Semenjak tinggal di Sorong, aku jadi belajar untuk travelling dengan bawaan seringan mungkin. Eh emangnya sebelumnya enggak?
Enggak laah... waktu di Prabu, namanya dinas itu palingan cuman ke Jakarta. Jadi yang kulakukan adalah: gak bawa apa-apa selain laptop, kan di Jakarta punya baju. Dinas ke Bandung juga gitu... cuman bawa baju kerja aja, soalnya di Bandung ada banyak baju rumah. Kalo ke kota lain? Aku gak pernah "travelling light", bawa koper gelinding aja, terus masukin ke bagasi.
Tapi setelah di Sorong, lain ceritanya. Masukin barang ke bagasi pesawat itu adalah suatu proses yang kurang menyenangkan. Ketika tiba di Sorong, kita harus menunggu lama dan sumuk untuk mendapatkan barang kita, ditambah lagi ada resiko barangnya terbawa ke Manokwari atau Jayapura.
Terus konon kabarnya, bandara Hasanuddin adalah bandara paling semena-mena dalam urusan memperlakukan bagasi. Padahal bandara itu termasuk yang paling sering kusinggahi sekarang. Kalo mau ke Balikpapan, harus lewat Makassar dulu kan? Jadi kalo gak bawa sesuatu yang besar atau berat banget (misal: 2 lusin tuna kaleng, atau baju untuk kebutuhan berhari-hari dan multi-acara), lebih baik gak masukin barang ke bagasi.
Dalam kunjungan 6 hari 5 malam ke Makassar kemarin, aku berhasil mendapatkan pola barang bawaan yang lumayan ringkas. Begini tips dan trik-nya:
Untuk perjalanan dinas 6 hari, cukup bawa 3 pcs atasan untuk kerja, 2 pcs celana panjang kerja, 3-4 pcs kaos (kalo bisa polo shirt), 2 pcs daster,dan 1 sepatu crocs warna hitam. Oya, jangan lupa baju dalam secukupnya. Pastikan baju kerja terbuat dari bahan yang "anti kusut", atau paling nggak "kalopun kusut bisa gak keliatan kusut".
Untuk pagi dan siang hari, tentu memakai baju atasan dan celana panjang kerja. Untuk baju atasannya dicuci tiap hari dengan fasilitas laundry, sedangkan celananya 2 hari sekali. Sebenernya sih bisa aja celananya sehari sekali dicuci dengan laundry, tapi kalo aku kurang pede.
Untuk sore dan malam hari memakai celana panjang kerja + polo shirt. Kenapa polo shirt? Takutnya ada undangan makan malam dari tuan rumah. Kalo budaya di kantorku sih, yang namanya polo shirt cukup pantas digunakan untuk acara tersebut. Kalo ada acara formal, nah itu ceritanya lain... sebaiknya bawa koper aja, hehehe... kecuali kalo punya dress yang anti kusut dan bisa dilipat jadi ringkas. Tapi formal dinner sangat jarang dilakukan di kantorku. At least di bagianku.
Untuk pagi, siang, sore, malam... pakenya sepatu crocs terus. Pilih sepatu crocs dengan model yang paling formal dan warna yang netral. Kalo aku pilih Lily Hitam (*bukan jualan*). Jangan lupa rajin membersihkannya pagi-pagi sebelum ke kantor. Sepatu crocs warna hitam itu gampang kumal. Tapi untungnya bersihinnya juga gampang. Bisa pake lap basah (kalo super kotor), atau dengan spons/lap sepatu yang biasanya disediakan di hotel bintang 3-5. Gosok dikit, langsung kinclong kok.
Kenapa crocs? Aku milih crocs untuk bahan dan kenyamanannya. Kalo bahan sih... yah untuk antisipasi aja... takutnya keujanan atau gimana gitu... kalau pake sepatu kain/kulit, kan repot mengeringkannya. Nah, kalo kenyamanannya... bayangkan kalo kita pergi dinas, pastinya gak cuman muter-muter di seputaran hotel dan kantor kan, paling gak... pasti pengen juga jalan-jalan ke tempat lain, entah itu mall (aku ini kan orang Sorong yang haus mall), tempat wisata (kuliner), atau sekedar sight-seeing.
Untuk perlengkapan mandi, aku biasanya hanya membawa sikat gigi lipat dan pasta gigi. Untuk sabun dan sampo pakai jatah dari hotel saja. Kalau kosmetik, nah ini yang agak banyak menyita tempat di dalam tas. Intinya sih bawa yang seringkas-ringkasnya tapi tetep memperhitungkan kebutuhan untuk perawatan dan juga make up. Aku sendiri gak terlalu "minimalis" kalo untuk urusan kosmetik.
Untuk bepergian dengan pesawat, biasanya kita bakalan kedinginan (AC-nya kan dindin badindin). Kalo bawa jaket, bakalan menuh-menuhin tas, terus pas udah di luar pesawat gak kepake lagi. Untungnya kaum wanita punya solusi pengganti jaket: syal, pashmina, atau apapun namanya itu yang bisa berfungsi sebagai selimut mini dan bisa dilipat jadi ringkas.
Last but not least: gadget. Kalo gadgetnya sendiri (kecuali laptop) gak terlalu makan tempat. Yang biasanya makan tempat itu chargernya. Nah, kalo ada charger yang multifungsi, akan lebih baik lagi. Kalo aku sih masih membawa charger-charger yang original dibuntel dalam 1 tas kosmetik.
Kemudian semua barang tadi dikemas dalam 1 ransel 2-in-1 (maksudnya dia bisa berfungsi sebagai ransel, tapi bisa juga digelindingkan seperti koper) dan 1 hand-bag Ciciero. Pulang dari Makassar masih bisa menyelipkan oleh-oleh abon tuna 1/4 kg, minyak cap beruang 250ml, balsem tawon (1 doang sih), sarung sutra murahan, dan seperangkat skin care bodyshop rasa tea tree oil ke dalam ransel 2-in-1.
Intinya mah... sebagai perempuan yang pergi-pergi sendiri, kalo bisa diusahakan untuk tidak membawa barang bawaan yang kita gak mampu untuk bawa sendiri ke dalam cabin. Kalo ada yang dirasa merepotkan... ya masukin bagasi aja. Kalo gak mau masukin bagasi, ya jangan bawa barang banyak-banyak. Mudah kan?
Pemusik Amatir. Dulunya Hobi Menari. Senang Jalan-jalan. Tukang Tidur. Trekkies. Dan Lain-Lain.
Wednesday, February 08, 2012
Tuesday, February 07, 2012
SOQ-BPN dengan Sriwijaya Air
Sabtu minggu lalu aku dan Omla berkunjung ke Balikpapan. Itinerary kami hari itu adalah Sorong-Makassar jam 11.40 WIT dengan Sriwijaya Air, kemudian dilanjutkan Makassar-Balikpapan 17.05 WITA, tapi sebelum berangkat mendapat SMS dari Sriwijaya Air bahwa keberangkatan dari Makassar akan tertunda menjadi 18.05 WITA. Pukul 19.05 WITA direncanakan mendarat di Balikpapan, mengambil bagasi berupa koper kecil, kardus berisi keripik keladi, dan kardus berisi 2 lusin tuna kalengan. Setelah itu menuju hotel Blue Sky untuk check in, dan langsung ke restonya Blue Sky untuk makan malam bersama pak boss dan kawan-kawan. Mungkin akan sedikit terlambat ke acara makan malam, dan mungkin kami akan datang dengan kostum yang agak lusuh. Transit di Makassar selama 4-5 jam pasti bikin lusuh kan?
Tapi realisasinya ternyata berbeda....
Agak mengerikan di pertengahannya, tapi alhamdulillah happy ending...
Kami berangkat dari Sorong jam 12.10 WIT. Untuk ukuran Sorong, itu sudah cukup tepat waktu lho. Perjalanan ke Makassar ditempuh selama 2 jam. Awalnya sih cuacanya baik-baik saja, tapi makin mendekati Sulawesi, makin banyak daerah bercuaca buruk. Waktu sampai di atas Sulawesi, mendungnya benar-benar tebal.... Pemandangannya abu-abu kemanapun mata memandang....
Awalnya sempat khawatir, karena setahu aku di sebelah Timur kota Makassar itu ada pegunungan. Dalam cuaca mendung tebal seperti itu, akankah si pesawat melewati pegunungan tersebut?? Ternyata sepertinya mereka mengambil jalan memutar, lewat laut, karena ketika awannya sedikit tersingkap kami sudah di atas garis pantai Makassar.
Pesawat mulai mengurangi ketinggian. Di atas garis pantai memang tidak ada awan, tapi bandaranya kok gak keliatan sama sekali yaa?? Pesawat melakukan approach untuk mendarat... dia terus turun, turun, dan turun... tapi pemandangan masih abu-abu, abu-abu, dan abu-abu... Jendela pesawat mulai dibasahi oleh uap air dari awan tebal tersebut. Daratan sama sekali nggak kelihatan.... Pesawat mulai bergoyang-goyang laksana bajaj. Akankah si pilot nekat mendaratkan pesawat di tengah mendung yang gak jelas itu??
Tiba-tiba pesawat seperti masuk ke turbulen, anjlok gitu. HIIII!!! Mengerikan!! Tapi kemudian ternyata dia kembali "nge-gas" untuk naik lagi. Si pilot mengumumkan bahwa pesawat akan berputar-putar untuk menunggu cuaca di bandara Makassar menjadi lebih baik. Wedew.... alhamdulilah gak jadi mendarat, tapi mau sampai kapan nunggunya?! Mendungnya setebel itu gitu loh... Kenapa gak mendarat di bandara lain aja yak? Aku mulai menebak-nebak, bandara mana yang paling dekat? Kendari? Palu?
Awalnya memang pesawat itu berputar-putar seperti sedang holding, tapi tidak lama kemudian pesawat itu menambah ketinggian dan lalu mengambil arah menjauhi kota Makassar. Aaahh... sepertinya mau mendarat di bandara lain nih. Tapi dimana? Kira-kira berapa lama? Apakah kami masih sempat mengejar pesawat selanjutnya?
Tak lama, pilot mengumumkan bahwa beliau akan mengalihkan pendaratan pesawatnya ke.... BALIKPAPAN!!!! Hooooreeeee....!!! Yiiiihhhaaaaa....!!!!
Okee... itu cuman dalam hati lho ya. Gak enak sama penumpang lainnya, karena pasti mereka khawatir bercampur bete. Aku juga tadi sempet khawatir bakalan ketinggalan penerbangan Makassar-Balikpapan.
Waktu pesawat sudah masuk ketinggian jelajah lagi, aku pun ke toilet. (udah nahan pipis dari tadiii...). Selesai urusan di toilet, mulai menanyakan ke mbak Pramugari apakah kami boleh turun di Balikpapan, karena kami punya tiket Makassar-Balikpapan, meskipun statusnya belum check-in. Doi berjanji untuk menanyakan ke Pasasi Sriwijaya di darat. Awalnya kayak ragu-ragu gitu si mbaknya, karena kami belum check-in. Tapi dia nyuruh kami nunggu di depan pas turun di Balikpapan nanti.
Mendarat di Balikpapan.... ternyata Balikpapan cerah ceria. Penumpang dipersilakan untuk menunggu di ruang tunggu. Kami disuruh mengikuti mas-mas Pasasi. Dia bilang kami bisa turun, tapi dia minta tiket Makassar-Balikpapan kami.
Kalo menurut aturan penerbangan, kami gak boleh turun di situ harusnya, karena tiket kami Sorong-Makassar, mereka punya kewajiban untuk mengantar kami sampai ke Makassar. Tapi karena kami pegang tiket Makassar-Balikpapan dengan maskapai yang sama, tentunya itu jadi beda kasusnya. Dan sebagai konsumen yang bertanggungjawab dan menghargai aturan dunia penerbangan, tentunya kami harus merelakan tiket Makassar-Balikpapan kami ndak bisa diuangkan meskipun belum dipakai terbang. Toh Sriwijaya sudah mengantar kami ke Balikpapan dengan selamat. Cukup adil kan?
Sampai di bawah tangga pesawat, si mas-mas Pasasi tadi meminta tag bagasi kami. Kemudian.... dia melakukan hal yang gak kebayang susahnya: ngaduk-ngaduk bagasi pesawat. sendirian. mencari bagasi2 kami. HUUUAAAA....!!!! Terharruuu.... Untungnya bagasi kami sudah memakai tag: BALIKPAPAN, jadi mempermudah sedikit pekerjaan dia.
Ndak lama, akhirnya bagasi kami yang 3 biji itu ditemukan. Kami langsung serah terima bagasi di tangga pesawat, kemudian keluar dari airport dengan senyum lebar. Terima kasih Sriwijaya untuk pelayanan yang menyenangkan....
Tapi realisasinya ternyata berbeda....
Agak mengerikan di pertengahannya, tapi alhamdulillah happy ending...
Kami berangkat dari Sorong jam 12.10 WIT. Untuk ukuran Sorong, itu sudah cukup tepat waktu lho. Perjalanan ke Makassar ditempuh selama 2 jam. Awalnya sih cuacanya baik-baik saja, tapi makin mendekati Sulawesi, makin banyak daerah bercuaca buruk. Waktu sampai di atas Sulawesi, mendungnya benar-benar tebal.... Pemandangannya abu-abu kemanapun mata memandang....
Awalnya sempat khawatir, karena setahu aku di sebelah Timur kota Makassar itu ada pegunungan. Dalam cuaca mendung tebal seperti itu, akankah si pesawat melewati pegunungan tersebut?? Ternyata sepertinya mereka mengambil jalan memutar, lewat laut, karena ketika awannya sedikit tersingkap kami sudah di atas garis pantai Makassar.
Pesawat mulai mengurangi ketinggian. Di atas garis pantai memang tidak ada awan, tapi bandaranya kok gak keliatan sama sekali yaa?? Pesawat melakukan approach untuk mendarat... dia terus turun, turun, dan turun... tapi pemandangan masih abu-abu, abu-abu, dan abu-abu... Jendela pesawat mulai dibasahi oleh uap air dari awan tebal tersebut. Daratan sama sekali nggak kelihatan.... Pesawat mulai bergoyang-goyang laksana bajaj. Akankah si pilot nekat mendaratkan pesawat di tengah mendung yang gak jelas itu??
Tiba-tiba pesawat seperti masuk ke turbulen, anjlok gitu. HIIII!!! Mengerikan!! Tapi kemudian ternyata dia kembali "nge-gas" untuk naik lagi. Si pilot mengumumkan bahwa pesawat akan berputar-putar untuk menunggu cuaca di bandara Makassar menjadi lebih baik. Wedew.... alhamdulilah gak jadi mendarat, tapi mau sampai kapan nunggunya?! Mendungnya setebel itu gitu loh... Kenapa gak mendarat di bandara lain aja yak? Aku mulai menebak-nebak, bandara mana yang paling dekat? Kendari? Palu?
Awalnya memang pesawat itu berputar-putar seperti sedang holding, tapi tidak lama kemudian pesawat itu menambah ketinggian dan lalu mengambil arah menjauhi kota Makassar. Aaahh... sepertinya mau mendarat di bandara lain nih. Tapi dimana? Kira-kira berapa lama? Apakah kami masih sempat mengejar pesawat selanjutnya?
Tak lama, pilot mengumumkan bahwa beliau akan mengalihkan pendaratan pesawatnya ke.... BALIKPAPAN!!!! Hooooreeeee....!!! Yiiiihhhaaaaa....!!!!
Okee... itu cuman dalam hati lho ya. Gak enak sama penumpang lainnya, karena pasti mereka khawatir bercampur bete. Aku juga tadi sempet khawatir bakalan ketinggalan penerbangan Makassar-Balikpapan.
Waktu pesawat sudah masuk ketinggian jelajah lagi, aku pun ke toilet. (udah nahan pipis dari tadiii...). Selesai urusan di toilet, mulai menanyakan ke mbak Pramugari apakah kami boleh turun di Balikpapan, karena kami punya tiket Makassar-Balikpapan, meskipun statusnya belum check-in. Doi berjanji untuk menanyakan ke Pasasi Sriwijaya di darat. Awalnya kayak ragu-ragu gitu si mbaknya, karena kami belum check-in. Tapi dia nyuruh kami nunggu di depan pas turun di Balikpapan nanti.
Mendarat di Balikpapan.... ternyata Balikpapan cerah ceria. Penumpang dipersilakan untuk menunggu di ruang tunggu. Kami disuruh mengikuti mas-mas Pasasi. Dia bilang kami bisa turun, tapi dia minta tiket Makassar-Balikpapan kami.
Kalo menurut aturan penerbangan, kami gak boleh turun di situ harusnya, karena tiket kami Sorong-Makassar, mereka punya kewajiban untuk mengantar kami sampai ke Makassar. Tapi karena kami pegang tiket Makassar-Balikpapan dengan maskapai yang sama, tentunya itu jadi beda kasusnya. Dan sebagai konsumen yang bertanggungjawab dan menghargai aturan dunia penerbangan, tentunya kami harus merelakan tiket Makassar-Balikpapan kami ndak bisa diuangkan meskipun belum dipakai terbang. Toh Sriwijaya sudah mengantar kami ke Balikpapan dengan selamat. Cukup adil kan?
Sampai di bawah tangga pesawat, si mas-mas Pasasi tadi meminta tag bagasi kami. Kemudian.... dia melakukan hal yang gak kebayang susahnya: ngaduk-ngaduk bagasi pesawat. sendirian. mencari bagasi2 kami. HUUUAAAA....!!!! Terharruuu.... Untungnya bagasi kami sudah memakai tag: BALIKPAPAN, jadi mempermudah sedikit pekerjaan dia.
Ndak lama, akhirnya bagasi kami yang 3 biji itu ditemukan. Kami langsung serah terima bagasi di tangga pesawat, kemudian keluar dari airport dengan senyum lebar. Terima kasih Sriwijaya untuk pelayanan yang menyenangkan....
Subscribe to:
Posts (Atom)