Cafe Gumati
Malam itu, setelah makan malam yang agak kemalaman, mas Adi ngajak kita-kita ke cafe Gumati yang lokasinya dekat hotel Sahira, tempat nginapnya Badagok, Febri, dan Dito. Rombongan yang terdiri dari mas Adi, Dito, Ali, Dedy, Vera, dan aku, berangkat dengan menggunakan angkot. Kemudian disambung jalan kaki.
Makanannya gak begitu berkesan. Aku memesan roti bakar gak matching... habisnya roti bakar isi keju dan coklat kok dikasih daun selada. Makanan lainnya adalah pancake kurus yang lebih mirip telor dadar saking tipisnya. Yang lumayan enak adalah otak-otaknya. Tapi karena angin bertiup kencang, daun pisang bekas pembungkus otak-otak jadi berhamburan tertiup angin.
Jam 7 pagi, aku sudah dijemput oleh Dedy dan mas Adi, kita mau makan Macaroni Panggang di Jl. Salak. Peserta kali ini adalah mas Adi, Ali, Dedy, pak Adi Pengadaan, Rifki, dan aku.
Sampai di tempat beli Macaroni Panggang, loh? Kok tutup? Ternyata mereka libur selama 1 minggu, tapi tetap melayani take away. Ya sudah... kita tetap masuk, toh barang yang kita cari ada. Waktu jalan menuju tempat angkot, kita melewati ujung jalan Pangrango, tempatnya Pia Apple Pie. Karena sudah dekat, jadi kita mampir dulu. Ternyata Pia Apple Pie statusnya sama dengan Macaroni Panggang, tutup tapi melayani take away. Apakah pemiliknya sama ya?
Produk unggulan mereka adalah Apple Pie dan Chicken Pie dalam berbagai ukuran. Selain bentuk standar (lonjong), mereka juga menyediakan bentuk hati. Terus mereka juga membuat pie coklat, yang ini hanya tersedia dalam bentuk hati. Yang ukuran besar di atasnya ditambah taburan kenari. Cantik sekali pie-nya...
Keesokan malamnya, aku dan Dudut berniat untuk menyantap pie coklat cantik itu. Tapi.... ternyata pie itu masif dan keras banget, gak bisa dipotong. Karena semalaman disimpan di kulkas, coklatnya mengeras, jadi seperti coklat batangan, tapi tebalnya 2-3 kali lipat coklat batangan.