Faktor penentunya adalah kebiasaanku "pelor" alias begitu nempel langsung molor di kendaraan bermotor. Entah itu mobil, bis, kereta, bahkan pesawat terbang. Kalau pergi ke Bandung naik mobil misalnya, baru sampai di depan pos satpam Buncit Indah (yang jaraknya sekitar 50m saja dari rumah), aku udah pasang posisi tidur. Naik pesawat juga begitu, kecuali lapar atau sedang menahan sesuatu, biasanya aku baru bangun waktu dibagi makanan oleh pramugari.
Buat orang-orang seperti aku, tipe jalan-jalan dalam kota atau antar obyek wisata yang sesuai adalah naik kendaraan umum. Kalau naik mobil sewaan atau naik mobil/bis tour, biasanya aku tak dapat menahan godaan untuk tidur.
Dulunya sih aku selalu menyalahkan "jet lag", terutama ketika sebelumnya memang menjalani perjalanan lebih dari 5 jam dengan pesawat, tapi ternyata.. Malang-Surabaya yang gak pakai jet lag saja aku tidur di mobil. Dan kemudian, di perjalanan yang seharusnya jet lag betulan, aku malah bisa on seharian begitu turun dari pesawat, karena kemana-mana harus naik kendaraan umum.
Kesimpulannya, bilamana keadaan memungkinkan, sarananya ada, informasinya juga bisa didapat dengan mudah, sebaiknya orang-orang pelor seperti aku naik kendaraan umum saja untuk berkeliling di suatu kota wisata.