Sebentar lagi aku mutasi dari Sorong. Banyak senangnya, tapi ada juga sedihnya. Kalau senangnya sudah bisa ditebak lah ya: dekat Omla, dekat ortu, dekat the KUDA!s, dekat segala macam seminar/workshop di hari wiken, dekat gank rajut, dll. Bisa sering-sering
Sedihnya apa? Yang pertama: sedih ninggalin kucing tiban alias si belangtiga di rumah dinas. Setelah Omla mutasi ke Jakarta, kami kukutan dari rumah dinas di Sorong. Selama belum mutasi fisik ke Jakarta, kalau lewat di kota Sorong (sebelum off ke Jakarta atau sebelum naik ke Kasim) aku selalu menyempatkan untuk mampir ke rumah, meletakkan 1/2 kg makanan kucing di halaman belakang ex-rumah dinas Sorong.
Yang kedua: sedih meninggalkan udara segar dan lalu lintas bebas macet. Karena udaranya masih segar, meskipun di pinggir laut, di Kasim itu kalau tidur malam gak perlu pakai AC. Gak usah ditanya deh ya, kalo Jakarta tuh kayak apa.
Yang ketiga: sedih meninggalkan gank ibu-ibu mess S2. Waktu BPS di Simpruk, waktu berkantor di Sekuriti, waktu di Kwarnas, waktu di Satrio, dan di Prabumulih, aku selalu menemukan grup pertemanan yang lumayan dekat. Grup pertemanan ini yang membuat aku betah bekerja di tempat-tempat tersebut. Di Sorong ini, aku agak lambat untuk menemukan grup pertemanan. Temanku siapa aja? Bapak-bapak tim manajemen? Nyambungnya cuman di kerjaan aja. Di luar itu... yaa susah lah mau diajak ngomong soal masakan, soal ngosek kamar mandi, hal-hal kecil yang terjadi sehari-hari. Kalo diajakin ngobrol tentang investasi, keuangan, dll, disangkanya ntar gue ngajarin lagiii....
Nah, ketika di Kasim, aku akhirnya menemukan lingkaran pertemanan itu. Ternyata aku nyambung dengan ibu-ibu outsourcing yang sama-sama tinggal di mess S2. Kami suka ketawa-ketiwi dan masak-masak untuk mengusir kebosanan dan kesebelan di Kasim. Yah, tapi untuk ibu-ibu ini sih, masih bisa sms-an, email-emailan, surat-suratan, meskipun kalau mau ketemuan mungkin susah sering-sering kayak dengan gank rajut BPS TI.
Yang keempat: Makanan!!! Yak betul.... Ikan Baronang Bakar Marinda misalnya, yang kayak begitu sulit ditemukan di tempat lain.... Belum lagi bahan-bahan makanan seperti singkong yang lebih superior dibandingkan singkong di Jawa.
Kurang lebih begitulah hal-hal yang bikin sedih. Tapi tentunya aku harus maju terus kan ya.... Karena toh senangnya masih lebih banyak dari sedihnya. Berikutnya aku akan cerita ttg kisah seru perjuangan kawan-kawan LS di Kasim.
No comments:
Post a Comment