpulin satu per satu gitu beda loh. Pernah jadi kolektor sesuatu gak? Perangko misalnya? Atau kolektor korek api? Ngedownload MP3 satu per satu setiap hari, rasanya kayak lagi mengkoleksi sesuatu. Pas udah banyak, rasanya puas banget.
Ngomong2 Kenny G, kayaknya kok dia sudah insaf dengan gaya permainannya yang bikin Bulo ilfil sama saxophone (baca: mbosenin dan bikin ngantuk). Caranya? Daur ulang lagu lama... Sudah 3 albumnya dia, terdengar menyenangkan... The Duets Album, Classics In the Key of G, terus yang terakhir ini The Most Romantic . Hampir semuanya berisi jazz standard (kecuali yang Duets sih… masih ada campuran, gak semua standard, meskipun semuanya lagu lama).
Terus lucunya… pilihan lagunya banyak yang sama dengan At The Movies-nya Dave Koz: The Way We Were, The Shadow of Your Smile, As Time Goes By. Terus aku sempet nonton Dave Koz main lagu Alfie di Amazon.com (gak ada di albumnya At The Movies), Kenny G juga main Alfie di The Duets Album. Kok jadi seperti bersaing gitu...
Nah, bedanya apa antara Dave Koz dan Kenny G? Yang jelas Dave Koz itu tidak memainkan lagu-lagu yang mayoritas termasuk jazz standard itu secara ”jazz standard”, dia memainkannya secara ”Dave Koz”, tetep gak meninggalkan ciri smooth jazz-nya. Terus untuk album At The Movies ini, Dave Koz memakai full orchestra, sementara itu album The Most Romantic-nya Kenny G pakek band biasa sajah.
Jadi… kapankah At The Movies bakalan terbit di sini… I’m waiting…
Wednesday, February 14, 2007
Cirebon: Efek Samping
Ternyata perjalanan panjang ke Cirebon ada efek sampingnya. Pertamanya, waktu hari Selasa aku bersin-bersin di kantor. Aku pikir ketularan si Bi yang kalo mau pilek tiba-tiba jadi raja bersin. Hehe, maaf ya Bi sudah berprasangka…
Dah gitu, hari Rabu masih masuk kantor seperti biasa. Terus menjelang siang itu mulai deh… kedinginan, dah gitu sakit-sakit di tangan, kaki, juga mulai pusing dan kerasa panas di muka. O-ouw… ini sepertinya demam deh… terus juga sakit kalo menelan. Sampe-sampe untuk lunch aku milih menu yang gak biasa: Sop Daging dan Nasi. Hehe… gak biasanya aku mau makan pake kuah yang disiramin ke nasi. Kalo yang ini sih demi kemudahan menelan aja…
Selesai makan, aku ke klinik di lantai 3. Kayaknya lebih lama ndaftar dan nunggu-nya dibandingkan di dalam kamar praktek. Dokternya tuh meriksanya hanya ngeliat tenggorokan pake senter, terus komentarnya: “Wah ini bener-bener sakit.” Ya ampyun…si dokter ini, kalo gak sakit, mana mau aku ke klinik. Misalkan sakitnya masih bisa ditahan pun aku malas ke klinik.
Trus aku minta dijemput jam 2. Selama nunggu jam 2 itu, mulai deh… kayak cacing kepanasan. Soale sakit yang di tangan dan kaki itu pindah-pindah, datang dan pergi. Tapi akhirnya jam 2 bisa cabski. Dari Kwarnas terus ke Mercu Buana, abis itu ke UI, abis itu ke Simpruk (ini mah gak langsung pulang yak). Hehe… biarin gak langsung pulang, yang penting bisa tidur di mobil, dah lumayan banget, gak terlalu menderita.
Sampe di rumah, Snoopy-Snoopy diungsikan ke tempat tidur sebrang, termasuk Snoopy Yang Besar Sekali, takut Snoopy-nya terserang virus. Jadinya aku bobok sendirian.
Sore-sore sekitar jam 6-7, aku kebangun, iseng-iseng nge-check si Sapi. Rencananya dia pulang dari Cirebon hari Rabu naik KA jam 2. Ternyata bok… si Sapi gak jadi balik ke Jakarta, karena dia demam dengan gejala yang mirip denganku. JRENG-JRENG…. Ini dia… artinya kita sakit karena virus yang sama, kemungkinan kena di tempat dan waktu yang sama, masa inkubasinya sama. Diperparah dengan pesta Vienetta waktu di Cirebon. Aku sih tadinya gak kepikiran Vienetta, biasanya gak sensitif sama makanan dingin, apalagi es krim.
Aku pikir… sakit tadi gak ada hubungan dengan perjalanan ke Cirebon, tapi karena si Sapi sakit juga, barengan pula, jadi kayaknya emang karena itu sih. Aku sih curiga kita kena virusnya mungkin pas di atas kereta. Keretanya kan AC, terus banyak orang lalu lalang, belum lagi di luar lagi banjir. Trus kita mungkin kurang makan waktu itu. 2 potong Dunkin Donuts + Baso Malang Oasis rasanya sih cukup sampe pagi, sepanjang perjalanan pun gak kelaparan tuh, tapi mungkin sebenernya kurang. Makan baso-nya emang udah jam 5 sore sih… harusnya baso-nya diitung snack doang kali yee. Oya, plus kurang tidur juga. Ya sudahlah… akhirnya si virus dapat kesempatan untuk beraksi…
Hari Kamis aku gak masuk kantor. Ternyata istirahat itu ngaruh yaa… leyeh-leyeh nonton TV aja (gak perlu tiduran terus) dah ngebantu banget. Ayo, pergi sana virus… Hush…hush…
Hari Jum’at masuk kantor lagi, dah milih baju batik warna coklat, maksudnya biar matching sama jaket-nya. Ternyata… nyampe di deket Patung Pak Tani, baru nyadar kalo jaketnya ketinggalan di rumah!! Ya udah deh, terpaksa nahan dingin seharian.
Gara-gara abis terkena serangan virus, selama di kantor, jadi agak-agak paranoid. Tiap kali ada orang bersin-bersin, aku jadi tengok-tengok, jangan-jangan orang itu ketularan virusku… hehehehehe….
Dah gitu, hari Rabu masih masuk kantor seperti biasa. Terus menjelang siang itu mulai deh… kedinginan, dah gitu sakit-sakit di tangan, kaki, juga mulai pusing dan kerasa panas di muka. O-ouw… ini sepertinya demam deh… terus juga sakit kalo menelan. Sampe-sampe untuk lunch aku milih menu yang gak biasa: Sop Daging dan Nasi. Hehe… gak biasanya aku mau makan pake kuah yang disiramin ke nasi. Kalo yang ini sih demi kemudahan menelan aja…
Selesai makan, aku ke klinik di lantai 3. Kayaknya lebih lama ndaftar dan nunggu-nya dibandingkan di dalam kamar praktek. Dokternya tuh meriksanya hanya ngeliat tenggorokan pake senter, terus komentarnya: “Wah ini bener-bener sakit.” Ya ampyun…si dokter ini, kalo gak sakit, mana mau aku ke klinik. Misalkan sakitnya masih bisa ditahan pun aku malas ke klinik.
Trus aku minta dijemput jam 2. Selama nunggu jam 2 itu, mulai deh… kayak cacing kepanasan. Soale sakit yang di tangan dan kaki itu pindah-pindah, datang dan pergi. Tapi akhirnya jam 2 bisa cabski. Dari Kwarnas terus ke Mercu Buana, abis itu ke UI, abis itu ke Simpruk (ini mah gak langsung pulang yak). Hehe… biarin gak langsung pulang, yang penting bisa tidur di mobil, dah lumayan banget, gak terlalu menderita.
Sampe di rumah, Snoopy-Snoopy diungsikan ke tempat tidur sebrang, termasuk Snoopy Yang Besar Sekali, takut Snoopy-nya terserang virus. Jadinya aku bobok sendirian.
Sore-sore sekitar jam 6-7, aku kebangun, iseng-iseng nge-check si Sapi. Rencananya dia pulang dari Cirebon hari Rabu naik KA jam 2. Ternyata bok… si Sapi gak jadi balik ke Jakarta, karena dia demam dengan gejala yang mirip denganku. JRENG-JRENG…. Ini dia… artinya kita sakit karena virus yang sama, kemungkinan kena di tempat dan waktu yang sama, masa inkubasinya sama. Diperparah dengan pesta Vienetta waktu di Cirebon. Aku sih tadinya gak kepikiran Vienetta, biasanya gak sensitif sama makanan dingin, apalagi es krim.
Aku pikir… sakit tadi gak ada hubungan dengan perjalanan ke Cirebon, tapi karena si Sapi sakit juga, barengan pula, jadi kayaknya emang karena itu sih. Aku sih curiga kita kena virusnya mungkin pas di atas kereta. Keretanya kan AC, terus banyak orang lalu lalang, belum lagi di luar lagi banjir. Trus kita mungkin kurang makan waktu itu. 2 potong Dunkin Donuts + Baso Malang Oasis rasanya sih cukup sampe pagi, sepanjang perjalanan pun gak kelaparan tuh, tapi mungkin sebenernya kurang. Makan baso-nya emang udah jam 5 sore sih… harusnya baso-nya diitung snack doang kali yee. Oya, plus kurang tidur juga. Ya sudahlah… akhirnya si virus dapat kesempatan untuk beraksi…
Hari Kamis aku gak masuk kantor. Ternyata istirahat itu ngaruh yaa… leyeh-leyeh nonton TV aja (gak perlu tiduran terus) dah ngebantu banget. Ayo, pergi sana virus… Hush…hush…
Hari Jum’at masuk kantor lagi, dah milih baju batik warna coklat, maksudnya biar matching sama jaket-nya. Ternyata… nyampe di deket Patung Pak Tani, baru nyadar kalo jaketnya ketinggalan di rumah!! Ya udah deh, terpaksa nahan dingin seharian.
Gara-gara abis terkena serangan virus, selama di kantor, jadi agak-agak paranoid. Tiap kali ada orang bersin-bersin, aku jadi tengok-tengok, jangan-jangan orang itu ketularan virusku… hehehehehe….
Monday, February 05, 2007
Cirebon dan Banjir
Ngrumpi-Tidur-Ngrumpi-Tidur-Ngrumpi Lagi-Tidur Lagi...
Itulah kerjaanku dan Sapi selama di atas kereta selama 12 jam. Oya, kita bukannya mau pergi ke Surabaya loh, tapi mau ke Cirebon!!
Aku dan Sapi berniat pergi ke Cirebon untuk menengok rumah dinas Hayat yang baru. Kami sudah memesan tiket Cirex hari Jumat jam 5 sore, juga tiket baliknya untuk hari Minggu jam 2 siang.
Pulang kantor, masih berbatik dan bersepatu kantor, aku nyebrang ke Gambir. Ternyata... ketika jam 5 kita naik ke peron, keretanya belum ada. Malahan kereta Argo Gede/Parahyangan yang seharusnya berangkat jam 13.40, baru saja meninggalkan stasiun.
Kata pengumuman di halo-halo (yang dari dulu gak pernah terdengar dengan jelas itu), keretanya masih di stasiun Tambun. Aahaa... Tambun kan deket, palingan 1/2 jam lebih dikit.
Terus... orang-orang pulang kantor mulai berdatangan, dan tiba-tiba kami bertiga berhadapan dengan.... doooeeeennnggg.... pak asisten manajer / bos-ku... Huehehehehe... Ketauan deh... Ketauan aku berlibur tanpa SIJ, ketauan si Bi hari ini gak masuk karena banjir tapi nongol di stasiun Gambir sore-sore....hehehe... tapi untung si pak bos cengar-cengir doang.
Pak Bos nunggu Depok Express, lumayan lama juga, gak seperti biasanya yang jadwalnya sudah jelas. Setelah pak Bos naik kereta, Cirex masih juga di Tambun, karena pegel dan kelaparan, kami pun memutuskan untuk nunggu sambil snacking di Baso Malang Oasis (yang untungnya kali ini gak pake lama).
Waktu di Baso Malang Oasis, ternyata keretanya sudah di Bekasi. Tapi lama juga... beberapa kali diumumkan tetep di Bekasi terus, gak maju-maju. Selesai makan, kita nongkrong di tangga stasiun. Mayan lama sih... Setelah kelamaan, pindah ke peron lagi, duduk di lantai.
Beberapa kali ditelpon sama Bapak, terus juga sama mama-nya Sapi. Dua-duanya nanya: Yakin mau berangkat? Gak mendingan dibatalkan aja?
Eh... ternyata jam 8 keretanya datang. Hoooreeeee.... kita pun naik. Terus Bi pulang. Tapi... kok sampe jam 9 gak jalan-jalan ya? Keretanya hanya nongkrong saja di jalur 4. Nah jam 9 kurang itu, Bapak ngasih ide: kalo memang memutuskan untuk ga jadi, nginep aja di Utan Kayu, kan gak terlalu jauh dari Gambir, dah gitu jalan yang menuju ke Utan Kayu juga gak macet. Gak kayak Buncit yang butuh waktu 5 jam untuk ditembus.
Terus aku dan Sapi pun berdiskusi. Kita harus ngasih time limit. Kalo jam sekian gak berangkat juga, kita berencana turun, terus naik taksi ke Utan Kayu. Tapi... baru aja kita diskusi... tiba-tiba... TTUUUUUTTTT....!!!! Keretanya jalan!!
Aahh... lumayan lah, palingan jam 1 atau jam 2 bisa sampe Cirebon. Aku juga biasa kan naik Parahyangan yang berangkatnya delay, dari jadwal yang 3 jam, setelat-telatnya 4-5 jam di jalan. Tapi... sampe di deket Tugu Proklamasi, menjelang stasiun Manggarai, tiba-tiba KA-nya berhenti. Dan gak jalan-jalan sampe lama banget.
Kita mencoba untuk tidur, tapi gak bisa, gak enak lah tidur di kereta yang lagi berhenti, akhirnya ngerumpi dari A sampe Z. Waktu akhirnya keretanya jalan, ternyata gak jauh... dia berhenti di stasiun Manggarai. Lamaaaa.... banget. Sampe jam 1/2 1 malam masih di Manggarai. Tapi jam 1/2 1 itu kita juga masih gak bisa bobok.
Mas-mas yang duduk di depan kita tuh tidurnya enak banget, sampe mengeluarkan suara-suara pesawat yang udah mau take-off. Dah gitu, yang bikin pengen ketawa sekaligus annoyed: ringtone-nya mas-mas itu tuh lagu yang liriknya gini nih: "Jaauuuhh sssuuudddaaahhh...". Walah, apanya yang jauh, wong masih di Jakarta kok dibilang jauh sudah.
Akhirnya kita bisa tidur juga dengan posisi masing-masing, si Sapi mlungker gak karuan, sedangkan aku yang dapet kursi un-recline-able, memilih tidur dalam posisi seperti bersandar di monitor Simpruk.
Jam 1/2 3 aku agak-agak sadar penuh, waktu itu sudah lewat Jatinegara, dalam keadaan berhenti, tapi belum nyampai Bekasi. Akhirnya memilih wadul sama beberapa orang teman (tentunya lewat SMS dunk, sadis banget masa' nelpon jam 1/2 3 malem). Haha... sekalian ngetest, siapa diantara teman-temanku itu yang bangunnya paling pagi. <= kurang kerjaan.
Abis itu tidur lagi. Baru bangun setelah jam 5 aku kepengen ke toilet. Dengan membulatkan segenap tekad dan membawa senjata berupa tissue basah, aku pun pergi ke toilet. Rupanya lagi ada orang di dalam toilet. Jadi aku ngobrol sama bapak-bapak yang ada di bordes. Kita berdiskusi, sudah sampai manakah kereta kita ini? Bapak itu menebak-nebak: Karawang. Tapi terus kita lewat sederet pertokoan yang ada tulisan "Bekasi"-nya, setelah itu keretanya jadi ngebut. Hmm... ya gak segitu ngebutnya sih, tapi dengan kecepatan selayaknya serangkaian kereta gitu loh, gak lelet kayak tadi lagi. Hooreeee.... akhirnya!!! Bapak tadi memprediksi bahwa kita akan sampai di Cirebon sekitar jam 8.
Setelah itu aku gak terlalu banyak tidur lagi. Di Dawuan dan di Cikampek sempet berhenti, sempet was-was juga, tapi ternyata hanya sebentar. Dan kereta pun nyampai dengan sukses di Cirebon jam 8 pagi.
"Akhirnya sampai juga di Surabayaa.... mana ya si Pince kok gak jemput??" Jeng....jeng... ternyata adanya Hayat, berarti kita bukan di Surabaya dunk!! Tapi lama dan capeknya kayak abis naik kereta ke Surabaya bok.
Dari stasiun kita langsung dibawa ke Bubur M.Toha yang jualan aneka bubur, termasuk bubur ayam ala Cirebonan. Gak ngerti juga apa bedanya sama bubur ayam dari daerah lain. Enak dan Murah sih, tapi rasanya sih modelnya sama aja kayak bubur dari daerah lain deh. Mungkin yang dimaksud Hayat "beda" adalah beda dengan bubur ayam di Jawa Tengah yang penuh dengan kuah. Kalo aku sih lebih senang yang keringan seperti Cirebon itu. Yummy...
Dari bubur M.Toha, kita ke tempat tujuan utama: Rumah Dinas si Hayat. Rumahnya guede, keren banget. Jam 10 si Hayat dan Jati (teman serumah Hayat) pergi belanja. Kita ditinggal, sambil memberi kesempatan untuk tidur siang.
Bangun tidur, mereka sudah datang, terus kita makan pakek Empal Gentong. Makanan yang cukup aneh... Kayak gule daging, tapi penuh dengan jeroan. Abis itu kita pesta es krim Vienetta, yummy…. Terus tidur-tiduran lagi. <= pemalas.
Sorenya jalan ke Seafood Mang Moel, makan udang bakar, kepiting saus tiram, dan krapu bakar. Terus ke Grage Mall. Terus pulang dan tidur.
Keesokan harinya, kita bangun kesiangan, terpaksa bangun karena disodorin tahu goreng bumbu kobe sama si Hayat. Hehehe...
Acara pertama hari Minggu adalah makan nasi Jamblang di depan kompleks Pertamina, terus pergi ke Pasar Pagi, beli ol-ol teri balado gepeng. Abis itu nganter Hayat beli gantungan korden, terus masuk resto Ampera.
Nasi Jamblang itu nasi yang dibungkus dengan daun jati. Porsinya keeeccciiilll.... banget. Lauknya seperti halnya nasi rames ajah. Kalo di Ampera aku makan pepes jamur, dan ikan mas bakar.
Dari Ampera kita pulang, niatnya mau packing, tapi terus si Jati telepon ke stasiun. Ternyata oh ternyata... hari Minggu itu, semua Cirex di-cancel kecuali yang jam 18, tapi yang jam 18 pun masih ada kemungkinan cancel. Penyebabnya adalah ada rel yang geser karena terkena banjir. WWWHHHAAAATTTT??
Gile aja bouw, aku kan ngantor hari Senin. Tapi terus teringat angelic face-nya pak bos, udah gitu kan ada Bi dan Dudut yang emang tauk jalan ceritanya. Tapi tetep aja... aku harus pulang, gak bisa stay di Cirebon terus lah yaw... mana berita di TV tentang banjir di Jakarta semakin mengkhawatirkan pula. Yang kalibata udah 2-3 meter, terus Pejaten Timur juga, bahkan ada gambarnya jembatan Condet yang legendaris itu sudah porak-poranda. Jadi sereeemmm...
Kita mesen mobil pool, abis itu pergi nukerin tiket Cirex dengan 75000 di stasiun. Abis itu karena gak ada ide lagi mau kemana, aku mengusulkan ngeliat2 batik Trusmi.Hihihi… padahal sebelum berangkat aku yang bilang gak pengen belanja. Tapi untunglah… ternyata aku belanjanya paling dikit. Pulang dari Trusmi, beli gado-gado Cirebonan yang ternyata uwenak. Abis itu aku bobok siang.
Sorenya kita delivery Pizza Hut, karena malas keluar. 4 pizza personal pan, plus chicken wings. Hehe… ngamuk apa laper tuh? Kita makan pizza sembari nonton Oprah yang topiknya tentang Obesitas dan Gaya Hidup Gak Sehat. Huhuy… jadi curiga kalo beli makanan kemasan. Abis itu ngrumpi ttg kantor sampe malem.
Malemnya… agak-agak kesulitan tidur, gara-gara siangnya dah tidur. Jam ½ 3 aku sudah bangun, mandi-mandi… terus finalisasi packing. Sebelum dijemput mobil pool jam 4, sempet terjadi kepanikan, karena dompetku tiba-tiba menghilang. Untunglah ternyata ditemukan di bagian bawah ranselku, rupanya semalam sehabis bayar pizza aku lemparkan ke dalam ransel, terus paginya tertumpuk baju-baju kotor.
Berkat tumpangan Jati, aku nyampe juga di Jakarta, setelah berjuang di tengah macetnya Jakarta yang lagi kebanjiran, akhirnya nyampe di Kwarnas jam ½ 9.
Kapan-kapan pengen maen ke Cirebon lagi ah, tapi jangan pas keretanya ngadat.
Itulah kerjaanku dan Sapi selama di atas kereta selama 12 jam. Oya, kita bukannya mau pergi ke Surabaya loh, tapi mau ke Cirebon!!
Aku dan Sapi berniat pergi ke Cirebon untuk menengok rumah dinas Hayat yang baru. Kami sudah memesan tiket Cirex hari Jumat jam 5 sore, juga tiket baliknya untuk hari Minggu jam 2 siang.
Pulang kantor, masih berbatik dan bersepatu kantor, aku nyebrang ke Gambir. Ternyata... ketika jam 5 kita naik ke peron, keretanya belum ada. Malahan kereta Argo Gede/Parahyangan yang seharusnya berangkat jam 13.40, baru saja meninggalkan stasiun.
Kata pengumuman di halo-halo (yang dari dulu gak pernah terdengar dengan jelas itu), keretanya masih di stasiun Tambun. Aahaa... Tambun kan deket, palingan 1/2 jam lebih dikit.
Terus... orang-orang pulang kantor mulai berdatangan, dan tiba-tiba kami bertiga berhadapan dengan.... doooeeeennnggg.... pak asisten manajer / bos-ku... Huehehehehe... Ketauan deh... Ketauan aku berlibur tanpa SIJ, ketauan si Bi hari ini gak masuk karena banjir tapi nongol di stasiun Gambir sore-sore....hehehe... tapi untung si pak bos cengar-cengir doang.
Pak Bos nunggu Depok Express, lumayan lama juga, gak seperti biasanya yang jadwalnya sudah jelas. Setelah pak Bos naik kereta, Cirex masih juga di Tambun, karena pegel dan kelaparan, kami pun memutuskan untuk nunggu sambil snacking di Baso Malang Oasis (yang untungnya kali ini gak pake lama).
Waktu di Baso Malang Oasis, ternyata keretanya sudah di Bekasi. Tapi lama juga... beberapa kali diumumkan tetep di Bekasi terus, gak maju-maju. Selesai makan, kita nongkrong di tangga stasiun. Mayan lama sih... Setelah kelamaan, pindah ke peron lagi, duduk di lantai.
Beberapa kali ditelpon sama Bapak, terus juga sama mama-nya Sapi. Dua-duanya nanya: Yakin mau berangkat? Gak mendingan dibatalkan aja?
Eh... ternyata jam 8 keretanya datang. Hoooreeeee.... kita pun naik. Terus Bi pulang. Tapi... kok sampe jam 9 gak jalan-jalan ya? Keretanya hanya nongkrong saja di jalur 4. Nah jam 9 kurang itu, Bapak ngasih ide: kalo memang memutuskan untuk ga jadi, nginep aja di Utan Kayu, kan gak terlalu jauh dari Gambir, dah gitu jalan yang menuju ke Utan Kayu juga gak macet. Gak kayak Buncit yang butuh waktu 5 jam untuk ditembus.
Terus aku dan Sapi pun berdiskusi. Kita harus ngasih time limit. Kalo jam sekian gak berangkat juga, kita berencana turun, terus naik taksi ke Utan Kayu. Tapi... baru aja kita diskusi... tiba-tiba... TTUUUUUTTTT....!!!! Keretanya jalan!!
Aahh... lumayan lah, palingan jam 1 atau jam 2 bisa sampe Cirebon. Aku juga biasa kan naik Parahyangan yang berangkatnya delay, dari jadwal yang 3 jam, setelat-telatnya 4-5 jam di jalan. Tapi... sampe di deket Tugu Proklamasi, menjelang stasiun Manggarai, tiba-tiba KA-nya berhenti. Dan gak jalan-jalan sampe lama banget.
Kita mencoba untuk tidur, tapi gak bisa, gak enak lah tidur di kereta yang lagi berhenti, akhirnya ngerumpi dari A sampe Z. Waktu akhirnya keretanya jalan, ternyata gak jauh... dia berhenti di stasiun Manggarai. Lamaaaa.... banget. Sampe jam 1/2 1 malam masih di Manggarai. Tapi jam 1/2 1 itu kita juga masih gak bisa bobok.
Mas-mas yang duduk di depan kita tuh tidurnya enak banget, sampe mengeluarkan suara-suara pesawat yang udah mau take-off. Dah gitu, yang bikin pengen ketawa sekaligus annoyed: ringtone-nya mas-mas itu tuh lagu yang liriknya gini nih: "Jaauuuhh sssuuudddaaahhh...". Walah, apanya yang jauh, wong masih di Jakarta kok dibilang jauh sudah.
Akhirnya kita bisa tidur juga dengan posisi masing-masing, si Sapi mlungker gak karuan, sedangkan aku yang dapet kursi un-recline-able, memilih tidur dalam posisi seperti bersandar di monitor Simpruk.
Jam 1/2 3 aku agak-agak sadar penuh, waktu itu sudah lewat Jatinegara, dalam keadaan berhenti, tapi belum nyampai Bekasi. Akhirnya memilih wadul sama beberapa orang teman (tentunya lewat SMS dunk, sadis banget masa' nelpon jam 1/2 3 malem). Haha... sekalian ngetest, siapa diantara teman-temanku itu yang bangunnya paling pagi. <= kurang kerjaan.
Abis itu tidur lagi. Baru bangun setelah jam 5 aku kepengen ke toilet. Dengan membulatkan segenap tekad dan membawa senjata berupa tissue basah, aku pun pergi ke toilet. Rupanya lagi ada orang di dalam toilet. Jadi aku ngobrol sama bapak-bapak yang ada di bordes. Kita berdiskusi, sudah sampai manakah kereta kita ini? Bapak itu menebak-nebak: Karawang. Tapi terus kita lewat sederet pertokoan yang ada tulisan "Bekasi"-nya, setelah itu keretanya jadi ngebut. Hmm... ya gak segitu ngebutnya sih, tapi dengan kecepatan selayaknya serangkaian kereta gitu loh, gak lelet kayak tadi lagi. Hooreeee.... akhirnya!!! Bapak tadi memprediksi bahwa kita akan sampai di Cirebon sekitar jam 8.
Setelah itu aku gak terlalu banyak tidur lagi. Di Dawuan dan di Cikampek sempet berhenti, sempet was-was juga, tapi ternyata hanya sebentar. Dan kereta pun nyampai dengan sukses di Cirebon jam 8 pagi.
"Akhirnya sampai juga di Surabayaa.... mana ya si Pince kok gak jemput??" Jeng....jeng... ternyata adanya Hayat, berarti kita bukan di Surabaya dunk!! Tapi lama dan capeknya kayak abis naik kereta ke Surabaya bok.
Dari stasiun kita langsung dibawa ke Bubur M.Toha yang jualan aneka bubur, termasuk bubur ayam ala Cirebonan. Gak ngerti juga apa bedanya sama bubur ayam dari daerah lain. Enak dan Murah sih, tapi rasanya sih modelnya sama aja kayak bubur dari daerah lain deh. Mungkin yang dimaksud Hayat "beda" adalah beda dengan bubur ayam di Jawa Tengah yang penuh dengan kuah. Kalo aku sih lebih senang yang keringan seperti Cirebon itu. Yummy...
Dari bubur M.Toha, kita ke tempat tujuan utama: Rumah Dinas si Hayat. Rumahnya guede, keren banget. Jam 10 si Hayat dan Jati (teman serumah Hayat) pergi belanja. Kita ditinggal, sambil memberi kesempatan untuk tidur siang.
Bangun tidur, mereka sudah datang, terus kita makan pakek Empal Gentong. Makanan yang cukup aneh... Kayak gule daging, tapi penuh dengan jeroan. Abis itu kita pesta es krim Vienetta, yummy…. Terus tidur-tiduran lagi. <= pemalas.
Sorenya jalan ke Seafood Mang Moel, makan udang bakar, kepiting saus tiram, dan krapu bakar. Terus ke Grage Mall. Terus pulang dan tidur.
Keesokan harinya, kita bangun kesiangan, terpaksa bangun karena disodorin tahu goreng bumbu kobe sama si Hayat. Hehehe...
Acara pertama hari Minggu adalah makan nasi Jamblang di depan kompleks Pertamina, terus pergi ke Pasar Pagi, beli ol-ol teri balado gepeng. Abis itu nganter Hayat beli gantungan korden, terus masuk resto Ampera.
Nasi Jamblang itu nasi yang dibungkus dengan daun jati. Porsinya keeeccciiilll.... banget. Lauknya seperti halnya nasi rames ajah. Kalo di Ampera aku makan pepes jamur, dan ikan mas bakar.
Dari Ampera kita pulang, niatnya mau packing, tapi terus si Jati telepon ke stasiun. Ternyata oh ternyata... hari Minggu itu, semua Cirex di-cancel kecuali yang jam 18, tapi yang jam 18 pun masih ada kemungkinan cancel. Penyebabnya adalah ada rel yang geser karena terkena banjir. WWWHHHAAAATTTT??
Gile aja bouw, aku kan ngantor hari Senin. Tapi terus teringat angelic face-nya pak bos, udah gitu kan ada Bi dan Dudut yang emang tauk jalan ceritanya. Tapi tetep aja... aku harus pulang, gak bisa stay di Cirebon terus lah yaw... mana berita di TV tentang banjir di Jakarta semakin mengkhawatirkan pula. Yang kalibata udah 2-3 meter, terus Pejaten Timur juga, bahkan ada gambarnya jembatan Condet yang legendaris itu sudah porak-poranda. Jadi sereeemmm...
Kita mesen mobil pool, abis itu pergi nukerin tiket Cirex dengan 75000 di stasiun. Abis itu karena gak ada ide lagi mau kemana, aku mengusulkan ngeliat2 batik Trusmi.Hihihi… padahal sebelum berangkat aku yang bilang gak pengen belanja. Tapi untunglah… ternyata aku belanjanya paling dikit. Pulang dari Trusmi, beli gado-gado Cirebonan yang ternyata uwenak. Abis itu aku bobok siang.
Sorenya kita delivery Pizza Hut, karena malas keluar. 4 pizza personal pan, plus chicken wings. Hehe… ngamuk apa laper tuh? Kita makan pizza sembari nonton Oprah yang topiknya tentang Obesitas dan Gaya Hidup Gak Sehat. Huhuy… jadi curiga kalo beli makanan kemasan. Abis itu ngrumpi ttg kantor sampe malem.
Malemnya… agak-agak kesulitan tidur, gara-gara siangnya dah tidur. Jam ½ 3 aku sudah bangun, mandi-mandi… terus finalisasi packing. Sebelum dijemput mobil pool jam 4, sempet terjadi kepanikan, karena dompetku tiba-tiba menghilang. Untunglah ternyata ditemukan di bagian bawah ranselku, rupanya semalam sehabis bayar pizza aku lemparkan ke dalam ransel, terus paginya tertumpuk baju-baju kotor.
Berkat tumpangan Jati, aku nyampe juga di Jakarta, setelah berjuang di tengah macetnya Jakarta yang lagi kebanjiran, akhirnya nyampe di Kwarnas jam ½ 9.
Kapan-kapan pengen maen ke Cirebon lagi ah, tapi jangan pas keretanya ngadat.
Thursday, February 01, 2007
Surprise!!
Dalam posisi galasin/gobak sodor:
Tangan kanan posisi melambai.
Tangan kanan nunjuk-nunjuk ke lantai.
Tangan kanan nunjuk-nunjuk ke tangan kiri.
Tangan kanan kembali ke posisi melambai, badan bergoyang ke kiri dan kanan seperti pohon kelapa tertiup angin.
Itu bukan jogetnya John Travolta, bukan juga joget Inul, apalagi senam kesegaran jasmani. Tapi... itu adalah aku lagi jalan di Plasa Semanggi sambil nelpon, tiba-tiba ngeliat si GENUS lewat, sehingga dengan PANIK-nya langsung berlari dan ngerem mendadak di depan si Genus (ini yang menciptakan posisi galasin), kemudian membuat gerakan-gerakan dengan bahasa tarzan tadi. Hehe...."panik" adalah nature-nya si Genus yang menular ke orang di sekitarnya.
Terjemahan bebasnya:
Tangan kanan dalam posisi melambai: “Haiii… It’s me!!”
Tangan kanan nunjuk-nunjuk ke lantai: “Wait a moment ya, jangan kabur dulu.”
Tangan kanan nunjuk-nunjuk ke telepon di tangan kiri: “Let me finish this call first ya.”
Tangan kanan kembali ke posisi melambai, badan bergoyang ke kiri dan kanan seperti pohon kelapa tertiup angin: “What a pleasant surprise. Senangnya… Akhirnya ketemu juga…”
Oya, perkenalkan... Genus adalah temanku anak PSM-ITB sekaligus anak IF-ITB angkatan 98. Beberapa minggu lalu dia baru pulang dari bertapa di negeri bendungan (yang penuh dengan dam-dam-dubidubi-dam-dam). Waktu aku baru aja balik dari Yogya, dia nelpon ngajak ketemuan dalam 2 minggu, karena pas lagi di Jakarta. But... ternyata selama 2 minggu itu aku ribet banget. Jadi 2 minggu itu akhirnya expired deh... Jadi... gimana gak heboh begitu gak sengaja ngeliat dia di Plangi.
Yah, pertemuan yang tak terduga dengan anak PSM, kadang membuatku kembali ke my-old-self yang heboh banget (...kalo dibandingkan dengan sekarang). Jadi inget... pernah ketemu secara tidak sengaja dengan NDC di Giant Bandung Supermall, dan reaksiku adalah berteriak dengan tidak selayaknya manusia bersuara alto. :-D
Tangan kanan posisi melambai.
Tangan kanan nunjuk-nunjuk ke lantai.
Tangan kanan nunjuk-nunjuk ke tangan kiri.
Tangan kanan kembali ke posisi melambai, badan bergoyang ke kiri dan kanan seperti pohon kelapa tertiup angin.
Itu bukan jogetnya John Travolta, bukan juga joget Inul, apalagi senam kesegaran jasmani. Tapi... itu adalah aku lagi jalan di Plasa Semanggi sambil nelpon, tiba-tiba ngeliat si GENUS lewat, sehingga dengan PANIK-nya langsung berlari dan ngerem mendadak di depan si Genus (ini yang menciptakan posisi galasin), kemudian membuat gerakan-gerakan dengan bahasa tarzan tadi. Hehe...."panik" adalah nature-nya si Genus yang menular ke orang di sekitarnya.
Terjemahan bebasnya:
Tangan kanan dalam posisi melambai: “Haiii… It’s me!!”
Tangan kanan nunjuk-nunjuk ke lantai: “Wait a moment ya, jangan kabur dulu.”
Tangan kanan nunjuk-nunjuk ke telepon di tangan kiri: “Let me finish this call first ya.”
Tangan kanan kembali ke posisi melambai, badan bergoyang ke kiri dan kanan seperti pohon kelapa tertiup angin: “What a pleasant surprise. Senangnya… Akhirnya ketemu juga…”
Oya, perkenalkan... Genus adalah temanku anak PSM-ITB sekaligus anak IF-ITB angkatan 98. Beberapa minggu lalu dia baru pulang dari bertapa di negeri bendungan (yang penuh dengan dam-dam-dubidubi-dam-dam). Waktu aku baru aja balik dari Yogya, dia nelpon ngajak ketemuan dalam 2 minggu, karena pas lagi di Jakarta. But... ternyata selama 2 minggu itu aku ribet banget. Jadi 2 minggu itu akhirnya expired deh... Jadi... gimana gak heboh begitu gak sengaja ngeliat dia di Plangi.
Yah, pertemuan yang tak terduga dengan anak PSM, kadang membuatku kembali ke my-old-self yang heboh banget (...kalo dibandingkan dengan sekarang). Jadi inget... pernah ketemu secara tidak sengaja dengan NDC di Giant Bandung Supermall, dan reaksiku adalah berteriak dengan tidak selayaknya manusia bersuara alto. :-D
Subscribe to:
Posts (Atom)