Monday, April 30, 2007

UAN yang Super-Duper-Wuper-Syusyah-Lulusnya Itu...

Kenapa ya? Sudah 2-3 tahun yang namanya UAN selalu jadi hal menyeramkan? Tahun lalu banyak yang gak lulus, bahkan ada satu sekolahan yang peserta UAN-nya gak lulus semua. Tahun ini sampe terjadi kebocoran soal. Denger-denger kunci jawabannya dijual dengan harga jutaan rupiah. Apakah segitu sulitnya ya? Ataukah emang standarnya ketinggian, seharusnya anak SMA gak diuji dengan soal sesulit itu? Atau standarnya baik-baik saja, tapi para pendidik gak mampu untuk membuat para siswa untuk memenuhi standar tersebut?

Aku sih gak berkompetensi untuk menjawab semua pertanyaan itu. Yang pasti kasian aja ngeliatnya, usaha selama 3 tahun hanya dihargai selama beberapa hari ujian itu, dah gitu entah apa yang salah, ternyata banyak yang gak lulus, terus dicap sebagai anak yang (maap) bodoh sama seorang pejabat. Jadi mohon dimengerti motivasi dari anak-anak yang rela ngeluarin uang untuk beli kunci jawaban. Siapa sih yang pengen dibilang (maap lagi) bodoh? Pak pejabat yang bilang "bodoh", "malas", "gak usaha" tadi pasti marah kan kalo dibilang bodoh? (sebenernya aku gak ingat pastinya yang mana yang dia bilang, tapi intinya sih gitu deh...)

Gara-gara UAN heboh ini, aku jadi teringat jaman SMU dulu. Mau berbagi cerita dan tips nih...

Jaman aku SMU dulu, EBTANAS (yang sekarang bermetamorfosis jadi UAN) bukan sesuatu yang menakutkan. UMPTN lebih menakutkan kok... Apalagi untuk seseorang yang pengen banget dapet sekolahan yang enak-biaya-hemat-dekat-rumah-berhawa-dingin-dan-di-sekre-psm-nya-ada-piano-nganggur.

Bukan berarti kita merendahkan EBTANAS loh, klo gak lulus EBTANAS gak bisa ikut UMPTN juga kan... Mayoritas dari kita gak mempersiapkan diri KHUSUS untuk EBTANAS saja, karena persiapan EBTANAS sejalan dengan persiapan UMPTN. Sebenernya intinya kan ya belajar-belajar juga... sekalian gitu loh...

Ada juga temen-temen yang gak begitu pede bahwa mereka bisa mengerjakan sendiri soal-soal EBTANAS, tapi mereka gak sampe desperately gak pede sehingga nekat membeli kunci jawaban. Aku yakin, mereka bisa ngerjain sendiri tanpa ada bantuan dari yang lain, tapi namanya orang gak pede, ya sudah ngerasa kalah dulu sebelum perang, apalagi teman-teman yang mau membantu tersedia di depan mata. Untuk adik-adik SMU: Kalaupun harus kepepet terjadi kerja sama antar individu... yang paling penting harus ADIL, KOMPAK, dan HATI-HATI.

Maksudnya adil adalah semua orang harus kebagian. Ini untuk mencegah adanya pengkhianat di antara teman-teman yang tiba-tiba ngadu ke pengawas.

Maksudnya kompak adalah semua orang harus mau terlibat dalam penyebaran jawaban. Dulu kelasku sudah punya sistem, yang sudah berlatih selama hampir satu tahun. Untuk bapak-ibu guru: Itu dia kelemahannya pengaturan tempat duduk berdasarkan urutan abjad. Dari awal catur wulan 1 sampe EBTANAS, urutan duduk gak pernah berubah, jadi hirarki penyebaran contekan juga tetap.

Tapi... meskipun sudah terlatih dari ulangan ke ulangan dengan sistem penyebaran contekan tertentu, menyebarkan contekan di EBTANAS jauh lebih berisiko daripada di ulangan biasa atau ulangan umum. Kalo di ulangan biasa, pengawasnya adalah guru kita sendiri, yang pastinya mereka pengen kita semua lulus kan? Kalo sampe kertas contekan itu ketahuan, kita bisa hanya memberikan our angelic smiles dan masalah pun selesai. Tapi kalo EBTANAS, wah pengawasnya kan guru dari sekolah lain, bisa jadi gak kenal ampun... Jadi kita harus ekstra HATI-HATI. Jangan kebanyakan main mata atau isyarat-isyarat lainnya dengan teman, ntar bisa ketahuan. Karena sistem sudah terbentuk sejak awal, by the time of EBTANAS kita sudah saling mengerti tanpa harus isyarat-isyaratan. Dah gitu, bukti-bukti pun harus segera disingkirkan begitu ujian selesai. Kertas contekan harus dirobek-robek terus langsung dibuang.

Soal gimana caranya mengirim ke teman, harusnya adik-adik SMU jaman sekarang lebih inovatif, jadi gak perlu diceritain lagi deh. Kalo dulu sih... kadang-kadang iseng juga, pengen ngerjain temen... tisu yang seolah-olah ada ingusnya pun dipake buat bungkus kertas contekan. Huahahaha...

Nyontek adalah salah. Aku tidak pernah terlibat lagi setelah lulus SMU (kecuali waktu BPS kali ya?). "Sistem komunikasi" di kelasku itu terakhir digunakan ketika EBTANAS. Hal tersebut adalah salah satu yang menambah indah masa SMU. Itu adalah bentuk kenakalan yang kuturut terlibat di dalamnya semasa SMU. Kadang-kadang, ketika bertemu dengan teman sekelas di SMU, kami masih mentertawakan kenekatan kami dalam melakukan manuver-manuver tersebut di EBTANAS.

Tanpa manuver-manuver itu, bukan berarti si gak pede gak bisa ngerjain ujiannya, yang aku tahu sih teman-teman yang gak pede itu sudah ngerjain sendiri, dan ketika menerima kertas contekan, mereka menggunakannya untuk mencocokkan jawaban. Mereka juga selalu sadar bahwa si pemberi contekan juga manusia yang dapat berbuat salah, sehingga jawaban yang disebarkan belum tentu benar. Si pemberi contekan juga harus selektif dalam memberikan contekan, sebaiknya hanya di pelajaran-pelajaran yang memang "impossible" saja.

Satu hal positif yang dapat diambil dari kenakalan ini adalah teamwork-nya, dimana setiap individu memegang peranan penting dalam menjamin sampainya kertas contekan ke semua tangan yang memang harus menerimanya.

Buat adik-adik calon peserta UAN yang tergolong sebagai "si gak pede": teamwork itu penting, teman-teman kalian adalah aset kalian. Mungkin bukan sebagai sumber contekan atau sejenisnya, tapi mereka bisa juga digunakan untuk mengajari kalian supaya menjadi lebih mengerti dengan menggunakan bahasa yang berbeda dengan bapak-ibu guru.

Buat adik-adik yang tergolong "si pemberi contekan": bagi-bagi dunk... Gak harus berbagi contekan, buat yang gak pengen nakal. Tapi jangan pelit-pelit kalo ada temen yang nanya pelajaran, ilmu yang dibagi itu gak akan berkurang. Malahan ketika kita membagi ilmu, kita bisa mendapatkan feedback.

Buat pemerintah: plis dunk... dunia pendidikan lebih diperhatikan lagi, jangan hanya menyalahkan sekolah, menyalahkan siswa, dst-nya saja... siapa tauk memang soalnya yang gak bermutu... atau malah kurikulumnya memang aneh...

Semoga UAN tahun ini hasilnya baek, meskipun ada bocor soal segala. Amiiinnn...

Thursday, April 26, 2007

Pak Boss Ulang Tahun

Hari ini pak Bos ulang tahun. Tadi kami melakukan kekejaman terhadap kue ulang tahunnya (Triple Choco-nya Harvest). Ini foto-fotonya:

Ini kue Triple Choco pas masih cantik... Pak bos ultah ke berapa? Hitung lilinnya. Hmm...Ultah ke-4? Atau orde puluhannya aja yang diambil? Atau ultah ke 1111?










Ibu-ibu keriting sedang bersiap-siap melakukan kekejaman terhadap si Triple Choco... [Yups... yang sebelah kiri itu adalah aku dalam keadaan "ternyata" keriting. Baru nyadar bok... ]











Ini kuenya waktu lagi dipotong-potong. Hihi.. menyeramkan. Oya, posisi tangan kayak gitu tuh (tanganku - yang pegang pisau merah) adalah posisi yang salah kalo bermain piano, tapi kalo buat motong kue sih, boleh sedikit berimprovisasi. Hahaha...









Ini potongan kuenya...heheheheheh....

Tuesday, April 24, 2007

Encok...

Wiken kemaren, berencana untuk ngerjain thesis, tapi akhirnya patah semangat, gara-gara gak nemu buku yang dicari di gramed. Oh pak dosen... ke manakah harus kucari buku-buku yang kau maksud itu?

Dah gitu, selama wiken itu... mulai Jum'at sore sih, kena sakit punggung, di tempat yang sama dengan sakit punggung sehabis ngelompatin beton pembatas jalan. Bedanya... yang kali ini gak jelas penyebabnya... Jadinya agak-agak mengalami kesulitan kalo membungkuk, terutama kalo mau cuci muka di wastafel, karena tidak ada yang menopang selain si punggung sendiri (iya kan? tangannya kan dipake buat ngambil air...). Sudah mencoba banyak minum, tapi tidak berkurang sama sekali... artinya emang bukan karena kurang minum.

Minggu sore sudah agak berkurang. Waktu lagi main piano. Baru nyadar.. ternyata kursi pianonya tergeser beberapa puluh cm ke sebelah kanan... dah gitu di sebelah kirinya ada tumpukan buku piano. So... main pianonya jadi mereng-mereng ke kiri gitu deh. Apa karena itu sudah terjadi selama berhari-hari ya? Makanya sakit...??

Kemungkinan lain adalah kebiasaan tidur di mobil. Hari Rabu kayaknya aku tidur enak banget dalam perjalanan ke simpruk. Hari Jum'at juga tidur kayaknya... AC-nya dingin pula... Nah, AC dingin => posisi jadi mlungker-mlungker gak karuan => mungkin aja kan miringnya tuh kelamaan, jadi ada otot yang ketarik?

Hari ini... sudah tinggal sedikit saja tuh sakitnya... (syukurlah). Pelajaran yang diambil adalah... harus latihan fleksibilitas dunk, dengan kata lain: harus olahraga. Hayuh...hayuh...

Thursday, April 19, 2007

Moody...

Dalam suatu perbincangan di English Class, kita berdiskusi kenapa kok chef kebanyakan pria, padahal "memasak" itu kan katanya adalah pekerjaan perempuan.

Aku pernah mendengar atau membaca entah dari mana, katanya perempuan itu ada siklus bulanannya, yang membuatnya jadi lebih moody dibandingkan pria. Karena moody tadi, cita rasa makanan yang dihasilkan dari waktu ke waktu jadi gak standar, itu sebabnya jarang perempuan sukses jadi chef. Bener begitu gak ya?

Entah aku yang lemot apa gimana... soal moody dan siklus tadi... aku baru membuktikannya sekarang. Telat banget kan ya... kalo soal selera makan yang berubah-ubah sesuai siklus: kadang-kadang biasa aja, kadang-kadang males, kadang-kadang bisa 3 piring sekali makan, itu sih sudah membuktikan sejak dulu. Tapi soal moody, baru ngeh barusan aja. Kasian deh gue...

Yaa... akibat moody tadi, aku kemaren menghasilkan aransemen lagu hibrida. Gak cocok disebut fusion, karena gak sekeren itu. Maksudnya hibrida tuh gini: aku lagi mencoba mem-Brickmanized lagu "Mari Tidur" (kan lagi tergila-gila lullaby). Terus bait 1 dan 2 sudah berhasil di-Brickmanized semampunya. Pas masuk refrain... iseng-iseng tanganku mainkan chord Gm7, yang kebetulan sesuai dengan not pertamanya si refrain. Hanya dengan mendengar Gm7 di closed position tadi, aku jadi pengen nyoba jazzy version-nya. Jadilah... malam itu... lagunya Brickman campur blues sederhana.

Ngomong-ngomong Hibrida, di kantor juga lagi populer hibrida ini. Teknologi PBX Hybrid, jadi campuran antar teknologi IP dengan analog phone. Kalo kelapa hibrida itu campuran apa ya? Campuran kelapa dengan jagung kali ya?

Hmm.. aku jadi punya ide untuk ngasih nama salah satu menu jus langgananku: Wortel campur Melon, namanya jadi jus Hibrida. Karena warnanya wortel banget, tapi rasanya melon banget. Untuk yang gak suka wortel, jus Hibrida ini sangat cocok... bisa mengeliminasi rasa wortelnya.

Kembali ke moody... hari ini... lagi agak-agak bete aja, gara-gara enctype. Enctype itu kode di form HTML, yang membuat aku gak bisa upload file dari PC lain selain server. Padahal aplikasinya lagi di-review sama usernya. Hiks...hiks...

Tapi pas siang-siang aku gak bete... karena nyanyi-nyanyi "Badadang...Badadang... Pak Dadang... Bu Dadang...". Itu caraku untuk ngajak si Doeth pergi ke resto Padang. Haha... dari sejak hari Selasa ngidam kepala kakap, tapi apa daya... sejak hari selasa itu banyak orang yang mentraktir lunch (lagi musimnya selametan)... hehehehe... jadi gak bisa makan di resto Padang kan.

Jadi, ternyata emang bener ya? Moody tadi mempengaruhi output dari aktivitas kita... dan perempuan memang cenderung lebih moody dari para pria. Yaa... yang penting kita sadar aja pas kita lagi moody.

Saturday, April 14, 2007

Lullaby Favoritku Nih...

Starlight, starbright
Wishing on the first star of the night
I wish I may
I wish I might
Make all your dreams
Come true tonight

And as your drift
Off to sleep
Angels guard the memories you keep
Now close your eyes
And dream away
And you'll awaken on a brand new day


May the angels guard the memories you keep...
And wish you awakening on a brand new place...

Oahem... jadi ngantuk... :-D

Thursday, April 12, 2007

Buat Kamu Yang Mau Pulang

Aku tahu kamu gak akan mengerti apa yang akan kutulis di sini, tapi daripada aku membacakannya untukmu, malah jadi aneh, lebih baik aku tulis di sini kan?

Kamu adalah tamu yang tak diundang yang akhirnya menetap di rumahku. Kedatanganmu sungguh tak disangka-sangka, hmm… enggak sih… memang sudah direncanakan bahwa kamu harus datang ke rumahku, tapi hanya untuk singgah, bukan untuk menetap.

Awalnya aku senang ada teman baru. Tapi lama-lama aku jadi risih, karena kamu tidak seharusnya tinggal di rumahku, orang lain pun mulai heran kenapa kamu terus ada di rumahku. Semakin lama lagi… aku malah lupa kalo kamu ada di rumahku. Tapi akhir-akhir ini… setelah rasa cuek-ku hilang, aku lebih sering bersama denganmu dibandingkan dengan saudara tuamu yang memang bagian dari rumahku. Dan akhirnya aku merasa bahwa kamu adalah bagian dari kehidupanku sehari-hari…

Di pagi hari, setelah selesai mandi, aku selalu (mau gak mau) melihat dirimu. Sore hari, sering aku bersamamu, kadang sampai larut malam.

Kamu sering mendengarkan suaraku yang… seadanya tapi yang penting senang: dari mulai lagu alto badak, lagu Disney, lagu Josh Groban, sampe Kenangan Terindah.

Kamu beberapa kali jadi korban bunyi saxophone-ku, pernah juga kupaksa jadi partner main sax, meskipun akhirnya aku kewalahan sendiri.

Kamu juga jadi saksi tingkah polahku waktu pura-pura jadi Jaya Suprana, Jim Brickman, atau Richard Clayderman (yeah… dia kan? Si bikin lemes itu), ketika aku “tripping” di tengah-tengah lagu Simple Sonata-nya Mozart, atau ketika aku membuat gerakan-gerakan gak penting saat mendengar lagu Summer Samba.

Kamu dengan sabarnya melayani keingintahuanku terhadap Bengawan Solo, entah berapa kali lagu itu diulang-ulang (dengan refrain versiku yang terdengar sangat gak pas).

Kamu kadang melihat ketika aku lagi melo-melo, lagi suka cengar-cengir sendiri, lagi bete (dan butuh pelampiasan), juga pas lagi iseng…

Ya, kamu beberapa kali jadi sasaran keisenganku, yang melibatkan sebuah voice recorder, laptop dan kabel printer yang dicuri dari printer kamar.

Sejujurnya, kamu salah satu yang mendorongku untuk belajar lagi. Aku juga heran, kenapa gak dari dulu aku kepikiran untuk belajar lagi. Setelah kamu hampir setahun tinggal di rumahku, baru aku tergerak untuk mengambil kursus lagi. Terima kasih… kamu telah banyak menghiburku dan juga mendorongku menjadi lebih baik.

Hari ini… aku akan mengirimkanmu pulang. Ya… P-U-L-A-N-G. Ke tempat dimana seharusnya dirimu berada, yaitu bersama papah-mu. Selama 13 bulan ini kamu telah membahagiakan aku, sekarang saatnya kamu membahagiakan papahmu. Aku harap dengan kehadiranmu, papahmu bisa terhibur (minimal) seperti halnya diriku.

Lagu terakhir yang kemarin kumainkan untukmu sebelum aku mempersiapkan dirimu untuk pulang adalah lagu lullaby kesayanganku. Lagu itu merupakan ucapan best wish dariku, agar dirimu selamat sampai di rumah. Oya, aku menitipkan lagu lullaby itu bersama dirimu, selain itu aku juga menitipkan salah satu lagu kesukaan papahmu. Itu adalah caraku untuk titip salam buat papahmu (dan juga untuk om yang akan bantu papahmu mengurus dirimu <= semoga om yang ini gak nakal ya :-P).

Aku jadi ingat, beberapa bulan lalu aku sedikit bete ketika gak berhasil meminta papahmu untuk membawamu pulang. Sekarang, ketika kamu beneran mau pulang, aku malah merasa sedikit kehilangan, karena kamu terlanjur menjadi bagian dari kehidupan sehari-hariku. Tapi beneran deh, aku senang kok, kamu bisa pulang ke tempat papahmu, memang seharusnya kamu berada di sana kan?

Aku tahu bahwa selama kamu dalam perjalanan, sebelum papahmu menerima dirimu dengan selamat, aku akan mengkhawatirkanmu. Semoga kamu baik-baik saja dalam perjalanan, dan selamat sampai di rumah. Aku akan merindukanmu... :-)


Pertanyaannya: Siapakah "Kamu"? Kirimkan jawaban anda melalui SMS...

Wednesday, April 11, 2007

Di Sebuah Ruko, Menjelang 18.30

Anak kecil itu duduk sendirian saja tak jauh dariku. Kami sama-sama mengantri. Aku mengantri untuk bersenang-senang, sedangkan dia... aku gak tauk, semoga dia juga bersenang-senang di dalam sana nanti. Sepertinya dia gak sadar kalau sedang diperhatikan...

Dari ukurannya, sepertinya dia di awal-awal usia SD. Ketika dia duduk, kakinya masih menggantung, belum bisa menjejak ke lantai. Beberapa kali dia mengintip ke dalam ruangan yang diantrikannya. Whoopss... ternyata dia masih harus berjinjit untuk melihat melalui jendela kecil yang ada di pintu ruangan itu. Apakah dulu aku sekecil itu ketika menjalani hal yang sama dengannya? Aku gak ingat... yang kuingat hanya waktu itu kakiku juga masih belum bisa menjejak lantai, sehingga harus diganjal dingklik.

Yaa... Kami memang sama-sama mengantri... untuk masuk ke kelas les piano, bedanya aku les piano pop, yang kuprakarsai sendiri, dan aku menikmatinya. Sedangkan anak kecil itu... dia les piano klasik, dan aku gak tauk... apakah dia yang minta untuk ikut les ataukah orang tuanya yang menyuruhnya les piano, aku juga gak tauk... apakah dia menikmati les tersebut ataukah merasa terpaksa.

Sambil terus mengamatinya, aku berpikir... seperti apa jadinya nanti? Akankah hanya bertahan sebentar dan kemudian dia melupakan pelajaran pianonya ini? Ataukah dia akan menjadi the next Ananda Sukarlan atau Nial Djuliarso? Ataukah dia jadi pemain piano yang bermain untuk dirinya sendiri saja? Ataukah dia jadi pemain piano yang mengiringi koor kampusnya, bercita-cita untuk mengiringi konser, tapi giliran kesempatannya datang malah berkelit karena ada hal lain yang lebih menarik?

Siapa yang tahu...??

Waktu akhirnya pintu ruangan les terbuka, aku hanya memberikan senyum pada anak kecil itu, yang memandangku dengan pandangan polos. Have fun ya dik...

Tuesday, April 10, 2007

Posting Istirahat Siang

Gara-gara flu, kok aku jadi agak-agak budeg ya? Flunya gak seberapa (katanya ini yang akibat virus, belum akibat bakteri... buktinya gak bisa dibahas di sini, jijay bajay bok), tapi suara jadi bindeng, pronunciation jadi mirip kayak orang pake kawat gigi, dan jadi sedikit bolot.

Tapi seneng euy... ada lunch gretong dari bapak-bapak yang ultah... hehehehe... ayam bakar kalasan Sandjaja... ada ayamnya, ada tahu-tempe, ada rempela, ada udang, dan ada cuminya, yummy-yummy... duh harus makan banyak nih, biar flunya cepet melarikan diri. :-P

Maaf gak ada fotonya, waktu nyadar bahwa lucu juga kalo difoto, makanannya sudah keburu habis... heheheh...

Monday, April 09, 2007

Sekali-sekali Jadi Sedikit Melankolis Ah...

Beberapa hari lalu, sempet sedikit sebel dan kecewa sama sesuatu. Penyebabnya… udah gak penting lagi sih. Hmm…Ini hanya ngikutin sarannya Ndulo, katanya kalo lagi bermasalah… tulis aja di blog, kali aja yang lagi kita masalahin jadi “ngerasa”.

Alamaaakk… tapi aku gak pengen orangnya “ngerasa” tuh… biarkan aku saja yang tauk… (plus si ini, si itu, dan si anu… loh kok jadi banyak? Heheheh… gak sebanyak itu deh…). Eniwei… aku tetep nulis di blog, tapi bukan tentang penyebabnya, tapi justru apa yang berperan dalam menghapus sebel-sebel tadi. Belum tentu mempan untuk orang lain, tapi boleh-boleh aja kan kalo aku pengen bagi-bagi tips.

Yaa… ketika lagi ada pikiran yang mengganggu tadi, tentunya tidur juga jadi gak nyaman, malah bisa juga jadi susah tidur, padahal tidur itu katanya (dan emang terbukti) bermanfaat untuk me-reset pikiran kita supaya jadi lebih tenang, lebih lurus, lebih rasional, lebih apa lagi ya? Pokoknya gitu deh yaa…

Malam itu… setelah mengucapkan terima kasih pada bapak-bapak dan ibu-ibu pendengar setia (siaran radio kali…), aku ambil MP3 playerku, masuk selimut, dan mulai milih-milih lagu.

Hmm… koleksi laguku yang hanya terdiri dari 256MB itu bisa dibilang terbatas, paling hanya terdiri dari (in alphabetical order) DK, GF, IL, JB, JJ, KG, NJ, PJ, dan ST => kalo diterjemahkan jadi Dave Koz, Glenn Fredly, Indra Lesmana, Jim Brickman, JakJazz All Stars, Kenny G, Nial Djuliarso, Piano Jazz Lounge, dan soundtrack Star Trek. Aku menyelipkan initial-initial tadi di nama setiap file untuk ngurutin lagu-lagu itu di MP3 playerku.

Lagu pertama yang kupilih adalah DK, dari At The Movies tentunya, tapi rupanya lagu DK pun masih terlalu “berisik” malam itu, makin membuat kemrungsung kalo kata orang Jawa. Mungkin karena At The Movies diiringi oleh full orchestra. Kalo DK aja masih terlalu berisik, berarti GF lebih berisik lagi, apalagi IL dengan lagu-lagu swingnya.

Nah… Sesuai abjad, setelah DK, GF, dan IL, pilihan berikutnya adalah JB. JB lagunya ada juga kan yang pake lirik, macamnya Valentine, Destiny, dst. Itu juga masih terlalu berisik. Akhirnya aku berhenti di lagu JB yang berasal dari album Love Songs and Lullabies. Lagu-lagu itu sudah setahun lamanya tersimpan di laptopku, tapi aku gak pernah mendengarkannya dengan serius. Sesuai temanya, lullabies, tentunya lagu-lagu itu gak cocok dijadiin theme song kalo lagi bekerja atau ngerjain tugas kuliah, makanya gak pernah didengarkan. Tapi malam itu… lagu-lagu itu lah yang kuperlukan untuk menghilangkan sebel-sebel...

Lullabies-nya JB ini, yang paling aku inget adalah I See The Moon dan Night Prayer. Sangat sederhana… dimainkan Jim Brickman dengan pianonya (tentu saja dengan Brickman-style-nya). Kalopun ada alat musik lain, sangat minimal. Sungguh sangat menenangkan… Ketika mendengarkan lagu-lagu itu, semua jadi begitu indah, begitu polos, seolah-olah seisi dunia ini sepolos anak-anak yang pantas untuk mendapatkan lagu-lagu nina bobok tersebut.

Tapi JB tidak mempersembahkan nina-boboknya khusus untuk anak-anak, karena ternyata orang dewasa juga membutuhkan nina bobok. Kadang kala, kita merasa diperlakukan tidak adil, merasa kecewa terhadap suatu hal, terlalu banyak pikiran, atau simply mengalami bad day… Pada saat itulah kita perlu “kembali” ke masa kanak-kanak, ketika kita masih polos, gak punya pikiran aneh-aneh. Nina bobok yang sederhana bisa membantu kita menghilangkan pikiran yang aneh-aneh tadi… sehingga kita lebih terfokus pada basic need kita: tidur. Waktu kecil rasanya sih begitu ya, kalo ngantuk ya artinya harus tidur dan trus langsung tidur aja, gak pake mikirin: duh besok kerjaan yang anu gimana ya, terus kartu kredit besok harus bayar nih.... dst

Jadi gitu deh, untuk menghilangkan sebel-sebel, cobalah “kembali” menikmati polosnya masa kanak-kanak, hilangkan segala pikiran yang aneh-aneh, terutama pikiran yang bikin sebel tadi. Mendengarkan atau menyanyikan sesuatu yang very simple bisa membantu ke arah sana… nina bobok contohnya.

Proyek jangka panjang nih, aku jadi pengen nyoba mem-Brickmanize lagu nina bobok favoritku. Pastinya gak bakalan di-Brickmanize oleh si JB, karena lagu ini aku juga gak tauk darimana asalnya, liriknya pun sudah lupa: mari tidur anakku, hari kan sudah larut malam…, abis itu lupa liriknya… hanya ingat melodinya saja… hehehe…

Have a nice dream…

Bonus Feature (DVD kali…):
Dari peristiwa ini… pelajaran yang dapat kuambil… selain soal pentingnya nina bobok… adalah… eng-ing-eeennnggg… bahwa kebahagiaan itu justru ketika kita bisa memberi pada orang lain secara tulus => memberi apa aja, yang pasti hal-hal yang baik: perhatian, cinta, petunjuk (kalo ada orang kesasar… terus ternyata jadi gak nyasar lagi karena kita bantuin, ikut seneng kan?), bantuan, atau bahkan barang sekalipun. Ketika kita bisa membahagiakan orang lain, kita ikutan bahagia juga kan?

Aku gak bisa cerita detailnya gimana pelajaran kedua ttg memberi tadi bisa kusimpulkan… karena seperti aku bilang penyebab kesebelan udah gak penting lagi.

Trus weits… ketinggalan nih, terima kasih sekali lagi… buat para pendengar setia yang tauk udang di balik katsu-nya… baik pendengar yang telah memberikan feedback, dan mengingatkanku pada sesuatu yang kutulis sendiri (tentang the unselfish thing) maupun yang setia mendengarkan sambil tidur (untung kali ini gak pake suara-suara atau bau-bauan ajaib hehe… atau lebih cocok disebut penguping setia? hahaha… boing-boing-boing…) .

I See The Moon

I see the moon, the moon sees me
The moon sees somebody I want to see
God bless the moon and God bless me
And God bless the somebody I want to see.


Puisi tersebut adalah salah satu "nursery rhyme" yang di-Brickmanize oleh Jim Brickman. Sudah beberapa hari ini merupakan lagu terakhir yang kudengarkan sebelum tidur. Orang dewasa juga perlu nina bobok loh... ;-)

Makanan India dan Nagabonar

Hari minggu pergi nonton Nagabonar di Jakarta Theatre. Sebelum nonton, makan siang dulu. Yang dipilih adalah...jreng-jreng... resto India yang ada di Sarinah. Emang lagi iseng sih, pengen nyoba sesuatu yang lain.

Aku pesen Chicken Curry Plain Naan. Roti bunder yang dimakan dengan kare. Sebenernya pernah juga makan makanan sejenis waktu di food court Plasa Senayan. Tapi kali ini beda... karena ternyata... kare-nya spicy banget-nget-nget, sampe gak bisa ngerasain lagi. Meskipun bercita-cita seperti Bondan Winarno yang doyan makan apa aja, tapi ternyata yang ini unacceptable di lidah.

Terus yaa... kalo pesen makanan di situ harap berhati-hati... tanyakan dengan teliti soal porsinya. Kemaren ngelirik pesenannya tetangga, porsinya unbelievable banget, jumbo... gede-gede... gak kebayang deh gimana ngabisinnya.

Tapi... aku sih gak kapok diajak makan makanan India. Kayaknya emang resto yang satu ini aja terlalu India banget, kalo diliat dari pengunjungnya juga India banget sih... Kalo ada yang ngajak ke resto India yang udah recommended by lidah lokal, haayyyuuukkk...

Sekarang tentang Nagabonar Jadi Dua...

Filmnya kocak banget. Hmm... mungkin gak sekocak itu kalo untuk orang lain, gak tauk juga, yang jelas... film ini banyak bersinggungan dengan kehidupan sehari-hariku. Bersinggungan secara kocak juga.

Contohnya... waktu si Nagabonar naik bajaj, terus bajajnya ragu-ragu mau belok-nggak-belok-nggak... kejadiannya tuh di deket Cut Meutia, pertigaan deket MM UGM situ, daerah jajahan sehari-hari. Dah gitu, di situ emang sering menyaksikan manuver bajaj nekat...hahaha...

Dah gitu ya... si Bonaga itu mengingatkan pada seorang teman loh. Apalagi waktu itu si Bonaga naik mobilnya yang kinclong, masuk ke perkebunan kelapa sawitnya. Jadi inget seseorang yang juga kinclong, tapi terbiasa keluar masuk dan berkotor-kotor di kebun kelapa sawit. Hehehe... lagi dimana ya dia... bedanya kalo Bonaga itu gadungan, sedangkan temanku itu asli... asli kotak-kotak maksudnya... hehehe... becanda loh...

Pokoknya puas deh nontonnya... ketawa-ketawa ngakak, untung gelap, jadi sekali-sekali gak behave gak apa-apa. Kalo ada yang bilang film itu bikin nangis, ya ada benernya juga sih... maksudnya bikin ketawa sampe keluar air mata kali ya? Hehe... seriuously, emang ada sih scene-scene yang bisa bikin nangis beneran, tapi karena dari tadi dah ketawa melulu, gak mampu lagi buat nangis deh...

Thursday, April 05, 2007

Bengawan Solo

Bengawan solo... riwayatmu ini...

Siapa yang gak kenal lagu legendaris ini... Aku pernah nyanyi versi choir-nya, diaransemen oleh orang Filipina. Pernah juga dengar versi bossanova-nya. Pernah juga nyebrang sungainya yang asli...

...tapi belum pernah sepusing ini, mencari chord substitution untuk lagu Bengawan Solo. Hehehe...

Namanya juga proses pembelajaran, wajar kalo pake mumet dulu ya. Aku saat ini lagi belajar tentang chord substitution, gimana caranya mengganti chord asli dari suatu lagu, sehingga terdengar lebih... seksi. Dah baca berbagai refererensi yang aku punya ttg chord substitution, tapi belum menangkap esensinya nih.

Akhirnya... janji untuk membelikan diriku sendiri, segelas Iced Chocolate dari Bengawan Solo Coffee, setelah aku berhasil mencari chord pengganti untuk 1 lagu full. Heheheh... asalkan jangan terus chordnya.. mengalir sampai jaaauuhh... akhirnya ke laauuuuuutttt....

Tuesday, April 03, 2007

Musik (Entah Posting Keberapa Tentang Musik)...

Mimpi Aneh Lagi
Setelah mimpi yang aneh ini, semalam aku mimpi lagi. Unik mimpinya, dan masih berhubungan sama musik juga: aku bermimpi jalan-jalan ke Taman Mini bareng DAVE KOZ... hahahaha... yang aku ingat, si DK pake kemeja ungu yang dia pake pas ke JJF 2006, kita sempet naik kereta gantung, terus si DK juga bawa-bawa saxophone-nya (the Tenor one pula). Lucu juga mimpinya... menyenangkan... padahal semalam waktu mau tidur, lagu yang terakhir kudengarkan bukan lagunya DK loh.

Musik Itu Sodaranya Matematika
Yang pertama, musik itu bahasa universal. Matematika juga bahasa universal... 1 + 1 = 2, dimana-mana juga 1 + 1 = 2 (normally loh...). Saat ini aku gak bisa bahasa China, tapi tetep bisa beli barang di tokonya orang China yang gak bisa bahasa Inggris apalagi Indonesia, thanks to kalkulator.

Terus musik itu juga penuh dengan yang namanya menghitung. Mulai dari menghitung ketukan, terus mencari nada-nada penyusun suatu chord, pake menghitung jarak-jarak (interval) antar nada juga kan? <= tidak seperti mimpi DK tadi, yang ini memang berhubungan dengan yang terakhir aku baca sebelum tidur semalam: tentang progresi chord, pusssyyiinnggg...

Lucu ya? Padahal (katanya nih) skill yang berhubungan dengan eksakta (matematika) itu lebih banyak menggunakan otak kiri, sedangkan musik sendiri termasuk suatu bentuk art yang lebih banyak menggunakan otak kanan, dan ternyata keduanya bersaudara dan saling membutuhkan.

Saling membutuhkan? Tadi aku sudah menunjukkan contoh bagaimana penggunaan matematika di dalam musik. Kalo sebaliknya? Hehehe... coba aja nikmati matematika seperti kalo menikmati musik... Mungkin dengan demikian math tidak lagi jadi hal menyeramkan bagi anak-anak sekolahan. Hehehe... (teori macam mana ini...)