Monday, December 26, 2005

Bogor (21-25 November 2005)

Tak disangka... dalam perjalanan dari Rantau ke Medan, aku dapat SMS dari mbak Ray, katanya hari Senin aku harus dinas ke Bogor dalam rangka pembenahan data SAP. Hari Senin siang, setelah rapat yang menyebalkan, makan siang, dan sedikit chit-chat sama Bi, aku berangkat ke Bogor.

Cafe Gumati
Malam itu, setelah makan malam yang agak kemalaman, mas Adi ngajak kita-kita ke cafe Gumati yang lokasinya dekat hotel Sahira, tempat nginapnya Badagok, Febri, dan Dito. Rombongan yang terdiri dari mas Adi, Dito, Ali, Dedy, Vera, dan aku, berangkat dengan menggunakan angkot. Kemudian disambung jalan kaki.


Dekorasi cafe-nya bernuansa Bali. Di tengahnya ada kolam renang. Supaya agak unik, kami memilih tempat duduk yang lesehan. Sayangnya, malam itu angin bertiup kenceng banget. Wah, bisa masuk angin nih.


Makanannya gak begitu berkesan. Aku memesan roti bakar gak matching... habisnya roti bakar isi keju dan coklat kok dikasih daun selada. Makanan lainnya adalah pancake kurus yang lebih mirip telor dadar saking tipisnya. Yang lumayan enak adalah otak-otaknya. Tapi karena angin bertiup kencang, daun pisang bekas pembungkus otak-otak jadi berhamburan tertiup angin.


Sekitar jam ½ 10, live music mulai main, band-nya bernuansa latin. Kalo yang ini, lumayan
bagus... bahkan kita sempet ngejebak Vera untuk nyanyi bareng band itu. Akhirnya Vera pun nyanyi lagu L-O-V-E. Jam ½ 11 malam, band-nya bubaran, kita pun ikut bubaran dan pulang ke hotel.

Macaroni Panggang

Jam 7 pagi, aku sudah dijemput oleh Dedy dan mas Adi, kita mau m
akan Macaroni Panggang di Jl. Salak. Peserta kali ini adalah mas Adi, Ali, Dedy, pak Adi Pengadaan, Rifki, dan aku.

Sampai di tempat beli Macaroni Panggang, loh? Kok tutup? Ternyata mereka libur selama 1 minggu, tapi tetap melayani take away. Ya sudah... kita tetap masuk, toh barang yang kita cari ada.

Di situ dijual 2 macam Macaroni dalam berbagai ukuran. Yang biasa (pakai daging cincang) dan yang special (pakai extra cheese dan daging asap). Kita memohon-mohon sama mas-masnya supaya boleh numpang makan di situ, gak akan mesen makanan lain kok.... Ternyata mas-masnya malah nawarin minum berupa Aqua Gelas. My comment? Uwenak reekkk...!!! Boleh lah diulangi... hehehe...

Pia Apple Pie

Waktu jalan menuju tempat angkot, kita melewati ujung jalan Pangrango, tempatnya Pia Apple Pie. Karena sudah dekat, jadi kita mampir dulu. Ternyata Pia Apple Pie statusnya sama dengan Macaroni Panggang, tutup tapi melayani take away. Apakah pemiliknya sama ya?


Produk unggulan mereka adalah Apple Pie dan Chicken Pie dalam berbagai ukuran. Selain bentuk standar (lonjong), mereka juga menyediakan bentuk hati. Terus mereka juga membuat pie coklat, yang ini hanya tersedia dalam bentuk hati. Yang ukuran besar di atasnya ditambah taburan kenari. Cantik sekali pie-nya...
Kita beli apple pie ukuran sedang, lumayan buat obat penasaran. Tapi... ketika setengah jalan menuju tempat angkot, akhirnya kita memutuskan untuk beli juga pie coklat yang besar.

Malamnya setelah makan malam, kita rame-rame ngeriung di kamar untuk menyantap apple pie dan macaroni panggang. Karena sudah kenyang, pie coklatnya disimpan di kulkas.


Keesokan malamnya, aku dan Dudut berniat untuk menyantap pie coklat cantik itu. Tapi.... ternyata pie itu masif dan keras banget, gak bisa dipotong. Karena semalaman disimpan di kulkas, coklatnya mengeras, jadi seperti coklat batangan, tapi tebalnya 2-3 kali lipat coklat batangan.

Berbagai ide aneh dikeluarkan, misalnya mendekatkan pie itu ke lampu, meletakkan pie itu di atas adapter laptop, bahkan melemparkannya. Tapi kayaknya kalo dilempar, gak ngaruh, cuma kulit pienya aja yang hancur, coklatnya bakalan tetap tak bergeming. Akhirnya kita ”menggergaji” kue itu pake pisau. Gesekan dari pisau itu kan menimbulkan kalor, jadi coklat yang tergesek pun jadi lebih lunak, dan akhirnya terbelah. Duh, cantik-cantik kok alot.


Oya, perasaan makanan melulu ya yang dibahas. Yah... namanya juga wisata boga. Wisata boga atau disebut juga wisata kuliner artinya memanfaatkan makanan sebagai obyek wisata. Kalo wisata biasa menjelajah suatu tempat, wisata boga mencicip-cicip makanan-makanan baru, membandingkan dengan wisata-wisata boga yang sebelumnya.


Aku sendiri kurang begitu bisa membandingkan makanan satu dengan makanan lainnya mana yang lebih enak. Misalnya ditanya mana yang lebih enak: mie bakso di Balong Gede atau mie bakso di Warung Lela? Batagor Riri atau Batagor Kingsley? Palingan jawabanku adalah: Entah ya... dua-duanya suka, tapi gak tauk mana yang lebih enak.


Tapi untuk beberapa makanan yang extraordinary sampe-sampe teringat-ingat terus. Extraordinary tuh bisa macem-macem: enak banget, gak enak banget, lain daripada yang lain, makanan yang aneh.... dst...


Misalnya... (lagi-lagi) keripik tempe bu Noer. Dari semua keripik tempe, baik yang dari Kartika Sari, Pasar Balubur, Kroya, ataupun Cilacap, keripik tempe bu Noer paling enak, karena minyaknya bebas tengik dan tersedia dalam aneka rasa. <= udah kena santet kripik tempe bu Noer nih...


Kembali ke wisata boga/wisata kuliner, kalo ada orang bilang ”Hobi saya wisata boga/kuliner...” Hmm... kalimat seperti itu adalah salah satu cara indah dan sopan untuk bilang: ”Woi! Gue tukang makan loh!”. Hehehehehehehe....

Thursday, December 08, 2005

3 1/2 minggu terakhir

Saat menulis posting ini, aku lagi di hotel Salak, Bogor. Ada konsinyering bersih-bersih data untuk Go Live SAP.

Sampai hari ini, sudah hampir 3 1/2 minggu aku pergi dari kantor. Sampai aku sudah lupa dengan macetnya Jakarta, juga sudah lupa dengan rutinitasku di kantor (duh, jangan-jangan teman-teman di kantor juga sudah lupa sama aku). Selama 3 1/2 minggu ini aku hanya mengeluarkan dan memasukkan pakaian-pakaian kotor dengan pakaian-pakaian bersih ke koper/travel bag-ku.

1/2 minggu pertama, aku pergi ke Rantau dan Medan, dalam rangka dinas, atas nama MTI.
1 minggu kedua, aku pergi ke Bogor, diperbantukan ke SAP, untuk bersih-bersih data.
1 minggu ketiga, aku pergi ke Bandung-Yogya-Malang-Sidoarjo, dalam rangka cuti.
1 minggu keempat, ya sekarang ini... aku ke Bogor.

Di Rantau, Medan, Bogor (yang pertama), dan selama cuti, aku bertemu dengan beberapa makanan dan juga tempat makan yang cukup unik. Ada cerita juga yang menyertai setiap makanan ataupun tempat makan itu. Untuk Rantau, Medan, dan Bogor, aku akan ceritakan di sini, sedangkan untuk cerita selama cuti, aku ceritakan di Catatan Perjalanan Gita.